Menyambut Haul Solo (Bagian Pertama)
Menyambut Haul Solo (Bagian Pertama) |
Alhamdulillah, kita semua diberi kesempatan untuk pernah melihat/mengenal Habib Muhammad Anis Al-Habsyi Solo. Pernah mendengar suaranya. Pernah menyentuh tubuhnya dan mencium tangan sucinya. Sebuah anugerah dari Allah SWT. yang patut disyukuri.
Semoga saja itu pertanda bahwa kita adalah sebagian orang-orang yang dikehendaki bernasib baik. Karena jika Allah menghendaki seorang hambanya menjadi orang baik, maka Allah akan menempatkannya kepada kebaikan. Memudahkannya melakukan kebaikan dan mengumpulkannya dengan ahli-ahli kebajikan.
Pada sebuah perjumpaan saya dengan Habib Anis, selama perjalanan menuju kota Solo, pikiran saya terpecah. Sebenarnya saya memaksa untuk pergi ke Solo, karena sejujurnya saya tidak mempunyai cukup uang untuk perjalanan pulang pergi. Tetapi saya tetap memaksa pergi juga. Dengan resiko, nanti pulangnya saya akan terhenti di tengah jalan. Dan untuk sampai ke Rumah, saya masih membutuhkan setidaknya uang 50 ribu Rupiah. Saya pasrah saja, apa nanti yang akan terjadi, bagaimana caranya pulang saya tidak perduli. Yang penting dapat sowan kepada Habib Anis Al-Habsyi.
Pulang dari solo, di tengah perjalanan pulang itu, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri saya dan tanpa ba bi bu dia memasukkan sebuah amplop ke dalam saku gamis saya. Kaget tetapi saya tidak sempat bertanya apa-apa. Orang itu sambil senyum, berlalu begitu saja..
Amplopnya saya buka, seperti yang anda tebak, isinya uang 50 ribu rupiah!!!
Saya kemudian termenung sejenak memikirkan kejadian ini. Kejadian bagaimana jika seseorang mempunyai himmah yang kuat dalam sebuah kebaikan, maka Allah Ta’ala akan menolong dan memudahkannya. Disamping itu, kejadian inipun saya anggap sebagai salah satu bentuk keberkahan dari Habib Anis yang melingkupi diri saya.
Secara normatif, ada kaidah “Man Istakfa billah, kafahu. Barang siapa yang menjadikan Allah sebagai kecukupan dirinya, maka Allah akan mencukupinya.“
Al-Habib Al-Arif Billah Muhammad bin Thahir Al-Haddad Shahib Tegal berkata:
“Salah satu kebiasaanku adalah, walaupun untuk sesuatu yang sedikit (remeh) aku tidak akan meminta-minta kepada siapapun. Kebetulan suatu hari uangku habis sewaktu aku ada di kota Surabaya. Kemudian sempat terbesit di dalam hatiku untuk meminta kepada si Fulan dan si Fulan. Aku benar-benar akan melakukannya.
Lalu aku berkata kepada diriku sendiri: “Allah SWT. adalah Tuan yang ‘lebih dekat’ dibandingkan dengan siapapun. Aku malu jika sampai meminta kepada selai Dia.”
Maka aku arahkan permintaanku kepada pintu Allah Ta’ala. Sesudah itu, akupun mandi di sebuah kamar mandi, tiba-tiba tanpa aku sangka sebelumnya, datang seorang teman memberiku sebuah kitab. Saat aku buka, di dalamnya ada sejumlah uang yang cukup buatku untuk memenuhi hajatku.
Akupun terduduk dan menangis memikirkan apa yang aku alami ini. Memikirkan tentang kelembutan kasih Allah Ta’ala ini dan memikirkan betapa cepatnya Allah mengabulkan doa-doa“
Al-Habib Muhammad bin Thahir jika menuturkan kisahnya ini, beliau selalu mengakhirinya dengan ungkapan:
“Barang siapa yang menjadikan Allah sebagai kecukupan dirinya, maka Allah akan mencukupi dirinya“
Sebagai isyarat bahwa tidak patut bagi seorang hamba untuk mengarahkan tujuan dan segala maksud dirinya selain kepada Tuhannya. (Qurratun Nadhir Jus 1 halaman 209).
Pada hari Sabtu ini, 22 januari 2016, sebagai bentuk tarhib atas haul Al Habib Ali al Habasyi di kota Solo, kita akan selalu menukil beberapa Shalawat yang pernah ditulis oleh al Habib Ali. Sejumlah shalawat itu termaktub dalam Kumpulan Shalawat beliau, yang dirangkum oleh salah satu murid beliau, Al-Arif billah Al-Habib Muhammad bin Idrus al habasyi dalam kitab Majma’ul Lathaifil Arsyiyyah.
