Keistimewaan Umat Nabi Muhammad Bagian 28 | Fadilah Shalat Ke-7
ان الميت اذا وضع في قبره وانه يسمع خفق نعالهم يولون مدبرين فان كان
مؤمنا كانت الصلاة عند رأسه وكان الصيام عن يمينه وكانت الزكاة عن شماله
وكان فعل الخيرات من الصدقة . والصلاة والمعروف والإحسان الى الناس عند
رجليه فيؤتى من قبل رأسه فتقول الصلاة : ما قبلى مدخل ثم يؤتى عن يمينه
فيقول الصيام : ما قبلى مدخل . ثم يؤتى عن يساره . فتقول الزكاة : ما قبلى
مدخل . ثم يؤتى من قبل رجليه فيقول فعل الخيرات من الصدقة والمعروف
والاحسان الى الناس : ما قبلى مدخل , فيقال له : اجلس فيجلس قد مثلت له
الشمس وقد دنت للغروب فيقال له : ارايتك هذا الذي كان ستفعل ؟ اخبرنا عما
نسألك عنه . ارايتك هذا الرجل الذي كان قبلكم . ماذا تقول فيه وماذا تشهد
عليه ؟ فيقول : محمد اشهد انه رسول الله صلى الله عليه وسلم وانه جاء بالحق
من عندالله فيقال له : وعلى ذلك حييت وعلى ذالك مت وعلى ذالك تبعث ان شاء
الله . ثم يفتح له باب من ابواب الجنة . فيقال له: هذا مقعدك منها وما اعد
الله لك فيها . فيزداد غبطة وسرورا
Termasuk keistimewaan shalat juga bahwa orang yang menjaga baik-baik shalatnya dan asyik menunaikannya, di dalam kubur kelak ia akan tetap shalat dan menikmati shalatnya. Maqam (kedudukan atau mar-tabat) demikian itu dikaruniakan Allah kepada semua Nabi dan Rasul-Nya—salawatullah ‘alaihim ajmain. ada kalanya kemuliaan seperti itu dikaruniakan Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari ka-langan hamba-hamba-Nya yang saleh. Dalil mengenai shalatnya para Nabi dan Rasul di dalam kuburnya masing-masing adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Al-BaihaqI di dalam juz (bab) “Ha-yatul-Anbiya”, yaitu hadis yang berasal dari Anas bin Malik yang menuturkan, bahwasanya Rasulullah SAW telah menyatakan: الأنبياء احياء فى قبورهم يصلون (“Al-Anbiya’—para Nabi dan Rasul—semuanya hidup. Mereka shalat di dalam kuburnya masing-masing.”)
Anas bin Malik r.a. juga menuturkan, bahwasanya Rasulullah SAW pernah menyatakan:
اتيت ليلة اسري بى على موسى يصلى في قبره عند الكثيب الاحمر
“Pada malam aku di-isra-kan kudatangi Musa (yang) sedang ber-sembahyang di dalam kuburnya, di Al-Katsibul Ahmar (bukit pasir kemerah-merahan).” (Diketengahkan oleh Muslim dan An-Nasa’I).
Adapun dalil tentang shalatnya orang-orang saleh di dalam kubur mereka masing-masing ialah sebuah hadis yang menuturkan bahwa di dalam kubur seorang beriman berkata kepada malaikat, “Biarkan aku shalat dulu.” Malaikat menyahut, “Baik, shalatlah.” (Hadis mengenai itu telah kami sebutkan di atas).
Abu Nu’aim di dalam Al-Hilyah meriwayatkan sebuah hadis yang disanad-kan kepada Yassar bin Jaisy yang mendengar hadis itu dari ayahnya. Ayah Jaisy dengan bersumpah “demi Allah yang tiada tuhan selain Dia” menuturkan, “Saya bersama Humaid dan seorang lainnva memasukkanjenazah Tsabit Al-Bannanlke dalam liang lahadnya. Ketika kami sedang meratakan pemasangan papan di atasnya, tiba-tiba salah satu dari papan (berukuran lebar) terjatuh dan kulihat ia (Tsabit Al-Bannani) shalat di dalam kuburnya. Saya katakan kepada orang yang bersamaku (meratakan pemasangan papan), “Apakah engkau melihat-nya?” Ia menjawab, “Diamlah.” Setelah pemakaman selesai kami da-tang menemui anak perempuan Tsabit. Kepadanya kami bertanya, “Apa sesungguhnya amal yang dilakukan oleh Tsabit?” Anak perempuan itu balik bertanya, “Apa sih yang kalian lihat?” Kami ceritakan kepadanya apa yang kami saksikan pada saat pemakaman ayahnya. Kemudian ia mengatakan, “Ia (ayahnya) selalu shalat malam (tahajud) selama lima puluh tahun, dan setiap waktu sahar (menjelang Subuh) ia berdoa: Ya .Allah, jika Engkau memberi (kesempatan) kepada seseorang untuk shalat di dalam kuburnya, berilah (kesempatan) itu kepadaku. Ternyata Allah mengabulkan doanya itu.”
Hal yang serupa itu ialah bahwasanya Allah SWT memuliakan seba-gian dari hamba-hamba-Nya yang saleh dengan memberi kesempatan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh untuk membaca Alquran di dalam kubur mereka. Mengenai itu Turmudzl mengetengahkan sebuah hadis dari Ibnu ‘Abbas r.a. sebagai berikut, “Beberapa orang sahabat Nabi SAW menggali liang lahad pada suatu pemakaman. Ia tidak men-duga bahwa tanah yang digalinya itu adalah kuburan seseorang. Seca-1 a tiba-tiba ia melihat seorang di dalam liang itu sedang membaca Alquran (surah Tabarak) hingga selesai. Penggali liang itu kemudian datang menghadap Nabi SAW untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada beliau SAW beliau memberitahu, bahwa itu (surah Tabarak) adalah mam ah dan munjiyah (pencegah dan penyelamat) yang menyelamat-kan orang itu dari azab kubur (siksa kubur).”
Ibnu Mundih dengan isnad Thalhah bin ‘Ubaidillah mengatakan: (Pada suatu hari) saya hendak mengambil uangku (yang tertinggal) di ghabah (hutan), tetapi keburu malam. Saya singgah di kuburan ‘Abdullah bin Hizam, tiba-tiba saya mendengar dari dalam kuburan itu suara orang membaca Alquran demikian baiknya. Ketika saya datang menghadap Nabi SAW dan kepada beliau saya beritahukan apa yang telah saya saksikan itu, beliau SAW menjawab, “Itulah Abdullah. Apakah engkau tidak tahu bahwa Allah menggenggam arwah mereka (orang-orang saleh) lalu ditempatkan di dalam lampu-lampu gantung (qanadl) yang terbuat dari zabarjad (batu berharga semacam zamrud) dan yaqut, yang digantungkan di tengah surga. Di malam hari ruh-ruh (arwah) mereka dikembalikan kepada mereka pada tempat semula.”
Riwayat demikian itu dijelaskan juga oleh Ibnu Rajab Al-Hanbal.
Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani
Oleh Habib Ahmad Novel Jindan
Baca Juga: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad Bagian 21 | Pahala Menyapu dan Membersihkan Masjid
Posting Komentar untuk "Keistimewaan Umat Nabi Muhammad Bagian 28 | Fadilah Shalat Ke-7"