Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menyambut Haul Solo (Bagian Keenam)

Menyambut Haul Solo (Bagian Keenam)
Menyambut Haul Solo (Bagian Keenam)

Kali ini tentang kisah-kisah ajaib di sekitaran Haul Solo.

Karena memang Haul Solo ini menyimpan banyak kisah ajaib di dalamnya. Keajaiban-keajaibannya yang tidak kita ketahui jauh lebih banyak dari yang kita ketahui . Bahkan sebelum sampai di tempat Haul saja sudah mendapatkan keajaiban itu.

Kisah ini dialami seorang Juragan Kaya Raya dari Jawa Timur. Kala itu, karena satu dan lain hal, sebetulnya dia sedikit memaksakan diri untuk pergi mendatangi Haul. Namun takdir memanggilnya untuk berangkat juga. Dan di tengah hutan, ditengah perjalanan, dia melihat ada sebuah mobil mogok karena bocor ban.

Dia kemudian meminggirkan mobilnya dan turun menolong mobil yang sedang mogok yang ternyata milik seorang Habib yang juga ingin mendatangi Haul Solo. Habib itu berkata:

“Terima kasih, kamu bersedia berhenti. Saya sudah berjam-jam di sini karena mogok. Setiap mobil yang saya minta berhenti untuk meminta tolong, semuanya menolak. Saya sudah putus asa. Untuk kamu bersedia berhenti. Alhamdulillaah.

Semoga Allah membalas kebaikanmu ini. SAYA DOAKAN KAMU BANYAK REJEKI, USAHANYA LANCAR DAN BERKAH… “

Dan orang Jawa Timur itu bercerita: “Demi Allah. Saya seperti mendapat durian runtuh saja. Haul Solo yang mengundang saya untuk mendapatkan semua ini. Tidak berselang lama, tidak sampai dua tahun, dan tidak ada yang mengira sebelumnya, bisnis saya maju pesat luar biasa. Tidak lumrah pesatnya . . . !

Tidak lain karena do’a Habib di tengah hutan itu…”

Kisah yang lain dialami seseorang yang sedang dililit banyak Hutang. Saat mendatangi Haul, dia secara Khusus berniat semoga Barokah Haul, dia dapat melunasi hutang-hutangnya. Dan ketika di Sana dia menziarahi makam Al-Habib Alawiy bin Ali al Habsyi. Dia bertawassul kepada beliau:

“Habib Alwi. Saya datang ke mari, mendatangi Haul yang engkau selenggarakan ini dengan banyak hajat. Hutang saya banyak. Sekian juta, Ya Habib. Dan saya sudah malu, bertahun-tahun belum dapat melunasinya .

Aku mohon dengan sangat, Habib. Lunasilah hutang-hutangku ini. Tidaklah aku pulang dari Majlismu ini kecuali telah lunas hutang-hutangku..”

Sesudah bertawassul “unik” begitu, dia pulang. Sudah tidak perduli lagi, mau dikabulkan/tidak tawassulnya itu. Baginya yang penting sudah “curhat“ seperti itu sudah lega. Dan tidak dinyana, baru 1–2 Km dari tempat haul, mobilnya bocor Ban. Dia dan rombongan turun, menunggu mengganti Ban. Seandainya tidak bocor, dalam senggang waktu cukup lama itu mungkin dia sampai Boyolali.

Tetapi karena Bocor Ban, dia tetap ada di dekat tempat Haul. Telepon bordering, seorang temannya mengabari bahwa dia ditungu di suatu tempat–yang tidak jauh dari bocor ban nya tadi– dan kata temannya:

“Kesini … Ada yang mau bertemu denganmu.“

Dari pada menunggu di perempatan jalan, biar sambil menunggu ganti Ban, dia segera menuju tempat yang dimaksud. Hanya beberapa meter saja dari situ . Ternyata, yang ingin bertemu tersebut adalah seorang Juragan Kaya dari Jakarta yang sedang bagi-bagi Amplop Zakatnya. Dan dia akhirnya kebagian juga…

Begitu dibuka beberapa menit kemudian, di dalamnya ada uang puluhan juta rupiah yang nilainya berlipat lebih banyak dari jumlah hutangnya. Diapun berseru kegirangan:

“Habib Alwi … Engkau membayarnya KONTAN ..!! “

Kisah “meminta tolong“ kepada Orang yang telah mati (dari Para Auliya) bagi kita bukan barang yang aneh. Keyakinan kita menyatakan bahwa di dalam kuburnya, Para Shalihin dan para Auliya itu tidak mati. BAL AHYAUN INDA ROBBIHIM...

