Keistimewaan Umat Nabi Muhammad Bagian 21 | Pahala Menyapu dan Membersihkan Masjid

Keistimewaan Umat Nabi Muhammad SAW Bagian 21/Pahala Menyapu dan Membersihk

Anas bin Malik menuturkan, bahwasanya Rasulullah SAW berkata:

عرضت علي أجور أمتي حتى القذاة يخرجها الرجل من المسجد وعرضت علي ذنوب أمتي فلم أر ذنبا أعظم من سورة من القرآن او آية اوتيها الرجل فنسيها

Kepadaku telah diperlihatkan berbagai imbalan pahala bagi umat­ku, bahkan bagi orang yang menyingkirkan kotoran dari masjid. Telah diperlihatkan (pula) kepadaku dosa-dosa umatku sehingga aku belum pernah melihat dosa yang lebih besar daripada dosanya seorang yang sudah diberitahu sebuah surah atau sebuah ayat dari Alquran, tetapi kemudian ia melupakannya (melalaikannya).

Dalam sebuah hadits yang dituturkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, bahwasanya Rasulullah SAW berkata:

من اخرج أذى من المسجد بنى الله له بيتا فى الجنة

Barangsiapa mengeluarkan gangguan dari masjid, Allah akan membuatkan rumah di dalam surga baginya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).

Abu Hurairah r.a. menuturkan, bahwasanya Rasulullah SAW berkata:

صلاة الرجل فى جماعة تضعف على صلاته فى بيته وسوقه خمسا وعشرين ضعفا وذلك انه إذا توضأ فأحسن الوضوء ثم خرج الى المسجد لا يخرجه الا الصلاة لم يخط خطوة إلا رفعت له بها درجة وحط عنه بها خطيئة فإذا صلى لم تزل الملائكة تصلى عليه مادام فى مصلاه تقول: اللهم صل عليه اللهم ارحمه ولا يزال فى صلاة مانتظر الصلاة

Shalat seseorang di dalam jamaah (salat berjamaah) dilipatgandakan (pahalanya) dua puluh lima kali dari (pahala) salatnya di rumah atau di pasar (di tempat perniagaannya). Demikianlah, dan jika berwudlu dengan cara yang sebaik-baiknya.lalu ia keluar (dari ru­mah) menuju masjid benar-benar hanya untuk menunaikan salat, maka bagi tiap langkah yang dilakukannya ia ditinggikan derajat-nya satu tingkat dan dihapuskan satu dosa kesalahannya. Bila setelah menunaikan salat ia masih tetap berada di dalam mushala, para malaikat berdoa baginya dengan mengucapkan, ‘Ya Allah, limpah­kanlah rahmat-Mu kepadanya. Ya Allah limpahkanlah kasih sayang-Mu kepadanya selagi ia melakukan shalat (sunnah) menantikan salat (fardhu) berikutnya.’” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Ubaiy bin Ka’ab menuturkan sebagai berikut, “Saya tidak melihat ada orang yang rumahnya lebih jauh dari masjid daripada dia, tetapi ia tidak pernah ketinggalan salat (berjamaah di masjid). Kukatakan kepa­danya: Lebih baik kalau Anda membeli keledai untuk ditungganginya di waktu malam (gelap) dan di waktu panas terik …. Ia menyahut: Aku lebih suka rumahkujauh dari masjid, karena aku ingin agar perjalananku ke masjid dan kepulanganku ke tengah keluarga dicatat (sebagai paha­la kebajikan). Mendengar kata-katanya itu Rasulullah SAW berkata, ‘Allah mengumpulkan semuanya itu (semua pahala kebajikan itu) bagimu.'” (Diriwayatkan oleh Muslim).

Jabir bin Abdullah r.a. berkata, “Rumah kami terlalu jauh dari mas­jid. Kami hendak menjualnya agar kami (dapat tinggal) dekat masjid. Akan tetapi Rasulullah SAW melarang kami dan beliau menyatakan, ‘Setiap langkah kalian mendapat satu derajat.'” (Diriwayatkan oleh Mus­lim).

Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwasanya Rasulullah SAW berka­ta:

من تطهر فى بيته ثم مشى الى بيت من بيوت الله ليقض لله فريضة من فرائض الله كانت خطوتاه احداهما تحط خطيئة والاخرى ترفع درجة

Abu Umamah r.a. menuturkan bahwasanya Rasulullah SAW berka­ta:

من خرج من بيته متطهرا الى صلاة مكتوبة فاجره كاجر الحاج المحرم ومن خرج الى تسبيح الضحى لا ينصبه الا اياه فاجره كاجر المعتمر وصلاة على اثر صلاة لا لغو بينهما كتاب في عليين

Barang siapa yang dalam keadaan sudah bersuci (berwudhu) ke­luar dari rumahnya untuk menunaikan shalat fardhu (di masjid ber­jamaah), ia beroleh pahala seperti pahalanya orang yang sudah muhrim dalam ibadah haji. Dan orang yang keluar (yakni ke masjid) untuk bertasbih di waktu Dhuha (waktu mulai matahari terbit hing­ga matahari tampak agak tinggi), tanpa maksud selain itu, maka pahalanya sama dengan pahala yang didapat orang berumrah. Dan jika di antara shalat yang satu dan salat berikutnya orang tidak me­lakukan perbuatan sia-sia (laghwun, seperti bercanda, ngobrol, dlsb.) ia tercatat dalam lingkungan kaum ‘illiyyin (orang-orang yang ber­oleh martabat tinggi).’” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah

Karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani

Oleh Habib Ahmad Novel Jindan

Baca Juga: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad Bagian 19 | Fadilah Menjawab Adzan

Posting Komentar untuk "Keistimewaan Umat Nabi Muhammad Bagian 21 | Pahala Menyapu dan Membersihkan Masjid"