Bolehnya Memanggil Gurunya Dengan Ya Haadii dan Asmaul Husna Sebagai Nama
ج : جَازَتْ
ِلأَنَّ الْحَبِيْبَ عُمَرُ مُـنْدَرِجٌ
فِيْ اَهْلِ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ وَهُوَ وَلِيُ اللهِ عِنْدَنــَا حَقًّا لاَ
شَكَّ فِـيْهِ – كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ :
تَوَسَّلُوْا بــــِيْ وَبِأَهْلِ بَـيْـتِيْ فَإِنَّه لاَ يُرَدُّ مُـتَوَسِّلٌ
بـــِنَا (رَوَاهُ اِبْنُ حِبَّانَ فِيْ صَحِيْحِهِ )مَثَلُ اَهْلِ بَـيــْتِيْ
فِيْكُمْ مِثْلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ فِيْ قَوْمِه مَنْ رَكِبَ نــَجَاوَمَنْ
تَخـَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ .
Soal : Bolehkah memanggil gurunya dengan ucapan Yaa
hadii, yaa ‘aliim, yaa khobiir, yaa mubiin, yaa waliy, yaa hamiid, yaa qawiim,
yaa hafiidz? yang dimaksud guru disini adalah Habib Umar, dalam ucapannya,
adapun hakekatnya adalah memohon kepada Allah SWT?
Jawab : Boleh, karena Habib Umar termasuk ahli bait
Rasulullah SAW da waliyullah (pendapat kami), sebagaimana Rasulullah SAW telah
bersabda: “bertawassullah kamu sekalian dengan ku dan dengan keluargaku,
sesungguhnya tidak akan ditolak orang yang bertawasssul dengan kami. (H.R. IBNU
HIBBAN dalam shahihnya). Begitu pula IMAM HAKIM meriwayatkan dari Sahabat Abu
Dzarrin, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ahli Baitku bagimu laksana kapalnya
Nabi Nuh AS. bagi kaumnya, orang yang mengikuti kebaikan akan selamat dan orang
yang tiada mengikuti dalam kebaikan akan tenggelam”.
قَالَ الْمُـنَاوِيْ وَلـِهَذَا ذَهَبَ جَمْعٌ اِلى اَنَّ
قُطْبَ اْلأَوْلِيَاءِ فِيْ كُلِّ زَمَانٍ لاَ يَكُوْنُ اِلاَّ مِنْهُمْ – وَمُرِ
يــْدُ الْحَبِيْبُ عُمَرُ يَشْهَدُوْنَ اَ نــَّه قُطْبُ اْلأَوْلِيَاءِ فِيْ
زَمَانِنَا هذَا لاَ شَكَّ فِـيْهِ -
وَهذَا الْحَدِ يــْثُ دَالٌّ عَلى اِبَاحَةِ اْلإِسْتِغَاثَةِ الْمُرِ يْدِ
لِشَيْخِهِ الْمُرْشِدِ تُسَمّى رَابـــِطَةً . وَ الْحَبِيْبُ عُمَرُ مِنْ بَعْدِ
اَهْلِ الْكِرَامِ وَارَثــُوْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْلاً
وَفِعْلاً وَحَالاً – وَالْوِرَاثَةُ الـتَّامَّةُ بِمَجْمُوْعٍ ذلِكَ الـثَّلاَثِ
كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الشَّرِ يْعَةُ
اَقْوَالِيْ وَالطَّارِيْقَةُ اَفْعَالِيْ وَالْحَقِيْقَةِ اَحْوَالِيْ وَ
الْمَحَبَّةُ ِلأَهْلِ اللهِ وَاجِبٌ لاَ مَحَالَةَ ِلأَ نــَّهُمْ اَهْلُ
الصَّفَا وَ الْوَفَابَلْ لِمَنْ اِتَّبَعَ اثَارَهُمْ .