Dan selanjutnya, di setiap tulisan ke depan akan selalu ada cuplikan shalawat-shalawat beliau. Harapannya tentu kita dapat selalu membacanya dan mendapatkan fadlilah, pahala serta rahasia-rahasia shalawat beliau yang istemewa-istemewa.
Secara Khusus, Habib Anis al habasyi sudah mengijazahkan shalawat-shalawat tersebut kepada kami, dan lisanul hal beliau mengijinkan kami untuk mengijazahkannya kepada para pecinta Habib Ali Al-Habsyi .
Dari arah Habibana Salim as-Syathiriy, beliau telah menuliskan ijazah (ijin) untuk kami di dalam hal menyebarkan/mengijazahkan amalan-amalan para Aslaf, termasuk shalawat-shalawat al habib Ali ini.
Karena itu, sebagai jembatan dan wakil saja, kami ijazahkan setiap shalawat yang kami cantumkan di setiap tulisan-tulisan kami, dan selanjutnya agar dibaca dengan penuh rindu serta cinta, tanpa melupakan doa-doa yang baik untuk kami dan kedua orang tua kami tercinta.
Dalam Lathaiful Arsyiyyah, al Habib Muhammad bin Idrus al habsyi membaginya menjadi hizib-hizib harian. Pada hizib Hari sabtu ada sekitar 43 naskah shalawat. Kita nukilkan saja dua diantaranya, dua buah shalawat yang secara redaksinya sangat mirip dan arti/maknanya yang berdekatan.
Yang pertama :
ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN
GHINA_I FAQRIY WAHAYATI RUKHI WASURURI QALBIY WANAJATI FID DUNYA WAL AKHIRAH.
“Semoga Shalawat Salam tercurah kepada tuanku Muhammad, Yang mengkayakan kefakiranku, Sang kehidupan jiwaku, Penggembira hatiku, Penyelamat diriku di dunia dan di akhirat.”
Shalawat kedua:
ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN SHALATAN TAHYA BIHA RUKHI WATANSATU BIHA JAWARIKHI WAYAQWA BIHA QALBIY WAYASRI SIRRUHA FI AULADIY, WA AHLIY, WA ASHABIY WA AKUNU BIHA SA’IDAN MAS ‘UDAN.
“Semoga Shalawat Salam tercurah kepada Tuanku Muhammad, Shalawat yang menghidupkan jiwaku, yang menyemangatkan tubuh-tubuhku, yang menguatkan hatiku, Shalawat yang rahasianya mengalir mengenai juga anak-anakku, istri (keluarga) ku, dan Shahabat-shahabatku. Shalawat yang membuatku menjadi seorang yang selamat dan terselamatkan…”
Bersambung Menyambut Haul Solo (bagian kedua)
Pulang dari solo, di tengah perjalanan pulang itu, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri saya dan tanpa ba bi bu dia memasukkan sebuah amplop ke dalam saku gamis saya. Kaget tetapi saya tidak sempat bertanya apa-apa. Orang itu sambil senyum, berlalu begitu saja..
Amplopnya saya buka, seperti yang anda tebak, isinya uang 50 ribu rupiah!!!
Saya kemudian termenung sejenak memikirkan kejadian ini. Kejadian bagaimana jika seseorang mempunyai himmah yang kuat dalam sebuah kebaikan, maka Allah Ta’ala akan menolong dan memudahkannya. Disamping itu, kejadian inipun saya anggap sebagai salah satu bentuk keberkahan dari Habib Anis yang melingkupi diri saya.
Secara normatif, ada kaidah “Man Istakfa billah, kafahu. Barang siapa yang menjadikan Allah sebagai kecukupan dirinya, maka Allah akan mencukupinya.“
Al-Habib Al-Arif Billah Muhammad bin Thahir Al-Haddad Shahib Tegal berkata:
“Salah satu kebiasaanku adalah, walaupun untuk sesuatu yang sedikit (remeh) aku tidak akan meminta-minta kepada siapapun. Kebetulan suatu hari uangku habis sewaktu aku ada di kota Surabaya. Kemudian sempat terbesit di dalam hatiku untuk meminta kepada si Fulan dan si Fulan. Aku benar-benar akan melakukannya.
