Makna Hari Kebangkitan Yang Sesungguhnya

Makna Hari Kebangkitan Yang Sesungguhnya

Kita amat sering mendengar kalimat “kebangkitan” berkenaan dengan seabad Hari Kebangkitan Nasional. Akan tetapi kami khawatir jika ternyata yang disuarakan pada momen itu hanyalah kebangkitan fisik yang hanya didengar oleh telinga bukan dengan hati nurani. Sehingga manusia akan berlomba-lomba untuk mengangkat orang dari keterpurukan fisik, menggedekan bangunan, memperbesar perusahaan dan ternyata tidak dibarengi dengan bangkitnya ruh dan hati. Maka kami perlu mengingatkan bahwa kebangkitan yang sesungguhnya adalah kebangkitan ruh dan hati. Jika ruh dan hati bangkit maka jasad ini pun akan bangkit sehingga pada gilirannya bangkitlah kemulyaan dan akan terangkatlah kemanusiaan.

Akan tetapi sungguh jika kita lalai akan kebangkitan hati maka sungguh bangkitnya fisik seperti apapun megah dan mewahnya semua itu hanya akan menghantarkan pada keterpurukan dan kehancuran mental dan moral. Orang sering salah memaknai sebuah kebangkitan dan kemajuan, sehingga beranggapan kemiskinan adalah keterpurukan dan kekayaan adalah yang kebangkitan. Kita bisa menyaksikan bahwa saat ini orang sering menyuarakan : “Mengentas Kemiskinan Untuk Sebuah Kebangkitan”, sehingga kalimat kemiskinan sering menjadi kalimat yang teraniaya dan tertuduh. Jika ada pencurian dikatakan sebabnya adalah kemiskinan, jika ada pelacuran yang dituduh adalah kemiskinan. Padahal sesungguhnya yang berzina bukanlah orang miskin saja akan tetapi yang kayapun banyak yang berzina. Pencurian selalu dialamatkan pada kemiskinan padahal korupsi dan budaya terima suap pelakunya bukanlah orang-orang yang miskin saja. Maka disini harus kita fahami makna kebangkitan dan makna keterpurukan yang sebenarnya.

Sungguh bangkit yang sesungguhnya adalah kebangkitan iman dan moral dan keterpurukan yang sesungguhnya adalah keterpurukan keimanan dan moral. Telah tiba saatnya bagi kita untuk menengok kembali pada pendidikan hati dan moral. Yang dari hati moral inilah ma’na rahmat dan kasih sayang akan terlahir. Siapapun yang dalam dirinya ada kasih dan sayang maka sulit baginya untuk berbuat aniaya kepada orang lain. Dan disaat seseorang berbuat aniaya ketahuilah sesungguhnya disaat itu hatinya lagi miskin kasih dan sayang. Nabi Muhammad SAW diutus sebagai wujud kasih sayang Allah kepada semesta dan segala yang ada di dalamnya. Artinya kehadiran Nabi Muhammad SAW adalah untuk menciptakan kasih dan sayang. Pendidikan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah pembinaan kasih sayang terhadap semesta alam dari binatang dan puncaknya adalah kemanusiaan.    
 
Dalam mewujudkan kasih sayang sesama manusia dimulai dari kerinduan menghadirkan keindahan di dunia hingga puncaknya adalah bagaimana merindukan keindahan untuk orang lain kelak di akhirat. Kita dilarang berbuat aniaya kepada sesama. Sesama yang mencakup keluarga, tetangga dan semua manusia bahkan juga binatang. Kita tidak boleh membuat satu hal yang menjadikan mereka tersiksa di dunia dan akhirat. Artinya apapun yang kita lakukan harus ada keserasian antara kehidupan di dunia ini dengan kehidupan di akhirat. Itulah kasih sayang yang sesungguhnya.    
    
Maka megahnya sebuah bangunan bukanlah hakekat sebuah kebangkitan jika tujuannya bukan untuk keindahan bangsa manusia di dunia dan akhirat. Bahkan sangat mungkin majunya sebuah industri dan tehnologi menghadirkan penganiayaan kepada bangsa manusia jika ternyata tidak dibarengi dengan kesadaran hati yang merindukan kebahagiaan dalam keabadian kelak di akhirat. Yang membangun karena keuntungan diri di dunia saja akan tidak sadar atau bahkan tidak peduli jika harus merugikan orang lain di dunia dan di akhirat. Jika kebangkitan tidak dimaknai sebagai sesuatu yang berangkat dari hati yang kenal Allah SWT, segede apapun slogan kebangkitan disuarakan sungguh tidak akan sampai pada keindahan yang sesungguhnya. Yang ada hanyalah kedzholiman di dunia dan bencana di akhirat seperti yang kita saksikan saat ini yaitu maraknya kemaksiatan bersama lajunya tekhnologi.

Inilah makna kebangkitan yang harus dihadirkan, jangan hanya kita menyeru kepada kebangkitan-kebankitan fisik akan tetapi ruh dan hati kita runtuh, roboh, bobrok yang semua itu akan menghantarkan pada kehancuran. Kebangkitan yang kita cari adalah kebangkitan yang berangkat dari kasih sayang untuk menciptakan kasih sayang. Dalam bahasa Nabi Muhammad SAW bangkit dalam mewujudkan kasih sayang dan cinta karena Allah SWT.
Wallahu A’lam Bishshowab

Oleh : Buya Yahya
(Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)
 

Posting Komentar untuk "Makna Hari Kebangkitan Yang Sesungguhnya"