Keistimewaan Siti Fatimah Az-Zahro Dan Kalung Yang Penuh Berkah
Tulisan keistimewaan Sayyidatina Fathimah Az-Zahro dalam keilmuan, mendidik dan ibadah serta kisah kalung yang penuh berkah ini diharapkan mampu menjadi pelajaran dan teladan yang baik bagi sehinggga kita lebih bersemangat untuk juga melakukan dan mengikuti jejak dan akhlaq beliau.
Suatu hari seorang wanita menghadap Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. seraya bertanya: “Saya memiliki seorang ibu yang sudah tua dan sering mengerjakan shalat dengan keliru. Ia menyuruhku untuk bertanya kepada Anda berkenaan dengan permasalahan tersebut”. Ia pun menjawab pertanyaan tersebut.
Wanita itu mengulangi pertanyaan yang sama sebanyak sepuluh dan ia pun menjawab setiap pertanyaannya tersebut. Akhirnya, wanita itu merasa malu dan berkata: “Saya tidak akan mengganggu Anda lagi”. Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. menjawab: “Tidak apa-apa. Datanglah kemari dan tanyakanlah segala permasalahanmu. Berapa kali pun engkau bertanya, aku tidak akan marah. Aku pernah mendengar ayahku bersabda: “Pada hari kiamat ulama pengikut kami akan dibangkitkan dan mereka akan dianugerahi kedudukan yang tinggi sesuai dengan kadar ilmu yang mereka miliki. Pahala mereka akan disesuaikan dengan kadar usaha yang telah mereka lakukan dalam memberikan petunjuk kepada hamba-hamba Allah”.
Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW menyuruhnya untuk pergi ke rumah Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. Ia pergi ke rumahnya dan sesampainya di sana ia menceritakan segala penderitaannya. Ia menjawab: “Aku pun sekarang tidak memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu)”. Setelah berkata demikian, ia melepas kalung yang dihadiahkan oleh putri Hamzah bin Abdul Muthalib kepadanya dan memberikannya kepada pria tua itu seraya berkata: “Juallah kalung ini, insya-Allah engkau akan dapat memenuhi kebutuhanmu”.
Setelah mengambil kalung tersebut pria tua itu pergi ke masjid. Rasulullah SAW masih duduk bersama para sahabat kala itu. Pria tua itu berkata: “Wahai Rasulullah, Fathimah memberikan kalung ini kepadaku untuk dijual demi memenuhi segala kebutuhanku”. Rasulullah terisak menangis. Amar Yasir berkata: “Wahai Rasulullah, apakah Anda mengizinkan kalung ini kubeli?” “Siapa yang membelinya, semoga Allah tidak mengazabnya”, jawab Rasulullah SAW singkat.
Amar Yasir bertanya kepada pria tua itu: “Berapa kamu mau menjualnya?” “Aku akan menjualnya seharga roti dan daging yang dapat mengenyangkanku, pakaian yang dapat menutupi badanku dan 10 Dinar sebagai bekalku pulang menuju rumahku”, jawabnya pendek.
Amar Yasir berkata: “Kubeli kalung ini dengan harga 20 Dinar emas, makanan, pakaian dan kuda (sebagai tungganganmu pulang)”. Ia membawa pria tua itu ke rumahnya, lalu diberinya makan, pakaian, kuda dan 20 Dinar emas yang telah disepakatinya.
Setelah mengharumkan kalung tersebut dengan minyak wangi dan membungkusnya dengan kain, ia berkata kepada budaknya: “Berikanlah bungkusan ini kepada Rasulullah, dan aku juga menghadiahkanmu kepada beliau”.
Rasulullah SAW akhirnya menghadiahkan kalung dan budak tersebut kepada Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. mengambil kalung tersebut dan berkata kepada budak itu: “Aku bebaskan engkau di jalan Allah”. Budak itu tersenyum. Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. menanyakan mengapa ia tersenyum. Ia menjawab: “Wahai putri Rasulullah, kalung ini yang membuatku tersenyum. Ia telah mengenyangkan orang yang kelaparan, memberikan pakaian kepada orang yang tak berpakaian, menjadikan orang fakir jadi kaya, memberikan tunggangan kepada orang yang tidak punya tunggangan, membebaskan budak dan akhirnya ia kembali pemilik aslinya”.
Semoga tulisan tentang keistimewaan Sayyidatina Fathimah Az-Zahro dalam keilmuan, mendidik dan ibadah serta kisah kalung yang penuh berkah, memberikan manfaat kepada kita semua.
Makam Siti Fathimah Az-Zahro |
a. Ilmu Sayyidatina Fathimah Az-Zahro
Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. dari semenjak lahir telah mempelajari ilmu pengetahuan dari sumber wahyu. Rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang dimilikinya adalah hasil dikte sang ayah dan ditulis oleh suaminya tercinta, Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu. Setelah itu, ia mengumpulkannya dalam bentuk sebuah mushhaf yang akhirnya dikenal dengan nama Mushaf Sayyidatina Fathimah Az-Zahro.b. Mendidik Orang Lain
Dengan menjelaskan hukum dan pengetahuan-pengetahuan Islam, Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. telah berhasil memperkenalkan para wanita pada masa itu dengan kewajiban-kewajiban mereka. Fidhdhah, salah seorang murid dan hasil didikannya selama dua puluh tahun tidak berbicara kecuali Al-Quran dan jika ia hendak menerangkan sesuatu, ia menjelaskannya dengan membaca ayat-ayat Al-Quran.Suatu hari seorang wanita menghadap Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. seraya bertanya: “Saya memiliki seorang ibu yang sudah tua dan sering mengerjakan shalat dengan keliru. Ia menyuruhku untuk bertanya kepada Anda berkenaan dengan permasalahan tersebut”. Ia pun menjawab pertanyaan tersebut.
