Cara Mengukur Keikhlasan Kita
Bagaimana Cara Mengukur Keikhlasan Kita?
Sayyidina Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab Radliayallaahu anhum, berkata, “Sesungguhnya pertolongan Allah kepada seorang akan disesuaikan dengan niatnya. Siapapun yang ikhlas dalam niatnya maka pertolongan Allah akan sempurna baginya. Siapa pun yang kurang ikhlas dalam niatnya, maka pertolongan Allah akan disesuaikan dengan niatnya itu".
Maka harus diketahui, bahwa
Allah memberi pertolongan bukan karena banyaknya amal-amal kebajikan dan
banyaknya doa-doanya, tetapi tergantung dengan keikhlasannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada shahabat Mu’adz ibnu Jabal, “Ikhlaskan amal kebajikanmu meskipun hanya sedikit, maka engkau akan diberi pahala yang banyak.”
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada shahabat Mu’adz ibnu Jabal, “Ikhlaskan amal kebajikanmu meskipun hanya sedikit, maka engkau akan diberi pahala yang banyak.”
Baik niat maupun ikhlas, adalah ‘pekerjaan’ hati yang menjadi ukuran bagi diterima tidaknya amal ibadah seseorang. Berbeda dengan hukum halal atau haram, maka syariat Islam hanya menerapkannya terhadap sesuatu yang dhahir dan kasat mata.
Bahkan, jika ada seseorang
yang berbohong di depan pengadilan, namun ia mampu menunjukkan bukti-bukti bagi
pengakuannya, sekalipun bukti-bukti yang dimilikinya itu hakikatnya adalah
palsu, namun jika tampak secara dhahir adalah benar, maka pengadilan Islam-pun
tetap akan memenangkannya, karena hukum Islam itu dibangun atas perkara-perkara
yang dhahir atau kasat mata.
Adapun bagi si pembohong yang dimenangkannya itu sejatinya telah dipersiapkan oleh Allah baju kebohongan dari neraka, yang kelak akan dikenakannya sejak ia menghuni makam kuburannya, hingga kelak saat menghadap kepada Allah SWT di hari pembalasan
Baca Juga: Manaqib Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili
Posting Komentar untuk "Cara Mengukur Keikhlasan Kita"