Kisah Seekor Ular Yang Merindukan Rasulullah SAW
Sebelum Nabi Muhammad SAW memasuki gua, Sayyidina Abu Bakar
dengan sigapnya mengecek atau memeriksa dan menutup lubang-lubang yang ada di
gua guna terhindar dari binatang buas.
Di dalam gua, mereka sepakat untuk bergantian berjaga. Dalam
tidurnya, Nabi Muhammad SAW merebahkan kepalanya di pangkuan sang sahabat. Di
dalam gua yang dingin dan remang-remang, tiba-tiba seekor ular mendesis keluar
dari salah satu lubang yang belum ditutup oleh Sayyidina Abu Bakar. Sayyidina Abu
Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh
dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benaknya, beliau
tidak ingin ia mengganggu tidur Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin, beliau tega
membangunkan kekasih Allah SWT itu.
Sayyidina Abu Bakar menutup lubang itu dengan salah satu
kakinya. Lalu ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja
tak bergerak sedikitpun. Dalam hening, sekujur tubuh Sayyidina Abu Bakar terasa
panas, ketika bisa ular menjalar cepat di dalam darahnya. Sayyidina Abu Bakar
tak kuasa menahan isak tangis ketika rasa sakit itu tak tertahankan lagi. Tanpa
sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah SAW yang tengah berbaring
dan tertidur.
Rasulullah SAW terbangun dan berkata, “Wahai hamba Allah,
apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini?” “Tentu saja
tidak, saya ridla dan ikhlas mengikutimu kemana pun,” jawab Sayyidina Abu Bakar.
“Lalu mengapakah, engkau meneteskan air mata?” bertanya Rasulullah SAW dengan
bersahaja. “Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai Rasulullah SAW, dan
bisanya menjalar begitu cepat ke dalam tubuhku.
Lalu Nabi Muhammad SAW berbicara kepada sang ular itu. ”Wahai
ular, tahukah engkau? Jangankan daging, atau kulit Abu Bakar, rambut Abu Bakar
pun haram kamu makan?”
Dialog Rasulullah dengan sang Ular itu didengar pula oleh Sayyidina
AbuBakar Ash-Shidiq, berkat mukjizat Beliau.
“Ya hamba mengerti Ya Rasulallah, bahkan sejak ribuan tahun
yang lalu ketika Allah SWT mengatakan: “Barang siapa yang yang memandang
kekasih- Ku, Muhammad, fii ainil mahabbah atau dengan mata kecintaan. Aku
anggap cukup untuk menggelar dia ke surga firdaus,” kata sang ular.
“Ya Rabb, beri aku kesempatan yang begitu cemerlang dan
indah. “Aku (ular) ingin memandang wajah kekasih-Mu fi ainal mahabbah,” lanjut
sang ular.
Apa kata Allah SWT Tuhan Semesta Alam?
“Silakan pergi ke gua Tsur, tunggu di sana, kekasihKu akan
datang pada waktunya,” jawab Allah SWT.
“Ribuan tahun aku menunggu di sini. Aku diliputi oleh
kerinduan untuk jumpa Engkau, Muhammad. Tapi sekarang ditutup oleh kaki Abu
Bakar, maka kugigitlah dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin
ketemu Engkau, Wahai Nabi Muhammad SAW”. Jawab sang Ular dari gua Tsur.
“Lihatlah ini, Lihatlah wajahku”, kata Rasulullah SAW. Dan
sang ular dari gua Tsurpun memandang wajah Nabi Muhammad SAW penuh dengan rasa
cinta dan rindu.
Selanjutnya tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang,
Rasulullah meraih pergelangan kaki Sayyidina Abu Bakar. Dengan mengagungkan Allah
SWT, Sang pencipta semesta, Nabi Muhammad SAW mengusap bekas gigitan itu dengan
ludahnya. Maha suci Allah SWT, seketika rasa sakit itu hilang tak berbekas.
Semoga tertanam dalam hati kita kerinduan kepada Rasulullah
SAW dengan mengamalkan sunnah-sunnah beliau sebagai tanda cinta kita kepada
beliau
Yaa Allah berikan rasa rindu yang dalam sekali di dalam hati
kami kepada Rasulullah SAW, aamiin
Aamiin ya rabbal ‘aalamiin
(Sumber: Kisah Rasulullah)
Posting Komentar untuk "Kisah Seekor Ular Yang Merindukan Rasulullah SAW"