Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fiqih Sirah Syekh Muhammad Said Ramadlan Al-Buthi bagian 22 | Siti Khadijah RA

Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi bagian 22

Imam Ahmad dan Al-Thabrani meriwayatkan dari jalur Masruq dari Aisyah ra., is berkata, "Rasulullah SAW nyaris tidak pemah keluar meninggalkan rumah, kecuali setelah menyebut nama Khadijah sambil memuji-mujinya. Suatu hari, beliau menyebut nama Khadijah. Karena dibakar cemburu, aku langsung menukas, 'Bukankah dia hanyalah seorang perempuan tua, dan Allah telah menggantikannya dengan orang yang lebih baik darinya?' Rasulullah SAW marah. Beliau bersabda, 'Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik darinya. Dia beriman ketika semua orang kufir. Dia mempercayaiku ketika semua orang mendustakan aku. Dia membantuku dengan hartanya ketika semua orang menolak membantuku. Dan, Allah telah menganugerahiku keturunan melalui dia, bukan dari istriku yang lain.'"

Pernikahan Rasulullah SAW dengan Khadijah ra. menegaskan beberapa hal penting. Utamanya, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bukanlah pemuja kesenangan jasmani maupun harta. Andaikata Rasulullah SAW seperti itu, sebagaimana para pemuda Quraisy kala itu, tentu beliau akan mencari istri yang lebih muda dari Khadijah ra. atau setidaknya bukanlah perempuan yang lebih tua. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam begitu mencintai Khadijah ra. bukan karena penampilan fisik atau hartanya, melainkan karena kemuliaan perempuan Quraisy itu dan kedudukannya yang terpandang di kalangan kaumnya. Tidaklah keliru jika Khadijah dijuluki Al-Afifah Al-Thahirah (yang terhormat lagi suci).

Pemikahan mereka berdua langgeng sampai Khadijah ra. dijemput ajal dalam usia 65 tahun. Adapun Rasulullah SAW kala itu berusia 50 tahun. Sepanjang hidup berumah tangga dengan Khadijah, tak sedikit pun tebersit niat Rasulullah SAW untuk menikahi perempuan lain. Padahal, dalam rentang usia 20 sampai 50 tahun, laki-laki memiliki kecenderungan menyukai wanita dan beristri lebih dari satu.
Ternyata, Muhammad SAW mampu melampaui kecenderungan ini. Tak ada pikiran untuk memadu Khadijah dengan wanita lain, baik dari kalangan merdeka maupun hamba sahaya. Kalau saja mau, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bisa dengan mudah mendapatkan istri lagi. Tak perlu merasa aneh karena pada saat itu, laki-laki dewasa banyak yang beristri lebih dan satu. Lebih hebat lagi, Rasulullah SAW justru lebih memilih menikah dengan Khadijah yang menyandang status janda.

Kenyataan ini mematahkan semua tuduhan palsu yang dilontarkan mereka yang membenci Islam, baik dari kalangan orientalis maupun antek-anteknya. Sebagaimana dinyatakan Allah, mereka adalah orang orang yang "berteriak-teriak kepada binatang yang hanya akan mendengar panggilan dan seruan belaka."

Telah diketahui bahwa, orientalis selalu berusaha membengkokkan ajaran Islam. Dari waktu ke waktu, mereka menghina Islam sambil meraup dolar. Setali tiga uang dengan para orientalis, antek-anteknya juga menyerang Islam dengan membabi buta. Apa pun yang mereka lakukan akan sia-sia. Serangan yang mereka lancarkan hanyalah seperti sebuah label yang direkatkan di dada agar semua orang mengetahui di pihak siapa mereka sesungguhnya berada. Dengan melihat label itu saja, sebenarnya semua orang mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak pantas angkat bicara soal sejarah Islam. Hal itu disebabkan, mereka menghamba pada pemikiran para penjajah dari kalangan orientalis. Itulah pilihan mereka!

Sumber: Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi

Oleh Habib Ahmad Novel Jindan

Posting Komentar untuk "Fiqih Sirah Syekh Muhammad Said Ramadlan Al-Buthi bagian 22 | Siti Khadijah RA"