Cerita Karomah Gus Dur (sebagai Bukti Tanda-Tanda Kewaliannya)
Menurut keterangan Prof. Dr. KH Aqil Siradj (Ketua PBNU) - Mengenang
7 Hari Wafatnya Gus Dur
1. Kisah Makam Surya Memesa dan Ziarah Syekh Ali Al-Uraidli bin Imam Ja’far Shadiq
Di sela-sela acara tahlilan hari ke-7 wafatnya Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, KH. Said Aqil bercerita bahwa pernah diajak ziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan. Gus Dur membawanya ke sebuah kuburan yang sepi. Untuk mencapai lokasi saja, harus menyeberang sebuah danau.
Saat tiba, Gus Dur menuju sebuah makam. Saat ditanya Kyai Said Aqil, siapa
jenazah yang telah dikebumikan di tanah ini? Gus Dur tidak langsung menjawab.
“Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan,” ujar Kyai Said Aqil
meniru ucapan Gus Dur.
Orang sakti yang dimaksud Gus Dur, sambung Kyai Said Aqil, ternyata bernama Surya Mesesa, seorang penyebar agama Islam di pulau Jawa. Gus Dur memberitahukan kepada Kyai Said Aqil, mengapa Surya Mesesa bisa masuk Islam. “Untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syeikh Ali. Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujarnya.
Ceritanya, Gus Dur bersama Kyai Said
Aqil ingin membacakan surat
Al-Fatihah untuk Syekh Ali sebanyak seribu kali. Namun ketika mereka baru
membacakan al-Fatihah sebanyak 30 kali tiba-tiba seorang polisi datang mengusir
mereka dan mengatakan, “Musyrik, haram!”
Kyai Said Aqil bercerita, Gus Dur berziarah ke makam Syekh Ali al-Uraidhi karena Syekh ini konon sempat mengalahkan seorang yang hebat bernama Surya Mesesa. Ia merasa tak terkalahkan. Bahkan untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syekh Ali al-Uraidhi.
“Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak
bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujar Said Aqil. Cerita ini diperolehnya
dari Gus Dur saat ia diajak berziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan.
Said Aqil bertanya, “Makam siapa Gus?” Gus Dur menjawab, “Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan.” Karena itulah Gus Dur berziarah ke makam tersebut dan kemudian ke makam Syekh Ali al-Uraidhi.
Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siradj, Gus Dur memang gemar berziarah ke makam para ulama dan sesepuh. Selain mendoakan mereka, dengan cara itu Gus Dur merangkai sejarah peristiwa yang terjadi beberapa ratus tahun yang lalu, yang bahkan tidak tertulis dalam buku-buku sejarah.
Namun ada yang yang menarik ketika Gus Dur berziarah kesuatu makam, kata Kang Said. ”Kalau ada makam yang diziarahi Gus Dur, pasti kemudian makam itu ramai diziarahi orang. Gus Dur memang tidak hanya memberkahi orang yang hidup, tapi juga orang yang sudah mati,” katanya disambut tawa hadirin.
2. Bertemu dan Didoakan Wali di Madinah
Setelah berziarah,
beliau berdoa di Raudlah, malamnya Gus Dur ngajak Kyai Aqil jalan-jalan ke masjid
untuk mencari seorang wali. setelah mengelilingi masjid, Kyai Agil ketemu dengan orang yang memakai surban tinggi, lagi
mengajar santrinya yang banyak, dan bilang kepada Gus Dur "apa ini wali gus ?" Gus Dur menjawab, "Bukan".