IMAM MUNAWY berkata: karena ini berpendapatlah para ulama:
sesungguhnya kutubul auliya, dalam setiap masa itu terdiri dari mereka ahli
bait Nabi, dan murid-murid Al-Habib Umar, termasuk kutubul auliya di zaman kita,
dan hadits-hadits ini menunjukkan tentang bolehnya seseorang murid minta tolong
kepada seorang guru dan hal itu dinamakan robithah artinya ikatan hati murid
dengan gurunya. Dan Habib Umar adalah orang yang mulia, lagi pula dzurriyat
Rasulullah SAW, dan ahli warisnya dalam ucapan, perbuatan, dan keadaannya. Dan
warisan yang paling sempurna adalah tiga: ucapan, perbuatan (kelakuan), dan
i’tikad (kata hati) sebagaimana Rasulullah SAW telah bersabda: “Syari’at adalah
ucapanku, Thariqat adalah perbuatanku, Hakekat adalah keadaanku. Dan mencintai
Ahlullah adalah wajib, sebab merekalah orang yang tergolong ahlushshafa wal
wafaa (orang yang bersih dan mengabdikan diri kepada Allah) bahkan bagi orang
yang mengikuti jejak langkah mereka (ahlushshafaa wal wafaa).
وَقَالَ سُفْيَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَنْ اَحَبَّ مَنْ
يُحِبُّ اللهَ فَإِنــَّمَا اَحَبَّ اللهَ – وَمَنْ اَكْرَمَ مَنْ يُكْرِمُ اللهَ
فَإِنــَّمَا يُكْرِمُ اللهَ - وَ الْحَبِيْبُ عُمَرُ مِنْ جُمْلَةِ اَهْلِ
الصَّفَا وَالْوَفَا – وَفِيْ حَدِ يْثٍ طَوِيْلٍ عَنْ سَيِّدِنــَا عُمَرَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قِـيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ
الُ مُحَمَّدٍ اَلَّذِ يْنَ اُمِرْنـَا بـــِحُـبِّـهِمْ وَاِكْرَامِهِمْ وَ
الْبُرُوْرِ بــِــهِمْ فَقَالَ اَهْلُ الصَّفَا وَ الْوَفَا مَنْ امَنَ بِيْ
وَاَخْلَصَ : يَا اِخْوَانِيْ اِسْتَفْهِمُوْا بــِالْقَاعِدَةِ لِلأَوْلِيَاءِ
لِــئـــَلاَّ تَكُوْنُوْا مُـنْدَرِجًا فِى الْحَدِ يْثِ الْقُدْسِيِّ مَنْ عَادى
لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ اذَ نــْتُه بِالْحَرْبِ .
IMAM SUFYAN berkata: Sesungguhnya orang yang cinta kepada
orang yang mencintai Allah, berarti orang tersebut mencintai Allah, dan orang
yang memuliakan terhadap orang yang memuliakan Allah, berarti orang tersebut
memuliakan Allah. Dan sebuah Hadits yang panjang dari Sayyidina Umar r.a. Bahwa
Rasulullah SAW ditanya : Siapakah aalu (Keluarga) Muhammad yang harus kami
cintai dan harus kami muliakan ? dan kami diperintah untuk berbuat baik kepada
mereka ?. Maka berkata ahlush shafaa wal wafaa : yang beriman kepadaku dan
ikhlas. Hai saudara-saudaraku fahamilah hadits-hadits auliya, agar kalian tidak
termasuk golongan yang dikecam oleh Allah. Di dalam hadits Qudsi diterangkan:
Barang siapa memusuhi kekasihku, maka kami memberitahu kepadanya dengan perang.
