Fiqih Sirah Syekh Muhammad Said Ramadlan Al-Buthi bagian 20 | Masa Muda Rasulullah
Berkenaan dengan usaha Rasulullah SAW mencari nafkah dengan menggembala domba, kita dapat memetik tiga poin penting sebagai berikut:
Allah SWT. membekali Rasulullah SAW dengan perasaan yang halus dan kepekaan yang sempurna. Sementara itu, paman Rasulullah selalu menyayangi beliau sepenuh hati, seperti kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya sendiri. Meskipun begitu, menyadari dirinya memiliki kemampuan untuk mencari nafkah sendiri, Rasulullah pun berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan penghasilan dan tidak membebani pamannya. Mungkin saja hasil kerja Rasulullah yang diberikan kepada pamannya tidak seberapa banyak. Akan tetapi, dengan bekerja seperti itu, Rasulullah telah menunjukkan bahwa dirinya adalah pribadi yang pandai berterima kasih, mau bekerja keras, bersungguh-sungguh, dan berbakti pada orangtua.
Allah Swt. membenkan kehidupan yang layak terhadap hamba-hamba--Nya yang saleh di dunia. Oleh karena itu, sebenarnya teramat mudah bagi Allah dengan segala kemahakuasaan Nya untuk melimpahkan berbagai pintu kesejahteraan kepada Rasulullah SAW Dengan begitu, Rasulullah SAW tidak perlu bersusah-payah menggembala domba hanya untuk mencari makan.
Akan tetapi, hikmah llahi rupanya membimbing kita untuk mengetahui bahwa harta paling berharga yang dimiliki seseorang adalah yang didapat dengan kerja keras sendiri dan yang disedekahkan untuk kepentingan masyarakat luas. Sebaliknya, seburuk-buruk harta yang dimiliki seseorang adalah yang didapat begitu saja tanpa bersusah payah dan yang tidak pernah didermakan untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Sesungguhnya dakwah seorang dai tidak akan bernilai apa pun di hadapan orang lain jika is menggantungkan hidupnya dari dakwah, alias mengandalkan pemberian orang lain. Oleh karena itu, setiap dai muslim harus menjadi pribadi yang mampu menghidupi dirinya sendiri melalui usaha tertentu dan tidak bergantung kepada siapa pun. Hal itu akan mendukungnya untuk terus berdakwah tanpa harus khawatir kehilangan mata pencaharian.
Rasulullah SAW di usianya yang masih muda belum benar-benar memahami masalah ini dan belum mengetahui dakwah atau risalah seperti apa yang akan dipikulkan Allah Swt., tetapi peristiwa yang telah ditetapkan Allah terhadap Rasulullah saat itu memang mengandung hikmah seperti ini. Ini menegaskan bahwa sejak Rasulullah belum diangkat menjadi nabi, Allah Swt. sudah menginginkan agar tidak ada satu pun aral yang merintangi dakwahnya, tidak pula memberikan dampak buruk setelah Muhammad diangkat menjadi rasul.
Berkenaan dengan cerita Rasulullah SAW bahwa Allah Swt. selalu menjaganya dari keburukan semenjak belia, kita dapat memetik dua poin penting sebagai berikut.
Rasulullah SAW memiliki karakter dan sifat yang umum dimiliki manusia. Sebagai pemuda, Rasulullah SAW juga memiliki kecenderungan untuk melakukan kenakalan. Pada usia itu, Rasulullah SAW bersenda-gurau dan bermain-main, seperti pemuda sebayanya.
Kendati memiliki sifat seperti pemuda yang lain, Allah Swt. selalu menjaga Rasulullah SAW dari segala bentuk penyimpangan yang tidak sejalan dengan dakwah yang akan diembannya. Bahkan, sebelum menerima wahyu atau syariat yang membentenginya dari godaan hawa nafsu, Rasulullah telah menemukan "pelindung tersembunyi" dan keburukan yang teRbersit dalam jiwa.
Dengan menyatukan kedua poin di atas, kita dapat melihat petunjuk yang sangat jelas bahwa Allah selalu mengarahkan Rasulullah menjadi pribadi yang luhur meskipun beliau tidak mengenyam pendidikan. Siapakah gerangan yang mengarahkan Rasulullah ke jalan suci ini? Bukankah keluarga, kaum, dan tetangganya sama sekali jauh dari kesucian seperti itu?
Tidak diragukan lagi, Allah-lah yang langsung membimbing Muhammad ke jalan cahaya, jauh dari kelamnya kejahiliahan. Ini merupakan salah satu tanda paling jelas yang Allah kehendaki dalam menegaskan kenabian Rasulullah SAW Misi kenabianlah yang menjadi landasan dalam membentuk kepribadian, pengarahan jiwa, pikiran, dan akhlak Rasulullah SAW.
Sebenarnya, teramat mudah bagi Allah Swt. untuk menciptakan Rasulullah SAW terlahir dalam keadaan suci murni. Dengan jiwa yang sama sekali tidak memiliki dorongan nafsu menjadikan Muhammad tak perlu menitipkan dombanya untuk sekadar menikmati malam di Kota Mekah. Ternyata, Rasulullah SAW tetap memiliki semua itu. Justru jika tidak memiliki "kenakalan" seperti itu, tidak ada yang membuktikan bahwa beliau memiliki "pelindung tersembunyi" yang mencegahnya dari perbuatan buruk. Rupanya Allah Yang Mahabijaksana ingin menunjukkan kepada manusia bahwa selalu ada pertolongan llahi bagi Rasulullah yang mulia, membuat manusia semakin mudah untuk mengimani risalahnya, sekaligus menyingkirkan segala bentuk keraguan terhadap kebenaran Rasulullah SAW.
Sumber: Fiqih Sirah Syekh Muhammad Said Ramadlan Al-Buthi
Posting Komentar untuk "Fiqih Sirah Syekh Muhammad Said Ramadlan Al-Buthi bagian 20 | Masa Muda Rasulullah"