Ketampanan Nabi Muhammad SAW Tidak Membawa Fitnah
Dalam berbagai keterangan telah ditetapkan bahwa Nabi Muhammad SAW dianugerahi seluruh keindahan jasmani sedunia. Dan keindahan khas kenabian ini termahkotai oleh dua perkara agung yaitu: Al-Haibah Al-Jalaliyyah (perasaan kagum sekaligus hormat dan takut); dan An-Nur Adl-Dliya'iy (cahaya kenabian yang bersinar).
Oleh sebab itu, orang-orang yang memandang Nabi SAW tidak akan terkena fitnah sebagaimana fitnah yang muncul ketika para wanita bangsa Mesir ketika memandang wajah Nabi Yusuf 'alaihissalam. Nabi Yusuf, meski beliau hanya dianugerahi separuh keindahan jasmani manusia sedunia, hanya saja para wanita Mesir kala itu langsung terkena fitnah, dilingkupi rasa kagum yang luar biasa terhadap keelokan rupa beliau sehingga mereka melukai jari tangan mereka tanpa terasa dan mengatakan, "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia." Seperti diceritakan dalam surat Yusuf ayat 31.
Sebagian ulama berkata:
وصحب زليخا لو رأين جبينه # لأثرن تقطيع القلوب على الأيدي
"Para sahabat Zulaikha, seandainya mereka melihat muka Nabi SAW # niscaya mereka akan memilih memotong-motong hati daripada tangan."
Adapun sisi ketampanan Nabi SAW yang dilingkupi Al-Haibah Al-Jalaliyyah (perasaan kagum sekaligus hormat dan takut) dapat kita temukan dari perkataan Sayyidina 'Ali karramallahu wajhah:
من رآه بديهة هابه
"Barang siapa yang melihat Nabi SAW secara tiba-tiba di permulaan kalinya, ia akan merasa kagum sekaligus takut."
Diceritakan, para shahabat Rasul SAW tidak ada yang mampu terus-menerus memandang wajah Beliau SAW karena begitu kuatnya wibawa dan keagungan Beliau. Sedangkan mengenai cahaya terang yang melingkupi keindahan fisik Nabi SAW, cahaya ini adalah cahaya asli dari Beliau SAW. Yakni cahaya yang pertama kali diciptakan Allah Ta'ala di alam semesta seperti diterangkan dalam hadits masyhur: "Perkara yang pertama kali diciptakan Allah adalah nur Nabimu, wahai Jabir." Hadits ini diriwayatkan oleh 'Abdur- Razzaq Ash-Shan'ani lengkap dengan urutan sanadnya dari shahabat Jabir radhiyallahu 'anhu. Di antara dalil tentang eksistensi An-Nur Adl-Dliya'iy adalah firman Allah Ta'ala:
قٙدْ جٙآءٙكُمْ مِنٙ اللّٰهِ نُوْرٌ وٙكِتٙابٌ مُبِيْنٌ
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan". (QS. Al-Ma'idah [5]: 15)
Berkaitan dengan ayat ini, banyak ulama ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud Nur yang tertera dalam ayat di atas adalah Nabi Muhammad SAW sebagaimana diterangkan dalam "Tafsir Ath-Thabari", "Tafsir Ibnu Abi Hatim", dan "Tafsir al-Qurthubi".
Maka, tepat sekali dalam sebuah penggalan pujian yang sangat familiar di telinga kita disebutkan:
أٙنْتٙ شٙمْسٌ أٙنْتٙ بٙدْرٌ # أٙنْتٙ نُوْرٌ فٙوْقٙ نُوْرِ
"Engkau (Nabi Muhammad SAW) bagaikan mentari. Engkau laksana rembulan # Engkau adalah Cahaya di atas cahaya".
Disarikan dari Kitab “Muhammadun SAW al-Insan al-Kamil" karya Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad bin ‘Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani, hlm. 19-21.
Baca Juga: Kisah Hubabah Tiflah, Ajarkan Aku Berdoa Sepertimu
Posting Komentar untuk "Ketampanan Nabi Muhammad SAW Tidak Membawa Fitnah"