س : هَلْ
يَجُوْزُ لِلْمُرِ يْدِ اَنْ يَدْعُوْا شَيْخَه خَلِيْفَةَ
رَسُوْلِ اللهِ ؟
ج :
نــَعَمْ يَجُوْزُ , كَمَا قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى اْلأَذ
ْكِيَاءِ ص ٨٣ : عَلى
خُلُفَائِيْ رَحْمَةُ اللهِ
وَ يُـعَلِّمُـهَا , قِـيْلَ
وَمَنْ خُلَفَاءُكَ ؟ قَالَ : اَلَّذِ
يْنَ يُحْيُوْنَ سُـنَّتِيْ وَ
يُعَلِّمُوْنــَهَا عِبَادَ اللهِ , وَ
سَيِّدِيْ شَيْخُـنَا
الْمُكَرَّمْ مِمَّنْ يُحْيِيْ
سُنَّةَ الرَّسُوْلِ وَ يُعَلِّمُـهَا عِبَادَ
اللهِ صَرْحًا فِيْ
هذَا الزَّمـَانِ - لاَ
سِيَمَا هُوَ يُعَلِّمُ الشَّـهَادَ تــَيْنِ لِمَنْ شَاءَ .
Soal : Bolehkah murid berdo’a (Tawassul) kepada
gurunya dengan mengucapkan ucapan khalifatu Rasulillah?
Jawab : Ya boleh,
seperti Sabda Rasulullah SAW yang tertera dalam Syarah Azkiya halaman 83: “Rahmat
Allah mudah-mudahan tetap atas khalifahku”. Sebagian sahabat bertanya:
“Siapakah khalifah-khalifahmu ya Rasulullah?”. Nabi SAW menjawab:
“Khalifah-khalifahku dalah orang-orang yang menghidupkan dan mengamalkan
sunnah-sunnahku dan mengajarkan kepada hamba-hamba Allah”. Sedangkan guru kita
yang mulia (Al-Habib Umar Bin Isma’il Bin Yahya) sebagian dari orang yang
menghidupkan, mengamalkan dan mengajarkan kepada hamba Allah akan sunnah-sunnah
Rasul yang tidak diamalkan oleh umat Islam masa sekarang ini terutama
mengajarkan dua kalimat syahadat.
س : هَلْ يَجُوْزُ
اِستِعْمَالُ اِسْمٍ مِنْ اَسْمَائِه
تَعَالى اَلْحُسْنى ِلأَحَدٍ ؟
ج : نــَعَمْ
يَجُوْزُ كَمَا هُوَ
مَكْتُوْبٌ فِيْ سُلَمِ الـتَّوْفِيْقِ ص ٤ :
إِنَّ اللهَ اَعْطى
الْعَبْدَ اَوْ صَفًا
وَاُطْلِقَتْ عَلَيْهِ كَمَا
اُطْلِقَةْ عَلَيْهِ تَعَالى
تَشْرِ يــْفًا لِلْعَبْدِ كَالْعَالِمِ وَالْحَيِّ لَكِنَّـهَا مُـبَايـــِنَةٌ مُغَايـــِرَةٌ لِصِفَاتِ الْبَارِيْ تَعَالى
فِيْ الْحَقِيْقَةِ .
Soal : Bolehkah memakai asma’ul husna (nama) dari
Asma Allah untuk seseorang?
Jawab : Ya Boleh, sebagaimana dijelaskan dalam kitab
Sullam Taufiq halaman 4: Allah SWT telah memberikan kepada hamba-Nya (Adam AS.)
beberapa sifat dan digunakan sebagai nama.
Digunakannya nama itu bagi Allah SWT adalah sebagai penghormatan kepada hamba itu. Misalnya aku hidup …… dan sebagainya, akan tetapi jelas berbeda dengan sifat Allah SWT pada hakekatnya.
Baca Juga: Bolehnya Tawassul, Memanggil Nabi dan Wali Allah Serta Antara Do'a dan Tawassul
Digunakannya nama itu bagi Allah SWT adalah sebagai penghormatan kepada hamba itu. Misalnya aku hidup …… dan sebagainya, akan tetapi jelas berbeda dengan sifat Allah SWT pada hakekatnya.
Baca Juga: Bolehnya Tawassul, Memanggil Nabi dan Wali Allah Serta Antara Do'a dan Tawassul
Posting Komentar untuk "Bolehnya Memanggil Gurunya Dengan Ya Haadii dan Asmaul Husna Sebagai Nama"