Kewajiban Memperbaiki Niat dan Mengikhlaskannya Ke-1
Kewajiban memperbaiki Niat dan Mengikhlaskannya Ke-1, memberikan anjuran kepada kepada agar senantiasa berniat dalam melakukan perbuatan agar ternilai ibadah. Sehingga amal perbuatan kita selalu mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Wahai saudaraku, sebaiknya engkau memperbaiki niat, memurnikannya,
menimbuIkannya dan memikirkannya sebelum memulai melakukan amal perbuatan.
Ketahuilah, bahwa niat adalah asas utama dalam sebuah perbuatan dan semua amal
perbuatan akan mengikutinya, baik atau buruknya dan benar maupun tidaknya.
Dalam hal ini. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
إنما الأعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى
Artinya: "Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung
pada niat dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan mendapatkan apa yang ia
niatkan".
Sebab itulah, hendaknya engkau tidak mengucapkan satu
perkataan atau melakukan satu perbuatan atau merencanakan sesuatu apapun,
kecuali engkau sudah berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
menginginkan pahalanya yang telah diatur oleh Allah SWT pada perkara yang
diniatkan sebagai bentuk karunia-Nya.
Ketahuilah bahwa tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah
SWT, kecuali melalui apa yang Allah SWT syari'atkan melalui lisan Kasul-Nya
dari perkara yang fardhu ataupun yang sunnah. Dan terkadang niat yang
sungguh-sungguh akan berpengaruh terhadap perkara yang mubah. Sehingga
menjadikannya sebuah kedekatan kepada Allah SWT.
Apabila dipandang dari segi perantara, sama hukumnya dengan
tujuannya. Seperti orang yang berniat dalam makannya untuk kuat beribadah
kepada Allah SWT dan ketika ia menggauli istrinya, ia berniat untuk
menghasilkan keturunan baik, shaleh ataupun shalehah yang akan menyembah Allah
SWT.
Sebagai syarat kesungguhan niat adalah tidak didustakan oleh
amal perbuatannya. Contohnya, seseorang yang menuntut ilmu dan ia mengaku bahwa
niatnya menuntut ilmu adalah untuk mengamalkan dan mengajarkannya, maka jika ia
tidak melakukannya sedangkan ia mampu, berarti niatnya tidak benar.
Seperti halnya seseorang yang mencari materi duniawi dan ia
mengaku bahwa niatnya hanyalah untuk mencukupi dirinya dari meminta kepada
orang lain. Serta dapat bersedekah kepada orang yang membutuhkan dan untuk
menyambung tali kekerabatan. Maka jika ia tidak mewujudkannya sedangkan ia
mampu, berarti niatnya sia-sia.
Niat tidak akan menghasilkan apapun dalam perkara
kemaksiatan, sebagaimana juga bersuci tidak akan berguna apabila benda najisnya
masih ada. Maka apabila dijumpai seseorang yang mengumpat orang lain sedangkan
ia mengaku bahwa ia bertujuan untuk menyenangkan orang lain, maka sesungguhnya
ia termasuk salah satu pengumpat.
Barangsiapa yang mendiamkan amar ma'ruf dan nahi munkar
sedangkan ia mengaku bahwa tujuannya mendiamkan hal ini adalah agar tidak
menyinggung perasaan orang lain yang bermaksiat, dalam hal ini ia sama-sama
berdosa dengan orang itu. Karena ia telah membiarakan saudaranya bermaksiat dan
menginjak-nginjak syari'at Allah SWT dan Rasul-Nya.
Jika niat yang buruk berkaitan dengan perbuatan yang baik,
maka niat itu akan merusaknya dan merubahnya menjadi buruk. Contohnya adalah
seseorang yang melakukan amal shaleh, tetapi niatnya untuk memperoleh harta dan
materi duniawi serta mencari ketenaran.
Saudaraku, berusahalah agar niatmu dalam beramal shaleh semata-mata murni karena Allah SWT. Dan saat engkau akan melakukan perbuatan yang mubah, maka niatkanlah sebagai penunjang untuk taat kepada Allah SWT. Ketahuilah, sesungguhnya jika dalam satu amal perbuatan terkumpul niat-niat yang banyak, maka pelakunya akan mendapatkan pahala yang sempurna dari masing-masing niat itu, tanpa berkurang pahala niat itu sedikitpun.
Contohnya diantara perbuatan ibadah ia berniat membaca
al-Quran dan bermunajat kepada Allah SWT. Maka dalam hal ini, si pembaca
mendapatkan pahala orang yang membaca al-Qur'an dan mendapatkan niat bermunajat
kepada Allah SWT, dan masih banyak lagi niat shaleh lainnya. Contoh dalam
perkara yang mubah adalah, saat makan engkau berniat agar lebih kuat dalam
melaksanakan perintah Allah SWT. Maka makanmu oleh Allah SWT engkau diberi
pahala orang yang beribadah.
Sebagaimana firman Allah SWT:
يأيها الذين ءامنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu" (Qs al-Baqarah
ayat: 172).
Semoga penjelasan tentang kewajiban memperbaiki Niat dan Mengikhlaskannya Ke-1 ini dapat kita amalkan dengan sebaik-baiknya. aamiin
Sumber: Nasihat Untukmu Wahai Saudaraku Karya Al ‘alamah Al
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Posting Komentar untuk "Kewajiban Memperbaiki Niat dan Mengikhlaskannya Ke-1"