Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ucapan, Membangun Atau Meruntuhkan?

Ucapan, Membangun Atau Meruntuhkan?

Lisan bisa membangun atau meruntuhkan? Memberi semangat atau memutus harapan? Berikut ini adalah contoh kasus hal yang sekilas terdengar biasa tapi bisa berbahaya, inilah pertanyaan dan ucapan yang meruntuhkan:

Kasus Pertama
Saudara lakinya bertanya saat kunjungan seminggu setelah ia melahirkan: "hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?" "tidak ada" jawabnya pendek. saudara lakinya berkata lagi : "masa sih, apa engkau tidak berharga disisinya? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa".

siang itu ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah hingga keduanya lalu terlibat pertengkaran dan sebulan kemudian antara suami istri ini terjadi perceraian. Dari mana sumber masalah? Kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki sang istri.

Kasus Kedua
Seseorang bertanya pada kakek tua itu : "berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan?" kakek menjawab: "sebulan sekali" yang bertanya menimpali : "wah keterlaluan sekali anakmu itu, di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering”

Hati kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anaknya hingga akhirnya dia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.
Sebaliknya, kalimat berisi motivasi, nasihat, saran dan masukan sangat bermanfaat. Pengaruh semua itu begitu besar pada jiwa mereka. Dengan beberapa contoh berikut, kita akan benar-benar mengetahui pengaruh positifnya;

Kasus Pertama
Siapa yang tidak kenal Shahih al-Bukhari, sebuah kitab paling sahih setelah al-Qur’an karya Imam al-Bukhari rahimahullah. Tahukah anda apa sebab yang mendorong beliau menulis kitab tersebut? Sebabnya adalah sebuah kalimat dari gurunya Ishaq bin Rohuwiyah rahimahullah yang ia dengar di dalam majelis ilmu, sebuah kalimat yang masuk ke telinga al-Bukhari dan meresap ke dalam dadanya, di majelis itu Ishaq berkata:

لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَجْمَعُ كِتَاباً فِيْمَا صَحَّ مِنْ سُنَّةِ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم

“Seandainya saja ada dari kalian yang menghimpun hadis-hadis sahih dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah kitab.”

Oleh sebuah kalimat ini, al-Bukhari berkeinginan untuk merealisasikan ucapan gurunya tersebut, sehingga terwujudkanlah apa yang diharapkan oleh gurunya. Sebagai bukti, kitab Shahih al-Bukhari yang dengan mudah dapat kita temui di masjid-masjid, toko buku, atau rumah para penuntut ilmu.

Kasus Kedua
Hal seperti ini juga terjadi pada Imam adz-Dzahabi rahimahullah, pemilik sebuah karya fenomenal “Siyar A’lam an-Nubala’” yang berisi biografi para ulama sejak zaman para sahabat hingga masa beliau. Sebab yang mendorong beliau mendalami ilmu agama adalah sebuah kalimat pendek berisi pujian ringan yang tidak berlebihan, yang dilontarkan oleh al-Barzali rahimahullah ketika melihat khat (tulisan)-nya, ia berkata:

إِنَّ خَطَّكَ هَذَا يُشْبِهُ خَطَّ الْمُحَدِّثِيْنَ

Sungguh, tulisanmu itu seperti tulisan para ulama hadits.”

Mendengar kalimat pendek tersebut adz-Dzahabi berbagi cerita:

فَحَبَّبَ اللَّهُ إِلَيَّ عِلْمَ الْحَدِيْثِ

Ternyata Allah memberikan kecintaan kepadaku terhadap ilmu hadits.”
Sehingga, sebagaimana kita perhatikan, adz-Dzahabi bak gunung besar yang subur dengan karya dan tulisan.

Dengan tujuan apa lisan akan kita gunakan? Membangun atau meruntuhkan? Memberi semangat atau memutus harapan? Andai kita bijaksana, maka gunakan lisan untuk membangun dan menyemangati orang lain untuk berkarya. Jangan sampai kita menjadi penyebab kegagalan orang lain.

Oleh Habib Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi

Posting Komentar untuk "Ucapan, Membangun Atau Meruntuhkan?"