Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjelang Wafatnya Mufti Tarim dan Kalam Mutiara Habib Ali Masyhur bin Hafidh

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidh bin Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau tidak pernah mengeluh jika sakit, baik kepada keluarganya sekalipun.

Pada saat khataman di Masjid Ba’alawy malam 27 Ramadhan, beliau membisikkan kepada Habib Umar bin Hafidh untuk keliling ke masjid-masjid seperti tahun-tahun sebelumnya, disebabkan sempitnya waktu dan beliau ingin tajdid wudlu, kemudian melanjutkan shalat tarawih di Masjid Jami’ Tarim. Pada saat shalat witir beliau sudah nampak kelelahan, seusai shalat witir beliau mentajdid wudlu kembali untuk hadir madaih.

Pada malam 28 Ramadlan seperti biasa beliau membuat khataman di rumah, kemudian melanjutkan shalat tarawih kedua di masjid Jami' Tarim, dan di saat rakaat terakhir, beliau tiba-tiba mundur dan sedikit kelelahan. Setelah saya bertanya beliau mengatakan, “Sepertinya gula darahku naik”.

Pada malam 29 Ramadlan seperti biasa beliau membuka rumah untuk jamuan buka puasa yang dihadiri oleh para ulama’, umara’ dan semua kalangan. Pada malam tersebut Habib menyapa semua tamu yang bersalaman dengan senyuman perpisahan bahkan bagi ahli Tarim beliau sambil menyebutkan nama mereka satu-persatu. Kemudian beliau melanjutkan shalat tarawih di masjid Jami’ Tarim seperti biasa pada pukul 01.30 KSA.

Di pertengahan shalat tarawih beliau mundur untuk tajdid wudlu untuk kemudian melanjutkan shalat tarawih menjadi makmum dengan keadaan duduk.

Pada hari ke-29 yang bertepatan pada hari jum’at terakhir di bulan Ramadlan dan kebiasaan mengqadla’ shalat 5 waktu yang dilaksanakan di kota Inat, namun karena adanya kabar bahwa jalan menuju Inat ditutup, beliau memutuskan untuk shalat jum’at di Misythah karena di sana melakukan shalat qadla 5 waktu setelah dilaksanakannya shalat jum’at. Kemudian beliau melanjutkan dengan memberi nasihat kepada para hadirin, begitu juga setelah shalat ashar di masjid Jami’ Tarim beliau menyampaikan tausiahnya diantaranya, “Sungguh bulan suci Ramadlan pasti akan kembali datang, akan tetapi apakah kita akan menemui bulan Ramadlan lagi atau umur kita yang menjemput”.

Kemudian beliau memaksakan diri untuk rutinitas ziarah ke pemakaman Zanbal. Kami telah berusaha meminta beliau untuk mempersingkat ziarah akan tetapi beliau tetap melanjutkan sebagaimana mestinya, kemudian setelah akan menuju ke pemakaman Furait beliau kami paksa untuk kembali agar beristirahat dan Habib Umar akan datang melanjutkan ziarah, karena keadaan beliau yang sudah pucat dan beliau menyetujuinya.

Pada malam 30 Ramadlan beliau masih merasa letih kemudian pada pertengahan tarawih memutuskan untuk menjadi makmum, pada saat shalat witir, beliau kembali menjadi imam.

Pada siang harinya (hari sabtu) seperti biasa beliau mengisi pengajian khusus wanita di Darul Faqih, namun dari setelah tarawih kami meminta beliau supaya tidak membuat kajian tersebut, kemudian beliau tetap keluar untuk duduk i’tikaf di masjid Jami’ Tarim dari dhuhur hingga menjelang maghrib seperti biasanya.

Di sore harinya beliau memanggil saya agar ikut ke rumah beliau untuk mengambil hadiah-hadiah lebaran, beliau bertanya, “Siapa saja yang sering membantu kita dan orang-orang terdekatmu”.

Pada malam harinya yaitu malam idul fitri beliau memaksakan diri untuk shalat isya di masjid Jami’ Tarim. Beliau datang pukul 01.00 KSA, di tengah-tengah shalat isya’ beliau nampak selalu akan terjatuh di dalam shalatnya dan beliau menghidupkan malam tersebut hingga terbit fajar. Di tengah-tengah takbiran kami menerima telepon dari salah seorang muadzdzin Masjidil Haram Makkah yang mana sang muadzdzin sedang menyendiri di depan Ka’bah dan menyebut nama Habib Ali Masyhur seraya memohon doa dan fatihah dari beliau pada malam tersebut. Begitu juga pada shalat subuh beliau memaksakan diri shalat sambil sebelah tangan memegang tiang.