Akhirnya cari lagi, ketemu dengan orang yang memakai surban dengan jidat hitam, Gus Dur bilang ‘bukan ini’ kemudian Gus Dur menghentikan langkah di dekat orang yang memakai surban kecil
biasa, duduk di atas sajadah, baru Gus Dur bilang, ‘ini adalah wali’. Kemudian kyai Aqil memperkenalkan pada wali tersebut, dalam bahasa arab, dan
terjemahannya seperti ini. ‘Syekh, ini saya perkenalkan namanya Ustadz Abdurrahman Wahid, ketua organisasi
islam terbesar di Asia’, tujuan dari mencari wali ini ialah ingin didoakan oleh seorang wali. Akhirnya wali ini berdoa untuk Gus Dur semoga diridlai, diampuni, hidupnya
sukses. Setelah itu wali tersebut pergi sambil menyeret sajadahnya dan
mengatakan ‘dosa apa saya? sehingga maqam/kedudukan saya diketahui oleh orang’.
Dalam sebuah atsar (perkataan ulama) menyatakan bahwa ‘yang mengetahui
kedudukan seorang wali adalah sesama wali itu sendiri.
3. Weruh Sak Durunge Wineruh
Kiai Haji Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI yang ke-4 sudah lama saya kenal melalui siaran televisi, koran-koran dan buku-buku yang memuat pemikiran beliau. Namun yang paling berkesan bagi saya adalah saat kami berdua pernah
duduk bersama seharian penuh dari pukul 07.00 pagi hari sampai 19.00 malam
hari. Kebersamaan kami berlangsung di Riau, tepatnya di kediaman Gubernur Riau,
H. M. Rusli Zainal. Ketika itu Gubernur Riau sendiri yang meminta saya untuk menemani
Gusdur sebagai ‘pengganti’ tuan rumah, karena Gubernur Riau tidak dapat
terus menerus menemani Gusdur.
Jadilah pertemuan kami itu berlangsung aman, tanpa ada gangguan sedikitpun.
Saya masih ingat rombongan Gusdur saat itu lumayan ramai juga, di antaranya
adalah Muhaimin Iskandar (sekarang menjadi Menteri Tenaga Kerja
RI), dan saudara Lukman Edi (seorang anggota DPR RI).
Sepanjang hari itu, kami duduk bersebelahan dan berbicara panjang lebar mulai
dari masalah agama, masalah negara, masalah pemimpin-pemimpin Indonesia.
Ketika membicarakan masalah agama kami terlibat dalam pembicaraan sangat
serius. Saat itu kami berkesempatan untuk membuktikan secara langsung kata-kata
orang yang banyak saya dengar, yang menyatakan bahwa Gusdur menguasai
banyak kitab-kitab klasik. Maka kami membuka dialog dengan mencuplik
kitab-kitab klasik yang pernah kami baca mulai dari karangan Imam As Syafi’i,
Imam Harmaini, Imam Al-Ghazali, Imam Ibnu Katsir, dan lain-lain. Apa yang
terjadi…? Gusdur ternyata bukan hanya mahir mengimbangi pembicaraan
mengenai berbagai permasalahan yang kami kemukakan, namun dengan mahir beliau
malah membacakan matan-matan semua persoalan tersebut dalam bahasa Arab yang
asli, tepat seperti isi kitab yang asli. Tidak dapat kami pungkiri bahwa saat
itu hati kami bergetar, kagum, heran, juga bahagia. Yakinlah kami bahwa Allah
benar-benar Maha Kuasa dan telah menciptakan hamba-hamba-Nya dengan berbagai
kelebihan. Subhanallah…
Ketika membahas kepemimpinan nasional, Gusdur dengan disertai humor-humor
kocak sana sinimenjelaskan dan berdiskusi dengan kami tentang banyak hal. Satu yang sangat
kami catat kuat dalam ingatan kami bahwa tidak pernah sekalipun terucap
kata-kata jelek yang bersifat mempersalahkan seorangpun dari pemimpin nasional
kita. Ketika membahas Pak Harto, nada ucapan beliau berubah menjadi sangat
lembut dan serius. Saat itu Gusdur berkata dan kami masih ingat benar, beliau
berucap begini: “Pak Harto sebagai seorang pemimpin nasional telah memberikan
contoh sebuah pekerjaan yang terencana dan terukur. Program beliau direncanakan
rapi dan diukur setelah waktu pelaksanaan berakhir.” Kemudian beliau berdiam
berapa saat. Kemudian beliau tertawa kecil seraya berkata sambil tertawa:
“laahha kalo saya, kerja kapan inget, terus saya buat saja..”
