Pecinta Rasulullah Yang Mengidolakan Siti Fatimah Az-Zahro

Pecinta Rasulullah Yang Mengidolakan Siti Fatimah Az-Zahro
Pecinta Rasulullah Yang Mengidolakan Siti Fatimah Az-Zahro

Terjadi di Pesantren Daarul Musthafa, Pimpinan Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh Bin Syekh Abu Bakar. Tercatatlah dalam pesantren seorang santri yang bernama Thayyibah, seorang santri keturunan Pakistan warga negara Inggris. Sejak kecil dia mengaku orang islam meski tidak menjalankan segala syariat-syariat agama, shalat ditinggalkan, puasa dilupakan, hingga suatu hari tergerak hatinya untuk kembali kepada agamanya, cari informasi, dimanakah bisa mempelajari islam yang murni, maka sampailah dia di Daarul Musthafa, Tarim.


Thayyibah belajar dengan sungguh-sungguh semua ajaran Rasulullah, kepribadian Rasulullah, kepribadian Sayyidatunaa Fatimatuzzahro RA, kebiasaan para Salafus Shalih dan ia benar-benar damai dan menemukan yang ia cari. Hingga suatu ketika ada seorang santri putra di pondok Habib Umar, Amin namanya, seorang mualaf dari Inggris menyampaikan keinginan kepada Habib Umar ingin menikah, dia mencari yang sama-sama orang Inggris, karena dia berkeinginan kelak ingin berdakwah bersama istrinya kembali ke negerinya Inggris.

Mengetahui hal itu Hubabah Nur menawarkan seorang Amin kepada Thayyibah. Mendengar itu Thayyibah menyatakan akan beristikharah dan mengharap Hubabah Nur juga melakukan istikharah untuknya sebelum mengambil keputusan.

Pada suatu saat perjumpaan Thayyibah dengan Hubabah Nur, dia tanyakan perihal istikharah Hubabah. Hubabah menjawab belum melakukan istikharah dan lupa karena kesibukan yang sangat di pesantren. Thayyibah menyatakan ke Hubabah:

"Tidak apa-apa karena saya sudah istikharah tadi malam Rasulullah mendatangi saya dan beliau menyatakan: Amin adalah hadiah dariku untukmu"

Maa syaa Allah...!

 Seorang Thayyibah mendapat kehormatan dijumpai oleh Rasulullah dengan menyampaikan sebuah kabar gembira untuknya. Subhanallaah Walhamdulillaah Wa Laa Ilaaha illallaah. Batin siapa yang tidak tergetar oleh cerita ini?

Menjelang pernikahan, Hubabah meminta kepada sejumlah orang untuk mengantar Thayyibah membeli perlengkapan untuk persiapan pernikahannya. Diantarlah Thayyibah ke kota Seiwun, ke sebuah toko untuk membeli baju-baju dan perlengkapan makeup dan lain-lain. Selama berjam-jam dua berputar keliling toko, ternyata Thayyibah hanya membeli 1 baju, oleh para pengantarnya ditanya, mengapa hanya 1 baju.

Dia menjawab: "Aku masih punya 1 baju yang cukup bagus di rumah yang bisa aku pakai. Sayyidatina Fatimatuzzahro hanya mempunyai 2 baju menjelang pernikahannya. Aku takut membeli lebih sedangkan Sayyidatina Fatimatuzzahro hanya mempunyai 2 baju, bagaimana aku di hadapannya kelak? "

Maa syaa Allah🌹

Oleh pengantarnya Thayyibah juga diingatkan untuk membeli makeup dan yang bisa ia gunakan nanti di hadapan suaminya tapi apa jawabannya?
"Itu adalah aib yang tak pantas untuk di bicarakan, itu masalah suami istri dan orang lain tidak perlu tahu "

Ketika orang-orang akan mendandani dia dengan aneka make-up dengan hormat dia menolak dan mengatakan:
"Sayyidatina Fatimah Az-zahro hanyak merapikan rambutnya dan memakai celak pada hari pernikahannya, dan aku mau yang seperti itu".

Maa syaa Allah...!

Ketika dia ingin memohon bantuan orang untuk mengencangkan resleting baju belakangnya, ia meminta orang yang ada di kamarnya untuk keluar sejenak, karena dia malu. Malu adalah tanda sifat wanita beriman, dan meminta 1 orang saja dengan mematikan lampu hingga tak tampak auratnya.

Dan siaplah seorang Thayyibah dengan dandanan yang sangat sederhana, hanya merapikan rambut, memakai hijab syar'i dan memakai celak saja, keluar dari kamarnya, tapi apa yang terjadi?

Semua orang mengucapkan: Subhanallah, Maha Suci Allah yang Maha Mengindahkan seorang hamba, yang Maha mencantikkan seorang hamba, dengan dandanan yang sederhana, wajah Thayyibah begitu bersinar, memancarkan cahaya ilahi, bagai bidadari turun dari langit, sangat cantik jauh lebih cantik dari biasanya.

Keesokan harinya Hubabah Nur meminta seseorang untuk mengantar sarapan ke rumah mereka, sesampainya di sana, diketuk-ketuk pintu tidak ada jawaban, hingga kembalilah ia, hingga siang hari Hubabah meminta kembali diantarkan makanan untuk mereka, diketuk-ketuk belum juga ada jawaban.

Dan ketika akan kembali pengantar makanan tadi melihat pasangan ini sedang berjalan menuju rumahnya.

"Aku mengantarkan apa yang diminta Hubabah untuk kalian tetapi dari tadi aku ketuk pintu rumah mu tidak ada jawaban".
" Kami baru saja berziarah ke zanbal, tempat di mana dimakamkan begitu banyak Auliya Allah "

Dan mereka kesana dengan jalan kaki pada panas yang terik, yang jika di hitung sama dengan 10 menit berkendaraan mobil.

Sepasang pengantin baru berjalan di panas terik menuju tempat para Auliya Allah dimakamkan, untuk bertawasul kepada mereka semua. Bisakah kita bayangkan yang seperti itu? Apakah kita merasa begitu mulia? Lebih mulia dari seorang Thayyibah hanya karena ada darah dzurriyat Rasullullah dalam tubuh kita?

Benarkah kita begitu mencintai Allah Rabbul Jalal? Benarkah kita begitu mencintai kekasih Allah Sayyidina Rasulillah SAW dan menjadikan Beliau SAW satu-satunya panutan bagi kita? Sayyidatina Fatimatuzzahro dan Sayyidina Ali panutan kita? Hanya diri kita masing-masing yang tahu jawabannya.

 Ustadzah Ummu Najwa

Baca Juga: Tiga Sunnah Mulia

Posting Komentar untuk "Pecinta Rasulullah Yang Mengidolakan Siti Fatimah Az-Zahro"