Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Amal Pemusnah Kebaikan Bagian 5

Amal Pemusnah Kebaikan Bagian 5

Tujuan dari menyucikan hati adalah munculnya cahaya iman di dalamnya. Allah Swt. pun berfirman, Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan melapangkan dadanya untuk (menerima) Islam (QS Al-An'am [6]: 125).

Firman-Nya yang lain menyatakan, Apakah orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? (QS Al-Zumar [39]: 22 ).

Bersinarnya hati dan keimanan mempunyai tiga tingkatan sebagai berikut:

Pada tingkatan pertama adalah keimanan orang-orang awam, yang masih dalam tataran taklid murni.

Tingkatan kedua adalah keimanan para ahli kalam (mutakal-limin), yang bercampur dengan berbagai macam pembuktian.

Tingkatan ketiga adalah keimanan orang-orang arif ('arifin), yang didapat melalui penyaksian dengan nurul-yaqin.

Sebagai perumpamaan, bilamana engkau membenarkan bahwa Zaid ada di rumah, keyakinanmu mempunyai tiga tingkatan:

Pertama, seseorang yang telah engkau uji kejujurannya dan engkau tidak pernah mengetahuinya berdusta, mengabarkan kepadamu ihwal keberadaan Zaid di rumah. Kemudian hatimu merasa tenang dan percaya terhadap berita tersebut Inilah yang dinamakan taklid murni, sebagai perumpamaan keimanan orang-orang awam.

Kedua, engkau mendengar sendiri suara dan ucapan Zaid dari dalam rumah, tetapi di balik dinding. Hal itu membuatmu menyimpulkan bahwa Zaid ada di dalam rumah. Dengan demikian, keimanan dan pembenaranmu lebih kuat daripada keimanan dan pembenaran yang hanya berdasarkan pada perkataan orang lain.

Ketiga, engkau masuk ke rumah, lalu melihat dan menyaksikan Zaid dengan mata kepalamu sendiri. Inilah pengetahuan dan keimanan yang hakiki dan persaksian yang meyakinkan. Ini menyerupai pengetahuan orang-orang yang dekat dengan Allah {muqarrabin) dan senantiasa percaya [shiddiqin) karena mereka beriman kepada Allah setelah menyaksikan sendiri [musyahadah).

Oleh karena itu, persiapkan dirimu dengan menyucikan hati, memperbanyak berzikir, dan menutup pintu-pintu masuk setan ke dalam hati. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, "Mufarridun telah mendahului." "Siapakah mufarridun itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah, laki-laki maupun perempuan." Dalam riwayat yang berbeda, "Orang-orang yang senantiasa memperbanyak zikir kepada Allah."

Allah Swt. berfirman, Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (QS Al-Ankabut [29]: 69).

Jadi, setiap hikmah yang muncul dari hati dengan cara tekun beribadah, tanpa belajar, maka sumbernya adalah ilham. Allah Swt. pun berfirman, Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia buatkan jalan keluar baginya (QS Al-Thalaq [65]: 2).

Maksudnya, jalan keluar dari kesulitan-kesulitan dan perkara-perkara syubhat. Allah menambahkan,... dan memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangkanya (QS Al-Thalaq [65]: 3).

Maksudnya, mengajarkan ilmu kepadanya tanpa harus belajar dan mencoba-coba (bereksperimen). Firman-Nya yang lain menyatakan, "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan yang batil) kepadamu" (QS Al-Anfal [8]: 29).

Ada yang menafsirkan, furqdn adalah cahaya (nur) yang membuat seseorang bisa membedakan kebenaran dari kebatilan, sehingga ia bisa lepas dari perkara-perkara syubhat.

Dalam doa-doanya, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam banyak memohon diberi cahaya. Beliau pernah berdoa, "Ya Allah, berikan cahaya kepadaku. Tambahkan cahaya kepadaku. Buatkan cahaya di hatiku, cahaya di kuburku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku ... di rambutku, di kulitku, di dalam dagingku, di dalam darahku, dan di dalam tulang-tulangku." Doa ini sebagaimana dilansir dalam Shahjh al-Bukhori dan Shohih Muslim, hadis dari Ibnu Abbas r.a. Ali r.a. mengatakan, "Tidak ada satu pun yang diberikan Rasulullah kepada kami (ahlul bayt) secara sembunyi-sembunyi, kecuali bahwa Allah Swt. memberikan kepada seorang hamba-Nya pemahaman terhadap kitab-Nya." Pemahaman yang dimaksud dalam hadis ini tidak diperoleh melalui belajar. Allah Swt. berfirman, Dia memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya (QS Al-Baqarah [2]: 269). Ada yang menafsirkan bahwa hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Quran.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, "Takutlah kalian terhadap firasat orang mukmin karena sesungguhnya ia melihat dengan cahaya dari Allah Swt!' Hasan meriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bahwa beliau bersabda, "Ilmu ada dua. Ilmu batin ada di dalam hati dan itulah ilmu yang bermanfaat. Lalu ada ilmu di lisan, sebagai hujjah Allah terhadap para makhluk-Nya"

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah dan oleh Muslim dari Aisyah bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda, "Sungguh, pada umat-umat sebelum kalian terdapat orang yang senantiasa benar firasatnya. Kalaupun ada salah seorang dari mereka pada umatku, dia adalah Umar."

Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidh

Oleh Habib Ahmad Novel Jindan

Selanjutnya: Amal Pemusnah Kebaikan Bagian 6

Posting Komentar untuk "Amal Pemusnah Kebaikan Bagian 5"