Di pagi hari raya idul fitri saya menerima telepon bahwa Habib Umar meminta jika beliau kesusahan shalat ied di Jabanah karena sebagian jalan ditutup sebaiknya shalat ied di Darul Musthafa, dan ternyata beliau memang ingin shalat ied di Darul Musthofa untuk pertama kalinya, pada rakaat pertama dan akan melanjutkan berdiri beliau tidak bisa dan terjatuh, sehingga adik beliau Ami Abdullah membantu dan beliau lanjutkan rakaat kedua dengan duduk. Seusai khutbah beliau masih sabar duduk bersama hadirin dan santri jamuan hari raya sekaligus menutup fatihah, yang mana fatihah tersebut adalah fatihah perpisahan kepada Darul Musthafa.

Setelah itu beliau kami bawa cek up karena kondisi beliau semakin lemah, pada malam hari dokter memasangkan cairan infus dan obat-obatan dikarenakan beliau tidak mau makan. Pada malam berikutnya saya menerima telepon sekitar pukul 20.00 KSA, sesampainya saya di kediaman beliau dan beliaupun menyapa saya dengan suara yang sudah lumayan lemah, beliau selalu mengangkat tangan berdo’a dan mengulang kalimat Ya Allahu Ya Allah dan Ya Lathif. Kabarnya beliau sudah taqdim shalat Maghrib dan Isya’ juga membaca Ratib. Sambil menunggu dokter datang kami menghibur beliau dengan Qasidah-qasidah Salaf dan beliau mengikutinya hingga dokter datang, kemudian beliau minum air Zam-zam dan menghembuskan nafas terakhirnya sambil mengisyaratkan syahadat. bertepatan pada hari Selasa 03 Syawal 1441 H/ 26 Mei 2020.

Jenazah beliau dikerumuni lautan manusia di kota Tarim.

Sungguh Habib Umar sangat sedih sewaktu masuk keruangan tempat wafat Habib Ali Masyhur, Habib Umar meneteskan air mata dan tidak sanggup mendekati, begitu juga Darul Musthafa, Darul Faqih, Majlis Ifta, Majlis Nasab, Dan Semua penuntut ilmu di Tarim khususnya dan kaum muslimin umumnya berduka dan penduduk barzakh gembira menyambut ‘Sang Permata Tarim’.

Ditulis oleh Sayyid Usamah bin Zaed BSA

Beberapa kalam mutiara Al-Habib Ali Masyhur bin Hafidh (Mufti Tarim)

• "Barang siapa yang meninggalkan maksiat karena takut kepada Allah, maqamnya/darajatnya lebih tinggi dari pada orang yang beribadah setiap hari".

• "Selalulah merasa kurang dalam membantu Rasulullah dan umatnya, sehingga engkau sampai pada derajat yang tinggi. Jika kau selalu merasa sudah cukup banyak membantu Rasulullah dan umatnya maka engkau tidak akan menemui derajat yang tinggi."

• "Ilmu itu milik Allah, Barang siapa yang beramal dengan satu ilmu , maka Allah akan memberikan kefahaman terhadap ilmu yang tidak ia ketahui".

• "Barang siapa yang dirinya terkalahkan oleh kuatnya syahwat dunia, maka ia akan senantiasa menjadi budak ahli dunia dan baran gsiapa yang qana’ah (menerima karunia-Nya dengan lapang dada), maka akan hilang ketundukannya pada dunia". ⠀

• "Sadarilah Handphone adalah sesuatu yang sangat ringan dibawa oleh sebagian orang di dunia, namun di akhirat akan menjadi berat hisabnya, Maka gunakanlah Handphone untuk agamamu, demi kebahagiaanmu di akhirat".

• "Wanita yang paling dekat dengan Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra nanti di akhirat adalah wanita yang paling sempurna menjaga auratnya, bukan wanita yang dekat dengan nasabnya, akan tetapi membuka auratnya".

• "Jadikan Amalmu untuk mendapatkan pengakuan dari Allah, bukan untuk mendapatkan pengakuan manusia".

• "Kalau kamu mengaku cinta kepada orang-orang shaleh, niscaya kamu akan ikut apa yang mereka perbuat".

Wasiat Habib Ali Masyhur yang disampaikan adiknya Habib Umar bin Hafidh

.
"Dalam wasiatnya, beliau meminta maaf pada semua yang telah mengenalinya, yang telah berinteraksi dengannya, dan yang telah bergaul dengannya dari kalangan ahli negaranya. Beliau meminta maaf daripada kalian semua.
.
Beliau juga telah mewasiatkan kepada anak-anaknya di dalam wasiatnya. Beliau berkata bahwa perkara baik yang kalian boleh lakukan untukku dan yang paling aku sukai adalah apabila kalian benar-benar berpegang teguh dengan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan meneladani/mengikuti para Salafusshalihin.
.
Dan beliau juga mewasiatkan kepada kalian untuk tetap berdakwah kepada Allah dan teguh bertahan walau disakiti, ditimpa kesusahan dan kekangan dari siapa saja, dan janganlah kalian membalas mereka kecuali dengan kebaikan.

Demikian itulah yang dituliskan olehnya di dalam wasiatnya."

Posting Komentar untuk "Menjelang Wafatnya Mufti Tarim dan Kalam Mutiara Habib Ali Masyhur bin Hafidh"