Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keutamaan Ziarah Ke Makam Nabi Muhammad SAW Di Madinah

Islam mengajurkan umatnya berziarah ke Makam Rasulullah SAW di Madinah. Kalau menziarahi makam orang tua dan makam orang saleh dianjurkan, maka Makam Rasulullah SAW lebih layak lagi untuk diziarahi. Kecuali mengingat kematian, ziarah kubur di makam ulama dan para wali terlebih lagi makam Nabi Muhammad SAW, berdaya guna untuk meraih berkah.

Salah satu amaliah sunnah yang biasa dilakukan oleh para jama’ah haji adalah ziarah ke Makam Rasulullah SAW. Makam Rasulullah SAW terletak di dalam Masjid Nabawi di Madinah al Munawarah, tepatnya di bawah Qubbah Khadra’ (kubah hijau), di sampingnya dimakamkan dua sahabatnya yang mulia Sayiddina Abu Bakar RA dan Sayiddina Umar bin Khathab RA. Dahulu tempat makam Rasulullah adalah rumah Sayiddah Aisyah (istri Rasulullah), dan karena Rasulullah SAW wafat di sana maka beliau juga dimakamkan disana.

Ziarah ke Makam Rasulullah SAW adalah salah satu bentuk taqarrub kepada Allah SWT yang barang siapa melakukannya maka ia akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Kesunnahan ziarah ke Makam Rasulullah SAW ini adalah berdasarkan ijma’ (kesepakatan) semua ulama mujtahidin. Hukum sunnah berlaku bagi para penduduk Madinah dan seluruh umat Islam di belahan dunia (di timur maupun barat) di manapun dia berada, termasuk mereka yang tinggal di Indonesia. Baik bagi mereka yang tidak perlu melakukan safar (bepergian jauh) untuk menziarahinya atau bagi mereka yang memerlukan safar untuk menziarahinya.

Rasulullah SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk menziarahi makamnya di banyak hadits. Anjuran ini perlu untuk diamalkan, mengingat Beliau tentunya lebih mengerti betapa tingginya kedudukan ziarah ke makamnya.

Hadits-hadits tersebut diantaranya:

من زار قبري وجبت له شفاعتي

"Barang siapa yang berziarah kuburku maka wajib baginya mendapat syafaatku." (HR. Tirmidzi, Baihaqi, Al-Barra, Daruqutni)

مَنْ جَاءَنِى زَائِراً لَايَعْلَمُ حَاجَةً إِلاَّزِيَارَتِى كَانَ حَقًّا عَلَيَّ أَنْ أَكُوْنَ لَهُ شَفِيْعًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ

“Barang siapa berziarah kepadaku dan hanya itu saja keperluannya, maka kewajiban atasku untuk mensyafaatinya di hari kiamat.” (HR. Thabarani, Daruquthni)

مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِى بَعْدَ وَفَاِتي فَكَأنَّمَا زَارَنىِ فِى حَيَاتى

“Barang siapa berhaji lalu ziarah ke kuburku setelah wafatku, maka bagaikan ia mengunjungiku saat masih hidupku.” (HR. al-Baihaqi, ath-Thabrani dan lainnya)

ما من أحد يسلم علي إلا رد الله علي روحي حتى أرد عليه السلام

"Tidak ada seorangpun yang mengucapkan salam padaku (saat ziarah kubur Nabi), kecuali Allah mengembalikan ruhku sehingga aku membalas salamnya." (HR. Abu Daud)

ما بين قبري ومنبري روضة من رياض الجنة ، ومنبري على حوضي

"Antara kuburku dan mimbarku terdapat satu taman dari taman-taman surga, dan mimbarku (kelak) berada diatas lembahku." (HR. Bukhari, Muslim)

أن ابن عمر كان إذا قدم من سفر دخل المسجد ثم أتى القبر فقال : السلام عليك يا رسول الله ، السلام عليك يا أبا بكر ، السلام عليك يا أبتاه

"Abdullah bin Umar RA (putra Sayyidina Umar RA) bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk Masjid lalu mendatangi kubur Nabi saw seraya berucap : “Assalamu ‘alaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa Aba Bakr, Assalamu ‘alaika Ya Abataah (wahai ayahku).” (HR. Baihaqi)