Kesan saya saat itu muncul, sebagai orang Jawa asli, Gusdur terbiasa
dengan sikap dan adab orang Jawa, mikul nduwur yaitu menghormati orang yang
lebih tua. Beliau jujur dan humoris. Jujur dalam arti tidak
menyembunyikan kelemahan dirinya.
Pertemuan kami berjalan manis. Kami hanya berpisah beberapa menit saat waktu
sholat Dzuhur dan Ashar tiba, untuk kemudian duduk kembali di meja yang sama. Ada beberapa keistimewaan
Gusdur yang saya yakin muncul dari indera keenam beliau.
Ketika beliau bertanya kepada kami: “Sampeyan itu kan
orang Medan,
kok kata Gubernur tadi, sampeyan orang Riau?” Kemudian kami
menjelaskan bahwa ibu kami adalah orang Riau dari Rokan Hilir, Bagan Siapi-api.
Namun kemudian beliau berkata: “Rumah sampeyan di Klender, sampeyan
buat pengajian malam senin di Klender, terus sampeyan begini…sampeyan begitu..”
yang kesemuanya tepat dan benar. Paling aneh adalah saat kami katakan
bahwa kami akan pulang pukul 17.00 dengan pesawat Mandala, saat itu beliau
berkata kepada saya dengan tegas: “Ndak, sampeyan pulang dengan saya naek
Garuda jam 7 (malam).” Menanggapi ucapan itu kami diam saja sebab di tangan
kami sudah ada tiket Mandala pukul 5 sore rute Pekanbaru-Jakarta.
Ternyata pesawat Mandala delay sampai pukul 21.00, maka
jadilah kami bertukar pesawat naik Garuda Indonesia bersama dengan Gusdur. Ada satu nasehat beliau
kepada kami yang akan tetap kami ingat. “Negeri Riau adalah negerinya
orang-orang Naqsyabandi. Dan dari sini telah muncul seorang wali besar Syaikh
Abdul Wahab Rokan. Sampeyan musti jaga negeri ini, jangan dibiarkan begitu saja
apalagi ibunya sampeyan orang asli negeri ini.” Saat itu beliau pegang
tangan saya dan saya pun menjawab dengan rasa haru: “Iya Gus, saya pasti akan
menjaga negeri saya ini.”
Sekarang Gusdur telah berpulang bertemu dengan Sang Pencipta Yang Maha Tinggi. Setelah sebelumnya memandang dengan bashirah beliau kedatangan sang kakek tercinta, Ulama Besar pendiri NU untuk mendampingi beliau di alam barzakh. Kami berdoa semoga beliau nyaman berdekatan dengan Kakek dan Bapak beliau di tanah Jombang, Pesantren keluarga besar Syaikh Asy’ari.
Selamat jalan Gusdur… Nasehat panjenengan senantiasa akan kami ingat sebagai
kenangan manis antara orangtua kepada anaknya. Assalamu’alaika…
Gus Dur Wafat - Berpulangnya Sang Kyai - Negarawan - Bapak Demokrasi - Bapak Kerukunan Hidup Beragama K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bin K.H. Wahid Hasyim bin K.H. Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari
Tanggal 30 Desember 2009
bertepatan dengan 14 Muharram 1431 Hijriah, Gus dur meninggal dunia
pada pukul 18.45. KH Abdurrahman Wahid adalah seorang pemimpin organisasi Islam
terbesar di Indonesia,
Nahdlatul Ulama, NU tanpa Gus Dur seakan-akan bukan NU bagi saya sendiri.