Lalu aku berkata kepada diriku sendiri: “Allah SWT. adalah Tuan yang ‘lebih dekat’ dibandingkan dengan siapapun. Aku malu jika sampai meminta kepada selai Dia.”
Maka aku arahkan permintaanku kepada pintu Allah Ta’ala. Sesudah itu, akupun mandi di sebuah kamar mandi, tiba-tiba tanpa aku sangka sebelumnya, datang seorang teman memberiku sebuah kitab. Saat aku buka, di dalamnya ada sejumlah uang yang cukup buatku untuk memenuhi hajatku.
Akupun terduduk dan menangis memikirkan apa yang aku alami ini. Memikirkan tentang kelembutan kasih Allah Ta’ala ini dan memikirkan betapa cepatnya Allah mengabulkan doa-doa“
Al-Habib Muhammad bin Thahir jika menuturkan kisahnya ini, beliau selalu mengakhirinya dengan ungkapan:
“Barang siapa yang menjadikan Allah sebagai kecukupan dirinya, maka Allah akan mencukupi dirinya“
Sebagai isyarat bahwa tidak patut bagi seorang hamba untuk mengarahkan tujuan dan segala maksud dirinya selain kepada Tuhannya. (Qurratun Nadhir Jus 1 halaman 209).
Pada hari Sabtu ini, 22 januari 2016, sebagai bentuk tarhib atas haul Al Habib Ali al Habasyi di kota Solo, kita akan selalu menukil beberapa Shalawat yang pernah ditulis oleh al Habib Ali. Sejumlah shalawat itu termaktub dalam Kumpulan Shalawat beliau, yang dirangkum oleh salah satu murid beliau, Al-Arif billah Al-Habib Muhammad bin Idrus al habasyi dalam kitab Majma’ul Lathaifil Arsyiyyah.
Dan selanjutnya, di setiap tulisan ke depan akan selalu ada cuplikan shalawat-shalawat beliau. Harapannya tentu kita dapat selalu membacanya dan mendapatkan fadlilah, pahala serta rahasia-rahasia shalawat beliau yang istemewa-istemewa.
Secara Khusus, Habib Anis al habasyi sudah mengijazahkan shalawat-shalawat tersebut kepada kami, dan lisanul hal beliau mengijinkan kami untuk mengijazahkannya kepada para pecinta Habib Ali Al-Habsyi .
Dari arah Habibana Salim as-Syathiriy, beliau telah menuliskan ijazah (ijin) untuk kami di dalam hal menyebarkan/mengijazahkan amalan-amalan para Aslaf, termasuk shalawat-shalawat al habib Ali ini.
Karena itu, sebagai jembatan dan wakil saja, kami ijazahkan setiap shalawat yang kami cantumkan di setiap tulisan-tulisan kami, dan selanjutnya agar dibaca dengan penuh rindu serta cinta, tanpa melupakan doa-doa yang baik untuk kami dan kedua orang tua kami tercinta.
Dalam Lathaiful Arsyiyyah, al Habib Muhammad bin Idrus al habsyi membaginya menjadi hizib-hizib harian. Pada hizib Hari sabtu ada sekitar 43 naskah shalawat. Kita nukilkan saja dua diantaranya, dua buah shalawat yang secara redaksinya sangat mirip dan arti/maknanya yang berdekatan.
Yang pertama :
ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN
GHINA_I FAQRIY WAHAYATI RUKHI WASURURI QALBIY WANAJATI FID DUNYA WAL AKHIRAH.
“Semoga Shalawat Salam tercurah kepada tuanku Muhammad, Yang mengkayakan kefakiranku, Sang kehidupan jiwaku, Penggembira hatiku, Penyelamat diriku di dunia dan di akhirat.”
Shalawat kedua:
ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN SHALATAN TAHYA BIHA RUKHI WATANSATU BIHA JAWARIKHI WAYAQWA BIHA QALBIY WAYASRI SIRRUHA FI AULADIY, WA AHLIY, WA ASHABIY WA AKUNU BIHA SA’IDAN MAS ‘UDAN.
“Semoga Shalawat Salam tercurah kepada Tuanku Muhammad, Shalawat yang menghidupkan jiwaku, yang menyemangatkan tubuh-tubuhku, yang menguatkan hatiku, Shalawat yang rahasianya mengalir mengenai juga anak-anakku, istri (keluarga) ku, dan Shahabat-shahabatku. Shalawat yang membuatku menjadi seorang yang selamat dan terselamatkan…”
Bersambung Menyambut Haul Solo (bagian kedua)
Posting Komentar untuk "Menyambut Haul Solo (Bagian Pertama)"