Diriwayatkan dari Sayiddina Bilal bin Rabah RA bahwasanya ketika beliau berada di Negara Syam, beliau bermimpi melihat Rasulullah SAW. Beliau bersabda pada Bilal: “Sudah lama kamu tidak mengunjungiku wahai Bilal?”. Ketika sahabat Bilal bangun dari tidurnya, maka beliau langsung bergegas menaiki hewan tunggangannya dan melakukan perjalanan menuju makam Rasulullah di Madinah. Ketika telah sampai di Makam Rasulullah, beliau masuk ke dalam makam nabi yang mulia dan menangis dengan membolak-balikkan mukanya pada tanah Makam Nabi. Perjalanan sahabat Bilal ini tidak memiliki tujuan lain kecuali hanya berziarah ke Makam Nabi. Ini menunjukkan bahwa boleh hukumnya bagi seseorang melakukan perjalanan jauh (safar) dengan tujuan hanya berziarah ke Makam Rasulullah SAW.

Syaikh Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Dimyathi dalam I‘anatut Thalibin, menyatakan:

قال بعضهم: ولزائر قبر النبي صلى الله عليه وسلم عشر كرامات. إحداهن يعطى أرفع المراتب. الثانية يبلغ أسنى المطالب. الثالثة قضاء المآرب. الرابعة بذل المواهب. الخامسة الأمن من المعاطب. السادسة التطهير من المعايب. السابعة تسهيل المصاعب. الثامنة كفاية النوائب. التاسعة حس العواقب. العاشرة رحمة رب المشارق والمغارب

Sebagian ulama mengatakan bahwa orang yang menziarahi makam Nabi Muhammad SAW berhak menerima 10 kehormatan dari Allah SWT.

1. Diberikan derajat tertinggi di sisi Allah.
2. Disampaikan pada cita-cita tertinggi.
3. Dipenuhi kebutuhannya.
4. Diberikan banyak anugerah-Nya.
5. Diselamatkan dari bencana.
6. Dilindungi dari aib.
7. Dimudahkan dalam kesulitan.
8. Diringankan bebanmya dalam musibah.
9. Dapat merasakan apa yang akan terjadi.
10. Mendapatkan limpahan rahmat Allah SWT.

Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmuk dan Al-Azkar, ziarah ke Makam Rasulullah adalah “sunnah muakkad” atau ibadah yang sangat dianjurkan, walaupun tidak sampai tingkatan wajib. Begitu juga berdoa di Makam Rasulullah SAW hukumnya sunnah baik bagi jamaah haji dan umrah atau bagi mereka yang datang khusus untuk datang ke masjid Nabawi dan ziarah saja.

Beliau dalam Al-Majmu' 8/253 menyatakan:

واعلم أن زيارة قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم من أهم القربات وأنجح المساعي ، فإذا انصرف الحجاج والمعتمرون من مكة استحب لهم استحبابا متأكدا أن يتوجهوا إلى المدينة لزيارته صلى الله عليه وسلم وينوي الزائر من الزيارة التقرب وشد الرحل إليه والصلاة فيه ، وإذا توجه فليكثر من الصلاة والتسليم عليه صلى الله عليه وسلم في طريقه ، فإذا وقع بصره على أشجار المدينة وحرمها وما يعرف بها زاد من الصلاة والتسليم عليه صلى الله عليه وسلم وسأل الله تعالى أن ينفعه بهذه الزيارة وأن يقبلها منه

"Berziarah ke makam Rasulullah itu termasuk ibadah terpenting dan perjalanan paling menguntungkan. Apabila pelaku haji dan umrah selesai ibadahnya dari Makkah, maka sunnah muakkad (sangat disunnahkan) baginya berangkat menuju Madinah untuk berziarah ke makam Nabi dan berniat ibadah, mengkhususkan perjalan padanya dan membaca shalawat di sana. Ketika sedang dalam perjalanan maka hendaknya memperbanyak baca shalawat. Ketika mata sudah melihat pepohonan Madinah dan tanah haramnya, maka hendaknya semakin memperbanyak baca shalawat pada Nabi agar ziarah ini bermanfaat baginya dan diterima Allah."

Menurut Imam Nawawi tata cara (adab) yang dianjurkan (disunnahkan) saat ziarah ke Makam Nabi SAW, yaitu:

- Mandi sebelum masuk makam dan memakai baju yang paling bersih.