Yang aneh justru keyakinan tetangga sebelah yang menganggap syirik hal itu. meminta tolong kepada seseorang yang telah mati dianggap perbuatan yang konyol. Padahal kekonyolan sejati adalah sebaliknya, ada dalam diri (keyakinan ) mereka.

Lihat saja, mereka meyakini dalam benda padat, benda mati (seperti Panadol, Bodrek dll) Allah Ta’ala menaruh kemaziyahan, menaruh Khasiyyat tertentu sehingga saat kepala mereka sakit, mereka datang dan meminta tolong kepada benda padat benda mati tersebut.

Giliran ada seseorang yang sakit, kemudian berobat dan minta di doakan seorang shalih seperti Kyai, atau berdoa bertawasul di samping Makam Auliya, mereka menganggapnya sirik serta konyol. Ini tentu ganjil.

Terhadap benda mati (panadol) mereka menaruh keyakinan, tetapi kepada benda yang Allah ciptakan dengan tangan (kekuasaan-Nya) sendiri dan telah diperintahkan Malaikat untuk sujud takdzim kepadanya (yakni Manusia) mereka tidak meyakininya???

Berhubungan dengan ini, ada satu kisah menarik. Kisar dari al Habib Muhammad bin Ahmad al-Mukhdlar Bondowoso. Saat beliau masih kecil, mengikuti perjalanan Ziarah ayahandanya Al-Habib Ahmad al-Mukhdlar di kota Dzi Asbah.

Al Habib Muhammad Al Mukhdhor masuk ke kota itu dalam keadaan di papah, karena sakit. Malam harinya penyakitnya semakin parah, sampai diakatan ajal nyaris menjemputnya. Kakak beliau, Al Habib Hamid bin Ahmad segera mencari ayahanda mereka, yang sedang shalat Awwabin di Masjidnya Al Imam Hasan bin Shalih al-bahr al Jufri. Al Habib Hasan ini adalah salah satu Auliya termasyhur di zamannya yang merupakan Guru Al-Habib Ahmad.

“Ayah, penyakit anakmu, Muhammad semakin parah. Sudah saatnya ayah menengoknya.“ Kata al habib Hamid.

Mendengar itu, Al Habib Ahmad segera menuju Makam Al Habib Hasan al Bahr dan berkata di dekat pusaranya:

“Ya Habib Hasan, Demi Allah. Seandainya terjadi sesuatu dengan anakku Muhammad, maka aku akan pulang balik ke KHOSAMIR“

Habib Hamid yang mendengarnya menjadi terkejut bukan kepalang. Dia menyaksikan sendiri adiknya sedang sekarat, dan kini Ayahnya mengancam jika adiknya sampai mati maka Ayahnya akan ke kota Khosamir, maksudnya akan menjadi WAHABI…!

Karena kota Khosamir adalah sebuah kota yang penduduknya berkeyakinan Wahabiy. Kata-kata Ayahandanya yang “mengultimatum“ Habib Hasan itu membuatnya berkata:

“Innalillahi wainna ilayhi Roji’un. Ayahku pergi berangkat menziarahi para Leluhurnya, (bisa-bisa) nanti pulang menjadi Wahabiy. Sungguh ini musibah yang teramat besar!! “

Al-Habib Ahmad sesudah dari makam itu, kembali lagi beribadah di Masjid seperti semula. sedangkan Al Habib Hamid segera kembali melihat keadaan adiknya, Al Habib Muhammad. Dan memang, karomah para Auliya Besar itu KONTAN…!

Saat itu juga Al Habib Hamid mendapati adiknya sudah dapat duduk dan mulai terlihat tanda-tanda sehat dan sedang makan separoh Roti kering.

Saat datang keDzi Asbah, Al Habib Muhammad berjalan dengan di tandu . Keluar dari sana Al Habib Muhammad sudah duduk di atas kuda . Sebuah kuda jantan hadiah dari keluarga Al-Habib Hasan al-Bahr yang merasa gembira dengan kembali sehatnya Al Habib Muhammad.

