Masalah Shalat dan Islam Nusantara

Masalah Shalat dan Islam Nusantara

Islam nusantara adalah islam yang ada di nusantara, yaitu islam yang dibawa oleh wali songo dan ulama-ulama nusantara dan memiliki ciri khas nusantara yaitu dalam penyampaiannya dan prakteknya, bukan dalam hal hukum atau syariatnya. Contoh apabila seseorang telah melakukan haji, maka namanya ditambah haji seperti H. Abdullah. Sedangkan di negara arab tidak ada istilah atau penyebutan  seperti itu. Kesimpulannya, Islam nusantara adalah islam yang dipraktekkan dan dijalankan oleh para wali songo dan ulama-ulama sesudahnya, yang memiliki ciri khas santun dan lembut. Titik permasalahamnya, yaitu bagaimana cara memahaminya… kalau islam nusantara dipahami dengan islam yang bersyariat nusantara, maka hal ini adalah salah, Tetapi jika islam nusantara dipahami dengan islam yang dibawa dari arab dan disampaikan dengan cara-cara nusantara, maka hal ini tentu benar.

Mengklarifikasi masalah pendapat Imam Hanafi yang membolehkan shalat dengan bahasa persi  diterangkan dalam kitab Al-Burhan fi Ulumil Qur'an Juz 1 Hal. 288 oleh Imam Zarkasyi, bahwa:

وممن نقل عنه جواز القراءة با الفارسية ابو حنيفة لكن صح رجوعه عن ذالك. البرهان في علوم القرآن. ج.١.ص.٢٨٨

Dan sebagian dari orang yang dikabarkan membolehkan membaca (Al-Qur'an Surat Al-Fatihah di dalam shalat) dengan bahasa Persi  adalah Imam Abu Hanifah tetapi menurut kabar yang shahih beliau telah ruju', telah kembali dari fatwa itu.

Kesimpulannya, tidak ada ulama satupun yang membolehkan shalat dengan bahasa, selain bahasa Arab artinya semua ulama sepakat bahwa shalat harus  menggunakanbahasa arab seperti  pendapat:

1.  Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ Juz 3 Hal. 293

وإذا كبر بغير العربية وهو يحسنها لم تصحح صلاته عندنا بلا خلاف. المجموع. ج.٣. ص.٢٩٣

Jika seseorang bertakbir dengan bahasa selain bahasa arab, padahal dia bisa melafalkan kata-kata arab, maka shalatnya tidak sah. Fatwa ini disepakati dalam madzhab kita dan tidak ada perbedaan pendapat (Al-Majmu'  Juz 3 hal. 293(

2.  Syekh Abu Ishaq Asy-Syirazi dalam kitabnya Al-Muhaddzab

فإن كبر با الفارسية وهو يحسن العربية لم يجزئه لقوله صلى الله عليه وسلم صلوا كما رايتمونى اصلى

Kalau seseorang takbir dalam bahasa persi padahal ia fasih berbahasa arab, maka shalatnya tidak sah karena Nabi SAW bersabda: Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (Al-Muhaddzab)

3.  Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Wajiz Juz 3 Hal. 265

أما حكم التكبر فتعين كلماته على القادر فلا تجزئ ترجمته. الواجز. ج.٣.ص.٢٦٥

Adapun hukum takbir  maka mesti kalimatnya Allahu Akbar, atas seseorang yang sanggup membacanya. Maka tidak cukup membaca  terjemahnya (Al-Wajiz Juz 3 Hal 265)

4. Imam Ar-Rafi’i dalam kitabnya Fathul Aziz Juz 3 Hal 266

أما القادر فتعين عليه كلمته فلا يجوز له العدول إلى ذكر آخر وان قرب منها كقوله الرحمن اجل او الرب أعظم 

Adapun orang yang mampu membaca kata-kata arab, mestilah ia membaca kalimat takbir. Ia juga tidak boleh mencari kata lain walaupun agak berdekatan artinya seperti Ar-Rahman Ajal atau Ar Rabbu Al-A'dham (Fathul Aziz juz 3 Hal. 266)

5. Imam Syihabuddin Ar-Ramli dalam kitabnya Nihayatul Muhtaj Juz 1 Hal. 446

ولا يكتفى عنها با الترجمة بغير العربية .نهاية المحتاج. ج.١.ص.٤٤٦

Dan tidaklah cukup kalau bacaan Al-Fatihah dalam shalat diterjemahkan dengan bahasa selain bahasa arab. (Nihayatul Muhtaj Juz 1 hal. 446)

6. Imam Ibn Hajar Al-Haitami dalam kitabnya Tuhfatul Muhtaj Juz 2 halaman 44

ولا يجوز له أن يترجم عنها لقوله تعالى انا أنزلنا ه قرآنا عربيا والعجمي ليس كذالك

Dan tidak boleh Al-Fatihah itu diterjemahkan karena Allah berfirman: Kami turunkan Al-Qur'an dengan bahasa Arab dan Bahasa Ajam bukanlah bahasa arab. (Tuhfatul Muhtaj Juz 2 Hal. 44)

7. Syekh Khatib As-Syarbini dalam kitabnya Al-Iqna Juz 1 halaman 113

والثالث من أركان الصلاة تكبيرة الإحرام. ............................با اللغة العربية للقادر عليها. الإقناع. ج.١.ص.١١٣ 

Dan rukun shalat yang ketiga adalah takbiratul ihram ..........................dengan bahasa arab bagi yang mampu. (Al Iqna Juz 1 hal 113)

8. Syekh Amirah dalam kitabnya Hasyiyah Amirah Juz 1 halaman 143

اى فهي با لعربية واجبة ودليله أن النبي صلى الله عليه وسلم فعلها وقال صلو كما رايتمونى اصلى. حاشية عميرة. ج.١.ص.١٤٣

Dan dia itu wajib dengan bahasa arab, dalilnya adalah hadits Nabi Muhammad SAW berbuat seperti itu, dan Nabi Bersabda: Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya shalat. (Hasiyah Amirah Juz 1 hal 143)

9. Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Muin Bab Sifat Shalat

ويتعين فيه على القادر لفظ الله أكبر للا تباع. فتح المعين. باب صفة الصلاة 

Dan semestinya dalam takbir itu bacaan Allahu Akbar karena mengikuti Nabi SAW. (Fathul Muin bab sifat shalat)

Kesimpulannya, semua para imam sepakat,bahwa shalat dengan menggunakan bahasa Arab dan tidak boleh dengan selain bahasa arab, dan hal ini tidak ada perbedaan. والله اعلم. 

Semoga bermanfaat dan barokah, aamiin

Oleh Ustadz Abdul Qadir bin Zainuddin Hafidhahullaah

Baca Juga: Bolehkan Seorang Alim Melakukan Ijtihad Dalam Fiqih

Posting Komentar untuk "Masalah Shalat dan Islam Nusantara"