- Menghadirkan hati atas kemuliaan kota Madinah dan bahwa Madinah adalah tempat paling utama setelah Makkah

- Sejak awal kedatangan hendaknya peziarah mengagungkan Rasulullah seakan melihatnya.

- Ketika sampai ke pintu Masjid Nabawi maka hendaknya mengucapkan bacaan yang disunnahkan dalam memasuki setiap masjid yaitu:

بسم الله، والصلاة والسلام على رسول الله، اللهم افتح لي أبواب رحمتك)، (أعوذ بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم من الشيطان الرجيم

(Bismillah wash-shalatu wassalamu ala Rasulillah. Allahummaftah abwaba rohmatik. A'udzubillahil azhim wabiwajhihil karim wasultonihil qodim minasy-syaitonir rojim.)

- Mendahulukan kaki kanan saat masuk masjid, dan mendahulukan kaki kiri saat keluar sebagaimana tatacara ketika masuk dan keluar di masjid yang lain.

- Ketika masuk masjid, maka peziarah mengarah ke Raudhah yaitu tempat antara makam dan Mimbar masjid lalu melaksanakan tahiyat masjid di samping mimbar.

- Setelah shalat tahiyat masjid, peziarah mendekati makam dan disunnahkan untuk mengucapkan salam kepada ahli kubur.

السلام عليك يا رسول الله ورحمة الله وبركاته، السلام عليك يا أبا بكر، السلام عليك يا عمر

(Assalamu alaika Ya Rasulallah warohmatullohi wabarokatuh. Assalamu alaika Ya Aba Bakr. Assalamu alaika Ya Umar.)

Setelah itu, peziarah dapat membaca doa di dekat makam Rasulullah sesuai yang diinginkannya.

Selain ke makam Nabi SAW, disunnahkan juga berziarah ke makam para Sahabat Nabi di Baqi' yang letaknya tepat di samping masjid Nabawi Madinah.

- Saat masuk ke pemakaman, dianjurkan (disunnahkan) baca ucapan salam berikut:

السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، وإنا إن شاء الله بكم لاحقون، نسأل الله لنا ولكم العافية

(Assalamu alaika ahladdiyar minal mukminin wal muslimin wa inna insyaAllah bikum lahiqun. nas'alulloha lana walakumul afiyah.)

Selain dianjurkannya menziarahi Makam Rasulullah SAW, umat Islam dianjurkan pula berziarah ke Makam para Wali, untuk berta­baruk dan menggapai hikmah.

Ulama Sufi berpendapat, Keutamaan/Hukum/Adab Ziarah ke Makam Wali tidak berbeda dengan Keutamaan/Hukum/Adab Ziarah ke Makam Rasulullah SAW, karena para Wali adalah pewaris Rasulullah SAW khususnya bagi Wali yang memiliki sanat (silsilah) yang sampai kepada Rasulullah SAW.

Untuk dapat melakukan ziarah dengan baik, perlu diperhatikan adab yang benar, agar tercapai tujuan yang semestinya, dan tidak meleset arahnya. Pastikan bahwa kita benar-benar sedang mengarah hanya pada apa-apa yang disukai dan diridai Allah SWT, jangan pada arah yang tidak jelas.

Bahwa berziarah kepada para awliya atau pun para kekasih Allah SWT, apalagi yang merupakan sahabat Nabi SAW, ataupun umumnya para wali, merupakan perkara yang sangat dianjurkan, dan seyogyanya begitu rupa kita pentingkan. Rasulullah SAW sendiri nyata-nyata mengunjungi makam sahabat-sahabat beliau, yang merupakan awliya itu, di Baqi' al-Gharqad, mendoakan ampunan Allah SWT bagi sahabat-sahabat beliau. Demikian juga beliau berziarah ke Uhud.

Bahkan suatu ketika Rasulullah SAW juga menyapa suatu makam orang kafir, “Betul nggak janji-janji Allah SWT yang aku disuruh menyampaikannya kepadamu? Ancaman-ancamannya sudah kamu jumpai sekarang kan?” Para sahabat lalu bertanya, “Apakah mereka dapat mendengar sapaanmu itu yaa Rasulallah SAW? Rasulullah SAW menjawab, ”Mereka mendengar, namun (karena kafirnya di dunia dahulu, kini mereka sibuk dengan penderitaan yang sedang melilit dirinya di dalam kubur) tak mampu lagi menjawab sebagaimana mestinya.”