Gus Durlah yang mengubah lapangan sepakbola senayan menjadi gelora bung
karno.
Gus Durlah yang mengangkat orang tiongchoa di Indonesia
dengan menjadikan imlek sebagai hari libur dan karena Gus Dur-lah agama di Indonesia
tidak 5 tapi 6 yang diakui (agama konghucu).
Gus Dur dekat dengan orang yang menjadi minoritas di negeri ini ( orang
tionghoa ).
Di kalangan orang jawa Gus Dur diakui masih ada keturunan dari Rasulullah
(walau masih banyak pertentangan).
Berkat Gus Dur lah saudara kita, etnis Tionghoa, bisa merayakan Tahun Baru
Imlek dan menjadikannya sebagai hari libur nasional
Pas zamam gusdur presiden, imlek libur dan barongsai ga dilarang
Gus Dur Pembebas Etnis Tionghoa (karena itu beliau dikenal sebagai Bapak
Tionghoa Indonesia)
Pada 31 Desember 1999, Gus Dur yang menyempatkan diri melewatkan pergantian
tahun di Jayapura sekaligus menyatakan mengembalikan nama “Papua” untuk
mengganti “Irian Jaya” yang diberikan pada pemerintahan Presiden Soeharto. Kata Sekretaris Jendral (Sekjen) Presidium Dewan Papua (PDP), Thaha M Al hamid
Di kalangan orang jawa Gus Dur diakui sebagai seorang wali. ‘NU tanpa Gus dur seakan-akan kehilangan cita rasa’.
Beberapa minggu yang lalu saya chatting dengan seorang teman, saya bilang
kalau Syekh Nazim, Syekh Hisyam (Beliau berdua Mursyid dan Khalifah Tareqat
Naqsabandiyah Haqqani) kedua-duanya ialah wali Allah. Terus teman saya bertanya, ‘Gus Dur itu wali atau bukan mas ?’, dan saya jawab ‘Tunggu saja kalo Gus
Dur meninggal’. Dan sekarang Gus Dur meninggal, mereka yang menentang Gus Dur,
menghina-hina Gus Dur silahkan melihat bagaimana Gus Dur betul-betul dicintai dan
dimuliakan oleh sebagian besar umat islam di Indonesia, bahkan oleh orang di luar
islam sekalipun.
Benar-benar Rahmatal Lil Alamin..
Selamat jalan Gus … Kami yakin panjengan wali …. mbah Hasyim juga wali
Profil KH. ABDURRAHMAN WAHID
DATA PRIBADI
Kewarganegaran :
Indonesia
Tempat, Tanggal Lahir :
Jombang Jawa Timur, 4 Agustus 1940
Istri :
Sinta Nuriyah
Anak :
1. Alissa Qotrunnada Munawaroh (P)
2. Zannuba Arifah Chafsoh (P)
3. Annita Hayatunnufus (P)
4. Inayah Wulandari (P)
2. Zannuba Arifah Chafsoh (P)
3. Annita Hayatunnufus (P)
4. Inayah Wulandari (P)
ALAMAT
Rumah :
Jl. Warung Silah No. 10, Ciganjur
Jakarta Selatan 12630 - Indonesia
Jakarta Selatan 12630 - Indonesia
PENDIDIKAN
1966-1970
Universitas Baghdad, Irak
Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab
Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab
1964-1966
Al Azhar University, Cairo,
Mesir
Fakultas Syari’ah (Kulliyah al-Syari’ah)
Fakultas Syari’ah (Kulliyah al-Syari’ah)
1959-1963
Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
1957-1959
Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
JABATAN
1998-Sekarang
Partai Kebangkitan
Bangsa, Indonesia
Ketua Dewan Syura DPP PKB
Ketua Dewan Syura DPP PKB
2004-Sekarang
The WAHID Institute, Indonesia
Pendiri
Pendiri
2000-Sekarang
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Indonesia
Mustasyar
Mustasyar
2002-Sekarang
Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
Rektor
Rektor
PENGALAMAN JABATAN
1999-2001
Presiden Republik Indonesia
1989-1993
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
1987-1992
Ketua Majelis Ulama Indonesia
1984-2000
Ketua Dewan Tanfidz PBNU
1980-1984
Katib Awwal PBNU
1974-1980
Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng
1972-1974
Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang
Dekan dan Dosen
Dekan dan Dosen
