Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Munajat-Munajat Dalam Khushushi

Munajat-Munajat Dalam Khushushi

Munajat-munajat dalam khushushi (secara literal atau harfiah) adalah berupa pengakuan, bukan permintaan. Di situ kita memberikan pengakuan tentang: siapa Allah SWT dengan menyebutkan sifat-sifat muliaNya sekaligus mentauhidkanNya. Ketika kita bilang “Allaahumma yaa Qaadliyal haajaat”, secara tak langsung kita juga mengakui bahwa yang bisa memenuhi segala hajat kita tersebut hanyalah Allah SWT, dan seterusnya.

Namun sebenarnya, meskipun tak ada kalimat permintaannya, di situ kita juga meminta (secara halus). Yang kita mintakan tentu saja adalah sesuai dengan pengakuan serta pujian yang kita panjatkan kepadaNya.

Hal tersebut (secara tak langsung) adalah sebagai bentuk pengakuan yang mengukuhkan posisi Allah SWT sebagai Dzat yang Maha memenuhi hajat kita sebagai hambaNya, sekaligus juga pengakuan yang menempatkan posisi kita sebagai seorang yang sangat butuh, perlu, dan sangat bergantung kepadaNya dalam pemenuhan hajat-hajat kita. Jadi tak perlu dibikin detail menggunakan kalimat permintaan ini dan itu!. Tapi cukup akui saja kekurangan dan kelemahan kita, sekaligus akui keMaha-anNya.

Dalam sebuah hadits qudsiy --hadits yang secara makna bersumber dari Allah SWT namun redaksinya bersumber dari Nabi SAW-- riwayat Bukhari disebutkan salah satu sabda Nabi SAW yang berhubungan dengan hal ini. Beliau SAW bersabda yang artinya: “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: “Barangsiapa yang lebih sibuk untuk berdzikir serta mengingatKu daripada memintakan permintaan (atau hajatnya) kepadaKu, maka akan Aku berikan kepadanya sesuatu yang lebih agung serta lebih utama dari apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta kepadaKu (namun tidak ingat kepadaKu).” Ternyata ini landasan atau dalil penjelas tentang: kenapa munajatmunajat khushushi yang telah dibimbingkan oleh Yai Rori RA --seperti yang telah disebutkan contohnya di atas-- tidak ada kalimat ataupun redaksi yang berupa permintaan. Yang ada hanya memuji, mengingat, dan memberikan pengakuan terhadap sifat-sifat ke-Maha-anNya. Singkatnya, ajaran Beliau dalam konteks ini adalah tentang dzikir!.

Dalam sebuah pengajian berbahasa Jawa, Yai Rori RA juga pernah menjelasakan kandungan dari hadits Qudsi di atas. Beliau RA menyatkana bahwa seseorang yang berdoa atau memintakan hajat-hajatnya, dia sebenarnya ingat sih ingat kepada Allah SWT sebagai Dzat yang ia pintai. Akan tetapi ingatannya akan terpecah dan bahkan bukan tidak mungkin ia lebih cenderung atau lebih fokus kepada hajat yang sedang ia pintakan daripada mengingat Allah SWT. Salah fokus, istilah anak sekarang. Jadi, kalau seperti ini ceritanya, berarti bisa dibilang bahwa orang semacam itu masih ada (sedikit) 'bau-bau' su-ul adabnya dalam berdoa.

Berbeda dengan orang yang (ber)dzikir. Orang yang dzikir berarti dia telah memberikan i’tiraf atau pengakuan melalui dzikirnya. Ia telah memposisikan secara tepat tentang: siapa dirinya dan siapa Tuhannya?. Saya kutipkan contohnya dari kalimat langsung Beliau yang seolah menyimulasikan sebab-akibat dari dzikir, di mana di dalamnya terdapat pengakuan: "Ya Allah... pancen kulo niki apes ya Allah...", dijawab kaleh Gusti Allah..: "Aku sing Moho Kuat". Ngeeeeten.. "Ya Allah..kulo niki bodo ya Allah..(dijawab kalian Allah:) "Aku sing Moho Alim..tak wehi ilmu koen...". Lho..niku lek wong thariqah niku ngeten ...."

Karenanya pula, dalam hadits yang lain riwayat dari Al Hakim, Rasulullah SAW bersabda: "Afdlalud du'a- alhamdulillaah" (Doa yang paling utama adalah mengucap alhamdulillaH). Karena dengan mengucap alhamdulillaH, berarti seseorang telah memberikan pengakuan bahwa sesumpek dan seberat apapun problem atau permasalahan yang sedang ia hadapi, tetap saja nikmat dan karunia Allah SWT yang telah dianugerahkan kepadaNya masih jauh lebih besar dan tetap banyak serta melimpah. Tetap saja, sebesar apapun seseorang merasa kurang beruntung, di luar sana masih banyak yang kondisinya lebih tidak beruntung lagi dibanding dia. Ini yang kemudian ia akui dengan cara bersyukur mengucapkan hamdalah.

Buletin Al-Fithrah [BAF]

Posting Komentar untuk "Munajat-Munajat Dalam Khushushi"