Nah, kalau orang kafir saja mendengar, walaupun tak berdaya menjawab, bagaimana halnya dengan orang mukmin? Bagaimana dengan orang saleh? Bagaimana dengan awliya? Bagaimana dengan para Syuhada? Bagaimana dengan Anbiya'? Bagaimana dengan sahabat-sahabat Nabi SAW yang mereka merupakan suluh bagi kita untuk dapat meraih petunjuk Allah SWT yang kita cari, dan yang sangat kita perlukan? Yang demikian ini sudah jelas terungkap dalam riwayat dan hadits yang shahih.

Hal-hal yang sepatutnya menjadi tujuan ziarah ke makam para wali, atau pun orang-orang alim adalah agar kita menjadi semakin dekat (qarib/taqarrub) kepada Allah SWT itu sendiri. Kedua adalah agar kita berdoa dengan tulus, dan bersungguh-sungguh untuk beliau; karena sesungguhnya Allah SWT telah menganugerahi suatu bentuk berkah yang berlimpah kepada beliau; dan karena ‘lubernya’ berkah itu, semoga terlimpah kembali kepada para peziarah dan keluarganya; yaitu dalam bentuk dan takaran rahmat yang semakin melimpah ruah.

Yang sepatutnya dilakukan olah para peziarah adalah mengambil posisi berhadapan muka dengan yang diziarahi. Dalam jarak yang cukup dekat namun penuh hormat. Menyampaikan salam dengan sikap yang sopan, khusyuk, merunduk, memandang ke bumi dangan teduh, serta menghormati pribadi yang diziarahi, seraya menanggalkan aneka macam kesadaran diri yang ada. Imajinasikan seolah-olah kita sedang menatap muka beliau, dan sorot mata beliau pun seolah-olah menatap kita. Hati meliput cakrawala keluhuran martabat maupun asrar (rahasia rohaniah) yang dilimpahkan Allah SWT pada beliau; pada keluhuran kewalian beliau; pada aspek kedekatan beliau dengan Allah SWT dan lantaran ketaatan beliau kepada-Nya yang telah mendatangkan limpahan wacana Rabbaniyah pada diri beliau itu.

Lakukan hal ini dengan khidmat. Kalbu atau pun bashirah (mata batin) peziarah seharusnya terus-menerus dan semakin cermat menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa betapa dangkal dan tumpulnya upaya diri kita untuk meraih taraf "kasih" Allah SWT seperti yang telah beliau peroleh itu. Maka tumbuhkanlah sendiri suatu nuansa kesadaran diri untuk mulai semakin bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah SWT, dengan meniru beliau yang sedang diziarahi itu, dan agar memperoleh pencerahan dari beliau.

Inilah nikmatnya berziarah yang dapat ditempuh untuk dapat lebih bergegas-gegas lagi menuju Allah SWT, bangunkan sendiri garis lurus dalam alam sadar (conscious) kita suatu energi gaib (di dalam kalbu) seraya mengelakkan diri dari pesona, magnitude, maupun tarikan kuat "selera duniawi". Ketahuilah, sesungguhnya getaran selera dangkal, atau duniawi itulah yang membutakan "bashirah", dan menghalangi suatu kedekatan antara kita dengan Allah SWT, atau pun dengan citra diri yang baik, dan itu jugalah yang tak henti-hentinya membuat kita berputar-putar secara tak berkeputusan.

Hendaknya peziarah memandang diri sendiri dengan mata hatinya; betapa sesungguhnya dengan ziarah itu berarti Allah SWT sedang bermurah hati menjadikan dirinya semakin mendekati seorang wali tertentu, dan bahwa dirinya mulai bersedia menyandang perilaku (akhlak) para kekasih-Allah SWT itu; bahwa ia semakin mantap dalam berpegangan kepada model panutan, serta jalan hidup yang benar, dan penuh kesungguhan menuju Allah SWT, seperti yang dilakukan beliau-beliau para awlia itu. Dan agar dapat mencapai martabat kehambaan yang hakiki di sisi Allah SWT, seperti yang saat ini menjadi reputasi beliau-beliau para wali itu.