Wanita itu mengulangi pertanyaan yang sama sebanyak sepuluh dan ia pun menjawab setiap pertanyaannya tersebut. Akhirnya, wanita itu merasa malu dan berkata: “Saya tidak akan mengganggu Anda lagi”. Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. menjawab: “Tidak apa-apa. Datanglah kemari dan tanyakanlah segala permasalahanmu. Berapa kali pun engkau bertanya, aku tidak akan marah. Aku pernah mendengar ayahku bersabda: “Pada hari kiamat ulama pengikut kami akan dibangkitkan dan mereka akan dianugerahi kedudukan yang tinggi sesuai dengan kadar ilmu yang mereka miliki. Pahala mereka akan disesuaikan dengan kadar usaha yang telah mereka lakukan dalam memberikan petunjuk kepada hamba-hamba Allah”.
c. Ibadah Sayyidatina Fathimah Az-Zahro.
Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. mengkhususkan sebagian waktu di malam hari untuk beribadah. Karena lamanya berdiri ketika mengerjakan shalat malam, akhirnya kakinya membengkak. Hasan Al-Bashri (wafat 110 H.) pernah berkata: “Tidak ada seorang pun dari umat ini dari segi zuhud, ibadah dan takwa yang melebihi Sayyidatina Fathimah Az-Zahro”.d. Sebuah Kalung yang Penuh Berkah
Suatu hari Rasulullah SAW duduk di masjid dan dikelilingi oleh para sahabat. Tidak lama kemudian seorang tua renta dengan pakaian compang-camping datang menghampiri mereka. Usia tua dan kelemahan badannya telah merenggut segala kekuatan yang dimilikinya. Rasulullah SAW menghampirinya seraya bertanya tentang keadaannya. Ia menjawab: “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang fakir miskin dan lapar, berikanlah aku makanan. Aku telanjang, berikanlah kepadaku pakaian. Aku hidup menderita, tolonglah aku”. Rasulullah SAW menjawab: “Aku sekarang tidak memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu). Akan tetapi, orang yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, sebenarnya ia juga memiliki saham dalam kebaikan tersebut”.Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW menyuruhnya untuk pergi ke rumah Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. Ia pergi ke rumahnya dan sesampainya di sana ia menceritakan segala penderitaannya. Ia menjawab: “Aku pun sekarang tidak memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu)”. Setelah berkata demikian, ia melepas kalung yang dihadiahkan oleh putri Hamzah bin Abdul Muthalib kepadanya dan memberikannya kepada pria tua itu seraya berkata: “Juallah kalung ini, insya-Allah engkau akan dapat memenuhi kebutuhanmu”.
Setelah mengambil kalung tersebut pria tua itu pergi ke masjid. Rasulullah SAW masih duduk bersama para sahabat kala itu. Pria tua itu berkata: “Wahai Rasulullah, Fathimah memberikan kalung ini kepadaku untuk dijual demi memenuhi segala kebutuhanku”. Rasulullah terisak menangis. Amar Yasir berkata: “Wahai Rasulullah, apakah Anda mengizinkan kalung ini kubeli?” “Siapa yang membelinya, semoga Allah tidak mengazabnya”, jawab Rasulullah SAW singkat.
Amar Yasir bertanya kepada pria tua itu: “Berapa kamu mau menjualnya?” “Aku akan menjualnya seharga roti dan daging yang dapat mengenyangkanku, pakaian yang dapat menutupi badanku dan 10 Dinar sebagai bekalku pulang menuju rumahku”, jawabnya pendek.
Amar Yasir berkata: “Kubeli kalung ini dengan harga 20 Dinar emas, makanan, pakaian dan kuda (sebagai tungganganmu pulang)”. Ia membawa pria tua itu ke rumahnya, lalu diberinya makan, pakaian, kuda dan 20 Dinar emas yang telah disepakatinya.
Setelah mengharumkan kalung tersebut dengan minyak wangi dan membungkusnya dengan kain, ia berkata kepada budaknya: “Berikanlah bungkusan ini kepada Rasulullah, dan aku juga menghadiahkanmu kepada beliau”.
Rasulullah SAW akhirnya menghadiahkan kalung dan budak tersebut kepada Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. mengambil kalung tersebut dan berkata kepada budak itu: “Aku bebaskan engkau di jalan Allah”. Budak itu tersenyum. Sayyidatina Fathimah Az-Zahro. menanyakan mengapa ia tersenyum. Ia menjawab: “Wahai putri Rasulullah, kalung ini yang membuatku tersenyum. Ia telah mengenyangkan orang yang kelaparan, memberikan pakaian kepada orang yang tak berpakaian, menjadikan orang fakir jadi kaya, memberikan tunggangan kepada orang yang tidak punya tunggangan, membebaskan budak dan akhirnya ia kembali pemilik aslinya”.
Semoga tulisan tentang keistimewaan Sayyidatina Fathimah Az-Zahro dalam keilmuan, mendidik dan ibadah serta kisah kalung yang penuh berkah, memberikan manfaat kepada kita semua.
Posting Komentar untuk "Keistimewaan Siti Fatimah Az-Zahro Dan Kalung Yang Penuh Berkah"