Tawadlu' atau Rendah Hati

tawadlu' atau Rendah Hati

Para ulama menerangkan mengenai kiat atau cara agar kita memeperoleh sifat tawadlu' atau rendah hati.

Diantara cara tersebut adalah:


1. Lebih Mengenal Allah SWT


Dalam sebuah kata mutiara disebutkan, “Setiap manusia akan bersikap tawadlu’, seukuran dengan pengenalannya kepada Tuhannya”. Orang yang mengenal Allah dengan sebenar-benarnya pengenalan akan menyadari bahwa Allah Yang Maha Kuasa, Maha Kaya dan Maha Perkasa yang tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Karenanya, bila mendapatkan kebaikan maka ia memuji Allah SWT dan bersyukur kepadanya, sebab pada hakekatnya ia tidak mampu mendatangkan kebaikan kepada dirinya kecuali atas izin-Nya.

Orang yang mengenal Allah akan mengakui dirinya kecil, bodoh dan lemah, sehingga ia akan tawadhu’ dan merasa sama sekali tidak pantas untuk berlaku sombong. Apa yang mau disombongkan, sedang semuanya adalah dari dan milik Allah ? Hanya Allah-lah yang pantas untuk sombong, karena pada hakekatnya, seluruh alam semesta ini, adalah milik-Nya.

2. Kesadaran Untuk Menghindari Sombong


Agar kita sadar untuk tidak sombong dan bersifat tawadlu’, adalah dengan lebih mengenal diri sendiri. Dilihat dari asal usulnya, manusia berasal dari sperma yang hina. Bila pakaian atau badan kita terkena air tersebut, pasti akan kita basuh, bahkan mungkin kita akan jijik. Dari air mani itulah asal muasal jati diri setiap manusia, siapapun orang tersebut.

Kemudian manusia lahir ke dunia dalam keadaan tanpa daya dan tidak mengetahui apapun. Jangankan pengetahuan, berjalan dan bicara saja tidak bisa

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur” (QS. 16 : 78)

Karenanya, manusia tidak berhak sombong. Ia harus bersikap tawadhu’, sebab ia lemah dan tidak mempunyai banyak pengetahuan. Bahkan ia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk menyelamatkan makanan yang telah direbut oleh seekor lalat.

Sekuat apapun manusia, sesehat apapun badannya, pasti ia akan kalah juga dengan penyakit. Sepandai apapaun manusia, ia tak mampu terbang seperti seekor nyamuk. Karena itu juga, apa yang mau disombongkan?

3. Menyadari Penuh Kekurangan


Untuk menumbuhkan sifat tawadlu’, dengan mengenal aib diri, kekurangan, dosa, kemaksiatan diri sendiri. Seseorang dapat terjebak kepada kesombongan bila ia tidak menyadari kekurang dan aib yang ada pada dirinya. Boleh jadi seseorang mengira bahwa dirinya telah banyak melakukan kebaikan, berjasa, dibutuhkan orang dan lain-lain.

Padahal seperti apapun juga hebatnya, setiap orang pasti memiliki kekurangan, dosa, aib atau cela diri. Namun anehnya, manusia sering kali lupa dengan kejelekan diri sendiri, tetapi pandai mencari dan mencela kejelekan orang lain.

Dalam masalah ini, Al-Habib Abdullah Al-Hadad dalam sebuah ungkapannya memberi perumpamaan yang bagus, yakni seperti ingus. Seseorang akan jijik bila melihat ingus orang lain, sementara ia akan biasa saja dengan ingus yang keluar dari hidungnya sendiri. Begitu juga dengan aib, kekurangan yang ada pada diri seseorang.

Oleh karena itu, sebaiknya setiap diri banyak dan sering-sering melakukan instrospeksi terhadap dirinya sendiri. Jangan kita, seperti perumpamaan di atas, merasa jijik dengan aib orang lain, tetapi tidak jijik dengan aib diri sendiri.

Dengan cara ini, diharapkan agar seseorang menyadari kekurangan dan aib dirinya sendiri, hingga ia akan bersikap tawadhu’ dan tidak akan sombong kepada orang lain.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada yang bersikap sombong terhadap orang lain." Riwayat Muslim

Semoga Allah melenyapkan sifat kesombongan yang ada pada diri kita., mengaruniai kita semua dengan sifat tawadlu’ atau rendah hati, menutup dosa-aib serta cela kita dan memasukkan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu sadar dengan kekurangan yang ada pada diri sendiri, amiiin.


Oleh Habib Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi

Posting Komentar untuk "Tawadlu' atau Rendah Hati"