Qasidah Burdah oleh Imam Al-Bushiri Bagian 1
للإمام البوصيري
Bagian 1
الغزل وشكوى الغرام
Romantisme dan Keluhan Cinta
مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّـمْ دَآئِــماً أَبَـدًا ۞ عَلـــَى حَبِيْبِـكَ خَيْــرِ الْخَلْقِ
كُلِّهِمِ
هُوَالْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ ۞ لِكُلّ هَوْلٍ مِنَ الْأِهْوَالِ
مُقْتَحِـــــــمِ
أَمِنْ تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ بِذِيْ سَــــلَــمٍ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَيْ
مِنْ مُقْلَةٍ بِـــدَمِ
Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam[1] sana.
Engkau deraikan air mata dengan darah duka.
1. Dzi Salam : Suatu tempat di antara Mekah dan Madinah
أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَاءِ كَاظِمَـــةٍ ۞ وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِيْ الْضَمَآءِ مِنْ
إِضَـمِ
Ataukah karena hembusan angin terarah lurus berjumpa di
Kadhimah[2].
Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idlam [3].
2. Kadhimah : Nama suatu jalan menuju Mekah
3. Idlam : Nama Jurang di Madinah
فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَــا ۞ وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ
يَهِـــــمِ
Mengapa kedua air matamu tetap meneteskan airmata? Padahal engkau
telah berusaha membendungnya.
Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha
menghiburnya.
أَيَحَسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتـــِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ
وَمضْطَــــرِمِ
Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api
cinta dapat disembunyikan darinya.
Di antara tetesan air mata dan hati yang terbakar membara.
لَوْلَا الْهَوَى لَمْ تُرِقْ دَمْعاً عَلَي طَـلَلٍ ۞ وَلاَ أرَقْتَ لِذِكْرِ الْبَانِ
وَالْعَلـَـــمِ
Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu.
Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon
ban dan gunung yang kau rindu.
فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُباًّ بَعْدَ مَا شَــهِدَتْ ۞ بِهِ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ
وَالسَّـــقَمِ
Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah
menyaksikannya
Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara
وَأَثْبَتَ الْوَجْدُ خَطَّيْ عَبْرَةٍ وَّضَــنىً ۞ مِثْلَ الْبَهَارِمِ عَلَى خَدَّيْكَ
وَالْعَنَــــمِ
Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit
lemah tak berdaya.
Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.
نَعَمْ سَرَى طَيْفُ مَنْ أَهْوَى فَأَرّقَنِي ۞ وَالْحُبّ يَعْتَرِضُ اللّذّاتَ
بِالَلَــــــمِ
Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan
tidurku untuk terjaga
Dan memang cinta sebagai penghalang bagi siempunya antara dirinya
dan kelezatan cinta yang berakhir derita
يَا لَا ئِمِي فِي الهَوَى العُذْرِيِّ مَعْذِرَةً ۞ مِنّي إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَمْ
تَلُمِ
Wahai pencaci derita cinta kata maaf kusampaikan padamu.
Aku yakin andai kau rasakan derita cinta ini tak mungkin engkau
mencaci maki.
عَدَتْكَ حَـــالِـي لَاسِرِّيْ بِمُسْتَتِرٍ ۞ عَنِ الْوِشَاةِ وَلاَ
دَائِيْ بِمُنْحَسِــمِ
Kini kau tahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan
darimu.
Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada
kunjung sirna.
مَحّضْتَنِي النُّصْحَ لَكِنْ لَّسْتُ أَسْمَعُهُ ۞ إَنّ الُحِبَّ عَنِ العُذَّالِ فِي صَمَمِ
Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu.
Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak
menggubris cacian pencela.
إِنِّى اتَّهَمْتُ
نَصِيْحَ الشّيْبِ فِي عَذَلِي ۞ وَالشّيْبُ أَبْعَدُ فِي
نُصْحِ عَنِ التُّهَمِ
Aku curiga ubanku pun turut mencelaku. Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.
التحذير من هوى النفس
Peringatan Tentang Bahaya Hawa Nafsu
فَإِنّ أَمّارَتِ بِالسّـوءِ مَا اتّعَظَتْ ۞ مِنْ جَهْلِهَا بِنَذِيرِ الشّيْبِ
وَالَهَرَمِ
Sungguh nafsu amarahku pada nasehat tak terima, karena berangkat
dari ketidaktahuannya.
Adanya peringatan berupa uban di kepala dan ketidakberdayaan tubuh
akibat umur senja.
وَلَا أَعَدَّتْ مِنَ الفِعْلِ الَجَمِيْلِ قِرَى ۞ ضَيْفٍ أَلَمَّ بِرَأْسِي غَيْرَ مُحْتَشِمِ
Nafsu amarahku tak mampu bersiap-siap diri, dengan mengerjakan
amal baik yang bernilai.
Untuk menyambut kedatangan tamu yang pasti, tamu yang singgah di
kepala nan tiada malu lagi.
لَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ أَنِّـي مَــا أُوَقّـــــــــِرُهُ ۞ كَتَمْتُ سِرًّا بَدَا
لِيْ مَنْهُ بِالكَتَمِ
Jikalau aku tahu bahwa diriku tak mampu menghormat tamu
Maka lebih baik kusembunyikan diriku dengan cara menyemir uban di kepalaku
مَنْ لِي بِرَدِّ جِمَاحٍ مِنْ غَوَايَتِهَا ۞ كَمَا يُرَدُّ جِمَاحُ
الَخَيْلِ بِاللُّجُمِ
Siapakah gerangan? Sanggup mengendalikan nafsuku dari kesesatan
Sebagaimana kuda liar yang terkendalikan dengan tali kekangan
فَلاَ تَرُمْ بِالْمَعَاصِيْ كَسْرَ شَهْوَتِهَا ۞ إِنّ الطَّعَامَ يُقَوِّيْ شَهْوَةَ
النَّهِمِ
Jangan kau berharap, dapat mematahkan nafsu dengan maksiat.
Karena makanan justru bisa perkuat bagi si rakus makanan lezat.
وَالنّفْسُ كَالطّفِلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى ۞ حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ
تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap suka menyusu.
Namun bila kau sapih, maka bayi akan berhenti sendiri
فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ ۞ إِنّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصِمْ أَوْ
يَصِمِ
Maka palingkanlah nafsumu, takutlah jangan sampai ia menguasainya
Sesungguhnya nafsu, jikalau berkuasa maka akan membunuhmu dan
membuatmu tercela
وَرَاعِهَا وَهْيَ فِيْ الأَعْمَالِ سَآئِمَةٌ ۞ وَإِنْ هِيَ اسْتَحْلَتِ الْمَرْعَى
فَلاَتُسِمِ
nafsu merasa nyaman dalam kebaikan, maka tetap jaga dan jangan kau
Dan gembalakanlah nafsu, karena dalam amal nafsu bagaikan hewan ternak.
Jika lengah
كَمْ حَسّنَتْ لَذّةً لِلْمَـــــــرْءِ قَاتِلَةً ۞ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ
أَنّ السَّمَّ فِي الدَّسَمِ
Betapa banyak kelezatan, justru bagi seseorang membawa kematian
Karena tanpa diketahui, adanya racun tersimpan dalam makanan
وَاخْشَ الدَّسَائِسَ مِنْ جُوعٍ وَّمِنْ شَبَعِ ۞ فَرُبّ مَخْمَصَةٍ شَرُّ
مِنَ التُّخَمِ
Takutlah terhadap tipu
dayanya lapar dan kenyang
Sebab sering terjadi rasa lapar lebih daripada kenyang
وَاسْتَفْرِغِ الدَّمْعَ مِنْ عَيْنٍ قَدِ امْتَلَأَتْ ۞ مِنَ الْمَحَارِمِ
وَالْزَمْ حِمْيَةَ النَّدَمِ
Deraikanlah air mata, dari pelupuk mata yang penuh noda dosa
Peliharalah rasa sesal dan kecewa karena dosa
وَخَالِفِ النّفْسَ وَالشّيْطَانَ وَاعْصِهِمَا ۞ وَإِنْ هُمَا مَحّضَاكَ النُّصْحَ
فَاتَّهِمِ
Lawanlah hawa nafsu dan setan durhaka, dan jagalah pada keduanya
Jika mereka tulus menasehati maka engkau harus mencurigai
وَلاَ تُطِعْ مِنْهُمَا خَصْمًا وَلاَحَكَمًا ۞ فَأَنْتَ تَعْرِفُ كَيْدَ الخَصْمِ
وَالْحَكَمِ
Janganlah engkau taat kepada mereka nafsu dan setan, baik selaku
musuh atau selaku hakim
Sebab engkau sudah tahu dengan nyata, bagaimana tipu dayanya dalam
musuh dan menghukumi
أَسْتَغْفِرُ الَّلهَ مِنْ قَوْلٍ بِلاَعَمَــلٍ ۞ لَقَدْ نَسَبْتُ بِهِ نَسْلً لِذِي عُقُمِ
Kumohon pengampunan kepada Allah, atas ucapan yang tanpa
mengamalkan
Sungguh.. hal itu laksana orang mandul tak berketurunan
أَمَرْتُكَ الْخَيْرَ لٰكِنْ مَا ائْتَمَرْتُ بِهِ ۞ وَمَا اسْتَقَمْتُ فَمَا قَوْلِ لَكَ
اسْتَقِمِ
Engkau ku perintah lakukan amal kebaikan, namun aku sendiri enggan
mengerjakan
Maka tiada berguna ucapanku agar kau berlaku benar, sedangkan
diriku sendiri dalam kelalaian
وَلاَ تَزَوّدْتُ قَبْلَ المَوْتِ نَافِلَــةً ۞ ولَمْ أُصَلّ سِوَى فَرْضٍ وَلَمْ أَصُمِ
Dan diriku tiada menambah amal kebaikan dalam kesunnahan, sebelum
kematian datang
Dan tiada aku shalat dan puasa, kecuali hanya ibadah yang wajibkan
Posting Komentar untuk "Qasidah Burdah oleh Imam Al-Bushiri Bagian 1"