PENGALAMAN ORGANISASI
2003
Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional
Penasehat
Penasehat
2002
Solidaritas Korban Pelanggaran HAM
Penasehat
Penasehat
1990
Forum Demokrasi
Pendiri dan Anggota
Pendiri dan Anggota
1986-1987
Festifal Film Indonesia
Juri
Juri
1982-1985
Dewan Kesenian Jakarta
Ketua Umum
Ketua Umum
1965
Himpunan Pemuda Peladjar Indonesia
di Cairo - United Arab
Republic (Mesir)
Wakil Ketua
Wakil Ketua
AKTIVITAS INTERNASIONAL
2003-Sekarang
Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea
Selatan
Presiden
Presiden
2003-Sekarang
International Strategic Dialogue
Center, Universitas Netanya, Israel
Anggota Dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt
Anggota Dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt
2003-Sekarang
International Islamic Christian Organization for
Reconciliation and Reconstruction (IICORR), London, Inggris
Presiden Kehormatan
Presiden Kehormatan
2002-Sekarang
International and Interreligious Federation for World
Peace (IIFWP), New York,
Amerika Serikat
Anggota Dewan Penasehat Internasional
Anggota Dewan Penasehat Internasional
2002
Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York, Amerika
Serikat
Presiden
Presiden
1994-Sekarang
Shimon Perez Center
for Peace, Tel Aviv, Israel
Pendiri dan Anggota
Pendiri dan Anggota
1994-1998
World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika
Serikat
Presiden
Presiden
1994
International Dialogue Project for Area Study and Law, Den
Haag, Belanda
Penasehat
Penasehat
1980-1983
The Aga Khan Award for Islamic Architecture
Anggota Dewan Juri
Anggota Dewan Juri
PENGHARGAAN
2004
Anugrah Mpu Peradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Jakarta, Indonesia
2004
The Culture of Peace Distinguished Award 2003,
International Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento,
Italia
2003
Global Tolerance Award, Friends of the United Nations, New York, Amerika
Serikat
2003
World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding
Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan
2003
Dare to Fail Award , Billi PS Lim, penulis buku paling
laris “Dare to Fail”, Kuala Lumpur,
Malaysia
2002
Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, Indonesia.
2002
Gelar Kanjeng Pangeran Aryo (KPA), Sampeyan dalem Ingkang
Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta,
Jawa Tengah, Indonesia
2001
Public Service Award, Universitas Columbia , New York
, Amerika Serikat
2000
Ambassador of Peace, International and Interreligious
Federation for World peace (IIFWP), New
York, Amerika Serikat
2000
Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary
International
1998
Man of The Year, Majalah REM, Indonesia
1993
Magsaysay Award, Manila
, Filipina
1991
Islamic Missionary Award , Pemerintah Mesir
1990
Tokoh 1990, Majalah Editor, Indonesia
DOKTOR KEHORMATAN
2003
Netanya
University, Israel
2003
Konkuk University, Seoul,
South Korea
2003
Sun Moon University,
Seoul, South Korea
2002
Soka Gakkai University,
Tokyo, Japan
2000
Thammasat University, Bangkok,
Thailand
2001
Asian Institute
of Technology, Bangkok, Thailand
2000
Pantheon Sorborne University,
Paris, France
1999
Chulalongkorn University, Bangkok,
Thailand
HOBI
Mendengarkan dan menyaksikan pagelaran Wayang Kulit.Mendengarkan musik, terutama lagu-lagu karya Beethoven berjudul Symphony No. 9 th, Mozart dalam 20 th piano concerto, Umm Khulsum dari Mesir, Janis Joplin dan penyanyi balada Ebiet G. Ade.
