Kisah Orang Miskin Yang Berpuasa dan Orang Yahudi Bersedekah di Hari Asyuro

Kisah ini merupakan kisah yang menjelaskan keutamaan 10 Muharram atau hari asyuro dan keutamaan sedekah di hari asyuro.

Diceritakan bahwa ada satu keluarga miskin yang berpuasa di tanggal 10 Muharram (Asyuro). Pada hari itu mereka tidak memiliki apa pun untuk digunakan berbuka puasa pada sore harinya. Dengan sangat terpaksa si ayah berkeliling mencari pinjaman. Barangkali ada seorang dermawan yang rela menghutangkan uangnya.

Setelah berkeliling berjalan kaki hingga jauh tidak membuahkan hasil, ia masuk ke sebuah toko emas yang dimiliki oleh seorang saudagar muslim. Setelah mengucapkan salam, laki-laki miskin itu menyampaikan maksudnya,

"Saya adalah orang miskin. Saya berharap anda sudi menghutangkan uang 1 dirham yang dapat saya gunakan untuk membeli makanan berbuka untuk keluargaku. Dan saya akan mendoakan untuk anda di hari istimewa ini."

Saudagar muslim itu memasang muka tidak suka seraya memalingkan wajahnya. Dia tidak memberikan apapun untuk orang yang telah memohon dengan halus itu.

Orang miskin itu keluar dari toko emas dengan perasaan sedih. Air mata meleleh di pipinya.

Tanpa disadari, ada saudagar pemilik toko emas beragama Yahudi yang menyaksikan kejadian tersebut. Saudagar Yahudi itu kemudian mengikuti orang miskin yang berjalan pulang dengan langkah berat itu. Setelah berhasil menyusulnya, saudagar Yahudi itu berkata:

"Aku melihat anda berbicara dengan tetanggaku tadi".

"Ya. Saya ingin meminjam uang 1 dirham untuk aku gunakan berbuka puasa keluargaku di rumah. Tapi dia menolak dengan cara yang menyakitkan hati. Padahal aku menjanjikan akan ku doakan khusus pada hari ini."

"Memangnya saat ini hari apa?"

"Ini hari asyuro."

Orang miskin itu menjelaskan keutamaan beramal baik di hari Asyuro. Saudagar Yahudi itu mendengarkan dengan seksama. Dia merogohkan tangan ke sakunya mengambil uang 10 dirham dan diberikan kepada orang miskin di hadapannya.

"Ambillah uang ini. Belanjakan untuk keluargamu untuk memuliakan hari ini."

Orang miskin itu mengucapkan terima kasih dan segera membelanjakan uang yang diterimanya.

Pada malam harinya, saudagar muslim bermimpi dalam tidurnya. Dilihatnya kiamat telah tiba. Dia merasakan haus yang luar biasa. Setelah melihat ke kanan dan ke kiri, ia mendapati sebuah istana megah dari berlian berwarna putih dan pintunya dari yaqut berwarna merah. Dia mendongakkan kepalanya dan berkata:

"Wahai penghuni istana, berikanlah aku seteguk air."

Didengarnya ada suara dari dalam:

"Istana ini kemarin milikmu. Namun saat kamu menolak memberi pinjaman orang miskin dan melukai hatinya, namamu dihapus dari daftar pemilik istana ini. Dan sudah digantikan oleh tetanggamu yang beragama Yahudi yang telah memberi orang miskin itu 10 dirham dengan cuma-cuma".

Saudagar muslim itu terbangun dari tidurnya dengan perasaan sedih penuh penyesalan. Dia menyalahkan dirinya sendiri akibat sikapnya hari kemarin.

Akhirnya dia datangi rumah tetangganya yang Yahudi:

"Anda adalah tetanggaku. Kita harus saling menolong. Aku membutuhkan bantuan anda saat ini." kata saudagar muslim.

"Apa itu?"

"Juallah kepadaku pahala sedekah 10 dirham yang anda berikan kepada orang miskin yang datang padaku kemarin, Akan aku bayar dengan uang 100 dirham."

"Demi Allah, tidak akan aku berikan meski anda bayar seratus ribu dinar sekalipun. Bahkan walaupun anda hanya ingin sekedar memasuki pintu istana yang kamu lihat dalam mimpimu tadi malam, aku tidak akan mengizinkannya."

Sontak terkaget saudagar muslim itu, mendengar tetangganya yang beragama Yahudi mengetahui mimpi yang dialaminya tadi malam. Dia belum bercerita kepada siapa pun tentang isi mimpinya. Dengan bibir bergetar dia bertanya:

"Siapa yang memberitahumu suatu rahasia dalam mimpiku itu?"

"Dia yang mengatakan kepada segala yang wujud “kun fayakun”. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah." tegas saudagar Yahudi yang sudah menjadi muallaf itu.
¤ ¤ ¤

Seorang Yahudi saja yang berprasangka baik dengan hari Asyuro mendapatkan keistimewaan agung di surga hingga memeluk Islam. Padahal dia tidak mengetahui dengan yakin fadlilah serta keistimewaan hari tersebut. Bagaimana jika yang bersedekah dan melakukan amal baik itu adalah seorang muslim dan mengetahui keutamaan berpuasa, bersedekah, mengelus rambut anak yatim, dan amal-amal baik lainnya yang dianjurkan khusus dijalankan pada hari asyuro?

Dikutip dari I'anantut Tholibin juz 2

Posting Komentar untuk "Kisah Orang Miskin Yang Berpuasa dan Orang Yahudi Bersedekah di Hari Asyuro"