Berkaca dari kisah ini, alangkah baiknya saat kita semua ada di kota Solo, terutama saat Majlis Haul ini, kita sempatkan berziarah kemakam Para Auliya nya. Wabil Khusus Shahibul Hadroh, Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi yang di Makamkan di sebelah Selatan Masjid berdampingan dengan makam kedua putranya:

- Sayyidinal Habib Al-Arif Billah Ahmad bin Alwi Al-Habsyi.
- Sayyidinal Habib Muhammad Anis bin Alwi Al-Habsyi.

Soal isi curhatan kita di samping makam mereka, itu urusan lain . dan soal apakah tetap KONTAN atau tidak itu juga urusan lain, karena setiap orang membawa “ rejeki” nya masing-masing.

Kembali kisah unik seputar Haul Solo datang dari Kudus. Ada seorang yang pekerjaannya serabutan. Kadang dapat kerja kadang tidak. Maka diapun datang ke Haul Solo dengan membawa hajat dan do’a. Kata dia dalam doanya:

“ Ya Allah … Berkah Haul, Berkah Al Habib Ali, berilah hamba-Mu ini pekerjaan yang tetap, yang tidak pernah berhenti…”

Uniknya, saat pulang Haul, dia dapat kerjaan menjadi Satpam Gudang Pabrik. Kerja tetap, tidak lagi kerja serabutan. Sayang sekali, bagian terahir doanya juga dikabulkan Tuhan. KERJA YANG TIDAK PERNAH BERHENTI…

Dia jadi Satpam Pabrik satu satunya, sehingga tidak ada kenal hari libur. Minggu tetap kerja. Bahkan hari Raya pun tetap kerja. Dipikir-pikir akhirnya susah juga. Jika sengaja Bolos, ancamannya di PHK. Tetapi jika tetap bekerja seperti itu, waktunya habis untuk jaga gudang saja.

“Aku mesti bagaimana?“ Tanya dia kepada temannya.

“Gampang“ Jawab Temannya. “Kamu tahun ini kembali datang ke haul Solo, dan hapus bagian terakhir doa kamu itu.

Ala kulli Hal, kisah di atas hanya sekedar isyarat saja. sekedar satu titik dari lautan keajaiban nya. Dan setiap para Pecinta Al Habib Ali Al Habsyi yang aktif mendatangi Haul, mempunyai keajaiban-keajaibannya sendiri-sendiri.

Dan berikut, petikan salah satu Shalawat Al-Habib Ali yang ada dalam Hizb Hari Kamis dalam Kitab Lathaiful Arsyiyyah:

SHALATULLAH WA SALAMUHU ALA ASYRAFI ANBIYA_ MUHAMMADIBNI ABDILLAH WA ‘ALA ALIHI WASHAHBIHI WAMAN WA_LAH. ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN IMAMI AHLIL KAMAL WA ALA ALIHI WASHAHBIHIS SALIKINA SABILAHU FI KULLI HAL ALLAHUMMAHDI SYARIFA TAHIYYATI ILA ASYRAFI SADATISAYYIDI RASULILLAH, MUHAMMAD IBNI ABDILLAH AL-MARJUWWI LIDAF’I MUHIMMATIY WA BALLIGH A_LAHU WASHAHBAHU JAMI’A TASLIMATIY SHALATALLAHI WASALAMUUHU, ALA ASYRAFI MAKHLUQATIH WA ALAA ALIHII WASHAHBIHII ASHSHADIQINA FI MUWALATIH.

“Shalawat dan Salam dari Allah semoga tercurah kepada Yang Termulia dari sekian Nabi-Nabi-Nya. Muhammad ibni Abdillah. Dan kepada keluarganya, shahabatnya dan orang-orang yang mengasihinya. Ya Allah, semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada junjunganku Muhammad, Sang Imam dari Orang-Orang Paripurna. Dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya, shahabatnya yang selalu mengikuti jejaknya di setiap keadaan. Ya Allah, haturkanlah penghormatan terbaikku, kepada Sang Terbaik dari para Tetuanku, Junjunganku Rasulillah Muhammad putra Abdillah, Sosok harapan atas tersingkapnya kesusahanku, dan sampaikan kepada Keluarganya, shahabatnya, seluruh ucapan salamku. Semoga Rahmat dan keselamatan dari Allah tercurah untuk Sebaik-baik Makhluk-Nya Dan semoga tercurah kepada para keluarga, shahabat-shahabatnya yang benar-benar mencintai dan mengasihi dirinya …”

Bersambung: Menyambut Haul Solo (Bagian Tujuh/Terakhir)

Posting Komentar untuk "Menyambut Haul Solo (Bagian Keenam)"