Namun betapa kenyataan sehari-hari yang dijalani para peziarah justru mendepak kembali peluang, dan kondisi yang dihadapkan oleh Allah SWT itu menjadi hanya selintas maya. Jika memang demikian, seharusnya peziarah mulai membayangkan seolah-olah dirinya sedang hadir di hari kiamat, atau pun di hari kebangkitan. Saat itu para awliya yang bangkit dari makamnya itu pun dalam tampilan atau citra yang cerah dan penuh keriangan karena menyandang rida Allah SWT dari sebab perilaku yang beliau-beliau lakukan di dunia dahulu dengan penuh ketaatan – di samping keterkaitannya yang intens bersama Rasulullah SAW. Beliau-beliau mengendarai kereta cahaya yang menggambarkan karamah beliau, seraya dipayungi oleh para malaikat dengan payung yang gemerlap, yang berawal dari amalan-amalan salehnya. Di atas kepala beliau-beliau bertemaram cahaya tiara, sedemikian teduh, dan dapat kita jadikan tambatan yang dapat menyaput derita para pendosa, atau pun orang-orang yang berbekal ketaatan, namun lantaran pengejarannya di dunia ini atas syahwat yang tak berkeputusan, dapat menjungkalkan yang bersangkutan ke derita kubur. Orang-orang seperti itu kini sedang melolong dalam tujuannya dan kebingungannya. Penuh ketakutan dan bersimbah peluh yang telah menenggelamkan dirinya dalam nestapa, seraya makin tak tahu apa yang bisa diperbuatnya.

Yakinkanlah dirimu wahai peziarah, jangan sampai kelak akan mengalami yang demikian itu. Maka bangkitkan rohanimu, jangan lagi berlalai-lalai, berdukalah sekarang, menangislah saat ini, jangan nanti. Dan mulailah berdoa untuk kedua perspektifmu; di dunia ini, terutama di akhirat nanti. Mohonlah agar Allah SWT yang Rahim membenahi dirimu dengan mengkaruniakan Tawfiq kepadamu, seperti halnya menjadi karunia Allah SWT bagi orang-orang saleh. Bacalah ayat-ayat al-Qur'an, perbanyak doa, istighfar, penyadaran diri kepada Allah SWT yang semakin sungguh-sungguh dan penuh harap. Tentramkan dirimu bersama awliya, anbiya, atau sahabat, dan merasakan cukup bersamanya sajalah, jika yang demikian ini dapat kita persembahkan kepada Allah SWT niscaya Dia makin melimpahkan rahmat, dan semakin berkenan mengijabahkan do’amu.

Ketahuilah hanya dengan bersungguh-sungguh, orang akan mendapatkannya dan yang beruntung meraih pintu Sang Pemurah, pasti tak akan kandas dari segala apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Oleh karena itu hindarilah kecondongan hati yang tak bersungguh-sungguh melalui ziarahmu kepada orang saleh. Berziarahlah dalam kekhusyukan, dalam taqarrub kepada Allah SWT. Janganlah karena pertimbangan membutuhkan pengakuan orang, dan jangan pula supaya terkesan sebagai orang saleh, malah nanti akan menjadi tambahan puing petaka rohanimu saja. Hindarilah dari bercakap yang tidak baik, atau pun tak senonoh, atau pun yang tak jelas perlu dan manfaatnya, di haribaan makam orang saleh. Sebab hal itu dapat menimbulkan murka Allah SWT, dapat menimbulkan "gelo" (kekecewaan-Jawa) atau pun kedukaan orang saleh itu sendiri, dan sekiranya malah akan menghampirkan dirimu sendiri kepada kehancuran secara tidak kita sadari. Sekali lagi elakkan yang demikian ini.

Poin utama dalam ziarah adalah menggerakkan dzikir, shalawat, baca ayat al-Qur'an, sepenuh jiwa dan raga.

Hanya Allah SWT saja yang dapat menunjukkan kita ke jalan yang benar dan membahagiakan. Maka kita bersandar, bertumpu, dan berserah diri ke jalan-Nya. Shalawat dan Salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Muahammad SAW, pegangan kita hingga hari pembalasan kelak.

Posting Komentar untuk "Keutamaan Ziarah Ke Makam Nabi Muhammad SAW Di Madinah"