Perkataan Ulama' Tentang Kemuliaan Nisfu Sya'ban dan Berdoa Di Dalamnya

Di bawah ini merupakan beberapa perkataan ulama tentang kemuliaan dari malam nishfu sya'ban yaitu malam tanggal 15 sya'ban, di antaranya:

1. Imam Syafi’i Rahimahullah berkata:
Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam Jum’at, malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam Nishfu Sya'ban. (Sunan al-Kubra Imam Baihaqi juz 3 halaman 319).

2. Dari Muadz bin Jabal RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Jika datang malam Nishfu Sya'ban, maka laksanakanlah shalat pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya, karena sesungguhnya Rahmat Allah turun ke langit dunia ketika matahari tenggelam pada malam itu. Allah berfirman: “Adakah seseorang yang meminta ampunan sehingga AKU ampuni. Adakah seseorang yang meminta rezeki sehingga AKU beri rezeki. Adakah seseorang yang sakit sehingga AKU sembuhkan penyakitnya. Adakah orang yang demikian? adakah orang yang demikian?" dan seterusnya hingga terbit fajar. (HR. Ibnu Majah).

3. Syekh Abdul Qadir Al-Jilani berkata:
Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qadar. (Kalam al-Habib ‘Alwi bin Syahab dalam al-Fawaid al-Mukhtarah halaman 446).

4. Al-Hafidh Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan:
Kebanyakan ulama hadits menilai bahwa hadits-hadits yang berbicara tentang malam Nishfu Sya'ban masuk kategori hadits dla’if (lemah), namun Ibnu Hibban menilai sebagian hadits itu shahih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shahihnya. (Kitab Lathaif al-Ma'arif Fima li Mawasim al-Ami min al-Wadhaif )

5. Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan:
Para ulama hadits, ulama fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan hadits dla’if untuk keutamaan amal (fadha-ilul ‘amal), bukan untuk menentukan hukum, selama hadits-hadits itu tidak terlalu dla’if (sangat lemah). (Kitab ad-Durr al-Mandlud)

Jadi, walaupun hadits-hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dla’if (lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalan di malam Nishfu Sya’ban.

6. Dr. Wahbah Az-Zuhaily menuliskan dalam al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh:
Disunnahkan dua malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) serta malam-malam di sepuluh terakhir di bulan Ramadlan untuk Lailatul Qadar, sepuluh malam Dzulhijjah, malam Nishfu Sya’ban dengan melakukan ibadah seluruh malam atau sebagain besar malam itu, berdasarkan hadits-hadits shahih yang menetapkannya. (Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh juz 2 halaman 47).

7. Dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah Saw bersabda:
Allah SWT. melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya'ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan. (HR. Ibnu Hibban dalam Sahih-nya [12/481]).

Maka, dengan fatwa para Ulama ini, kita dianjurkan memperbanyak do'a di malam itu. Jelas pula bahwa do'a tidak bisa dilarang kapan pun dan dimana pun. Mintalah apa yang engkau butuhkan.

Semoga kita senantiasa diberikan hidayah dan taufiq Allah sehingga diberi kemampuan menghidupkan malam nishfu sya'ban dengan berbagai ibadah sehingga kita terlimpah rahmat dan ridla-Nya, aamiin. 

Baca Juga: Doa Pada Malam Nishfu Sya'ban dan Tata Caranya

Bila ada dari mereka yang melarang do'a, maka hendaknya mereka menunjukkan dalil larangannya.

Bila ada dari mereka yang meminta riwayat cara berdo'a, maka alangkah bodohnya mereka yang tak memahami caranya berdo'a, karena caranya adalah meminta kepada Allah.

Semoga bermanfaat

Posting Komentar untuk "Perkataan Ulama' Tentang Kemuliaan Nisfu Sya'ban dan Berdoa Di Dalamnya"