Mengamati pertandingan sepak bola, terutama liga Amerika
latin dan liga Eropa.
Mendengarkan audio book, terutama mengenai sejarah dan
biografi.
Abdurrahman Wahid telah menghasilkan beberapa buah buku.
Hingga saat ini dia terus menulis kolom di sejumlah surat kabar. Selain itu, dia masih aktif
memberikan ceramah kepada publik di dalam maupun luar negeri.
Nasab Gus Dur sampai kepada Rasulullah
Gusdur adalah seorang Saadah atau Alawiyin dan nasab keluarga ini telah dipublikasikan di dalam kitab Talkhis karya Habib Abdullah bin Umar As-Syathiri. Sumber ini konon telah diteliti dan direstui oleh Rais Aam Jam’iyah Ahlith Thariqah Al-Muktabaroh An-Nahdliyyah oleh Sayyidil Habib Lutfi Ali Yahya asal Pekalongan. Menurut sumber itu, nasab lengkap Gusdur adalah sebagai berikut:
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
bin
KH. Abdul Wahid Hasyim
bin
KH. Hasyim Asy’ari
bin
KH. Asy’ari
bin
Abu Sarwan
bin
Abdul Wahid
bin
Abdul Halim
bin
Abdurrohman (P. Sambud Bagda)
bin
Abdul Halim (P. Benawa)
bin
Abdurrahman (Jaka Tingkir)
bin
Ainul Yaqin (Sunan Giri)
bin
Ishak
bin
Ibrahim Asmuroqandi
bin
Jamaludin Khusen
bin
Ahmad Syah Jalal
bin
Abdullah Khan
bin
Amir Abdul Malik
bin
Alawi
bin
Muhammad Shahibul Mirbat
bin
Ali Chali’ Qasam
bin
Alawi Muhammad
bin
Muhammad
bin
Alawi
bin
Ubaidillah
bin
Ahmad Al-Muhajir Ilallah
bin
Isa Arrumi
bin
Muhammad Annaqib
bin
Ali Al-’Uraidli
bin
Ja’far Shadiq
bin
Muhammad Al-Baqir
bin
Ali Zaenal Abidin
bin
Husein
putra
Siti Fathimah Az-Zahra
binti
Rasulillah, Muhammad SAW
Mengenai nasab ini, Gus Dur pernah mengatakan:
Di Sanaa (Shon’aa), ibukota Republik Yaman, di tengah jamuan kenegaraan
menyambut kunjungan resmi Presiden Republik Indonesia, di hadapan Presiden Ali
Abdallah Salih dan para tokoh dari qabilah-qabilah utama di Yaman, Presiden
Abdurrahman Wahid menegaskan, “Ana kaman Yamaani… min Basyaiban!” (Saya ini juga orang Yaman… dari marga Basyaiban)
Ada seorang teman yang memberikan testimoni mengenai Gus Dur
“Waktu PKB pertama kali kampanye nasional di Bandung,
saya ikut kampanye, kebetulan ada seorang bapak menggendong anaknya yang lumpuh
nekad ke panggung ingin menemui Gusdur, Gusdur menyuruh kepada para Banser untuk membiarkannya naik, setelah Gusdur berdoa, terus ngasih air aqua sama si bapak tersebut, agar
diminumkan sama anaknya, dan si bapak itu berdoa bersama sama Gusdur, lalu
anaknya sama gusdur disuruh berdiri,, masya Allah,,, semua hadir di situ pada
takbir mas anaknya bisa berdiri,,, saya masih ingat, walau waktu itu saya
masih di SMA”
Posting Komentar untuk "Cerita Karomah Gus Dur (sebagai Bukti Tanda-Tanda Kewaliannya)"