Dalil Mengusap Nisan Kuburan dan Menciumnya Ketika Ziarah Kubur
Salah satu perkara yang tidak luput dari vonis bidโah, syirik, khurafat adalah mencium nisan kubur ketika berziarah kubur. Perlu kita ketahui bahwa amal tersebut sesungguhnya telah banyak dilakukan dan dicontohkan oleh ulama-ulama salaf hingga saat ini.
Berikut ini saya kutipkan sebagian kecil dari beberapa kisah-kisah ulama salaf yang mengamalkan hal tersebut
PERTAMA, Sahabat Bilal Ra Mencium Kubur Nabi Muhammad SAW
Ibn โAsakir meriwayatkan dari Bilal RA dengan sanad jayid bahwasanya setelah Bilal menginjak tanah Syam; daerah Daroya, dia melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpinya dan bertanya โSombong sekali kamu, ya bilal. Seharusnya engkau berziarah dulu ke tempatku, maka hati-hatilah engkau, hidupmu akan resah dan gelisahโ. Lalu, dia menaiki kudanya menuju Madinah, setelah sampai dia, pergi ke kuburan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan menangis; mencium kuburan Rasullah. Lalu Sayyidina Hasan dan Husein datang menyambutnya dengan pelukan dan ciuman rindu. โKami sangat rindu mendengar azanmu, yang mana sewaktu Nabi Muhammad SAW hidup, engkau selalu azan di atas masjid ituโ. seru Hasan dan Husein. Lalu, dia pergi ke tempat tersebut, dan mengumandangkan azan. Setelah dia membaca โAllaahu akbarโ penduduk Madinah terheran-heran. Setelah dia berkata โAsyhadu allaa ilaaha illa llaah โ keheranan masyarakat semakin bertambah. Setelah dia mengucapkan โasyhadu anna Muhammadarrasuulul laahโ. Para penduduk keluar dari rumah masing-masing. Dengan perasaan riang, tak terasa air mata satu parsatu menetes. Sehingga ada yang berkata โSetelah Rasulullah meninggal, saya tidak pernah melihat tangisan masyarakat sebanyak hari ini".
Kisah sahabat Bilal ini diriwayatkanโdi antaranyaโoleh Imam as-Samanhudi dalam Wafaโul Wafaโ (4/1405) dan Ibnu โAsakir dalam Tarikh Dimasyq/Sejarah Damaskus (7/137).
KEDUA, Sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu โanhu :
โDawud bin Abi Shalih berkata:
โPada suatu hari Marwan datang, lalu menemukan seorang laki-laki menaruh wajahnya di atas makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam. Marwan berkata: โTahukan kamu, apa yang kamu perbuat?โ Lalu laki-laki tersebut menghadapnya, ternyata ia sahabat Abu Ayyub. Lalu ia menjawab: โYa, aku mendatangi Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam, bukan mendatangi batu. Aku mendengar Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda: โJangan tangisi agama apabila diurus oleh ahlinya. Akan tetapi tangisilah agama apabila diurus oleh bukan ahlinya.โ
Dalam hadits di atas, sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu โanhu bertabaruk dengan mencium makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam.
KETIGA, Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu โanhuma meletakkan tangan kanannya ke makam Nabi SAW setiap datang dari perjalanan.
โDari Nafiโ, bahwa apabila Ibnu Umar datang dari suatu perjalanan, ia menunaikan shalat dua rakaโat di Masjid, lalu mendatangi Nabi shallallahu โalaihi wasallam, lalu meletakkan tangan kanannya ke makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam dan membelakangi kiblat, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu โalaihi wasallam, kemudian kepada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu โanhumaโ. (Al-Qadli Ismail al-Baghdadi, Fadhl al-Shalat โala al-Nabi shallallahu โalaihi wasallam, hal. 84.)
KEEMPAT, Al-Husain bin Abdullah bin Abdullah bin al-Husain, tokoh ahlul-bait dari generasi Salaf. Al-Hafidh al-Sakhawi al-Syafiโi meriwayatkan:
โYahya bin al-Hasan bin Jaโfar berkata dalam kitabnya Akhbar al-Madinah: โAku belum pernah melihat orang yang lebih utama dari al-Husain bin Abdullah di antara kami ahlul-bait. Kebiasaannya, apabila ia merasakan sakit pada sebagian tubuhnya, ia membuka kerikil dari batu yang di rumah Fathimah al-Zahra yang menempel ke makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam yang mulia. Lalu ia mengusapkannya.โ (Al-Hafizh al-Sakhawi, al-Tuhfah al-Lathifah fi Tarikh al-Madinah al-Syarifah (1/292).
KELIMA, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali yang diakui oleh Salafi-Wahabi sebagai madzhab mereka dan madzhab Ibnu Taimiyah, telah berfatwa bolehnya bertabarruk dengan cara menyentuh dan mencium mimbar atau makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam dengan tujuan taqarub kepada Allah. Abdullah, putra al-Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan:
โAku bertanya kepada ayahku tentang laki-laki yang menyentuh mimbar Nabi shallallahu โalaihi wasallam, ia bertabaruk dengan menyentuhnya dan menciumnya, dan ia melakukan hal yang sama ke makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam atau yang sesamanya, ia bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan hal tersebut. Beliau menjawab: โTidak apa-apaโ.
(Abdullah bin al-Imam Ahmad, al-โIlal wa Maโrifah al-Rijal (2/492).
Dalam kitab โAl-'ilal wa Ma'rifatir-Rijalโ 2/429: nomer 3243; cet. maktab al islami:
Ad Dzahabi membenarkan pendapat Imam Ahmad.
Berikut Riwayat yang terjadi didalam:
โAku mendengar Rizqullah (Abu Muhammad At-Tamimi, wafat 488 H) Berkata:
โAku pernah Menziarahi Kubur Imam Ahmad untuk Menemani Al-Qadhi Asy-Syarif Abu โAli Al-Hasyimi. AKU MELIHAT BELIAU MENCIUM KAKI KUBUR IMAM AHMAD, Maka aku katakan padanya: โApakah ada Atsar tentang ini (mencium kubur)..???โ,
Maka Beliau berkata padaku:
โImam Ahmad adalah seseorang yang Agung Bagiku, Dan Aku Tidak Pernah Berpikir bahwa Allah Taโala akan Menyiksaku karena Perbuatanku iniโฆ!!!โ, atau perkataan Semacamnya.โ
Beliau (Rizqullah) juga pernah berkata:
โAku Menghadapnya (Asy-Syarif Abu Ali al-Hasyimi) ketika Beliau sedang Sakit menuju ke Wafatannya, Maka Beliau berkata padaku: โDengarkanlah iโtiqad dariku . . . โ.
โ Muhammad Al-Badr Al-โAyni dalam Kitabnya:
โUmdah Al-Qari (9/241), Menukil dari Al-Muhibb Ath-Thabari bahwa Beliau Mengatakan:
โDan bisa diambil Dalil dari Disyariโatkan Mencium Hajar Aswad dan Melambaikan tangan terhadap sudut-sudut Kaโbah, Kebolehan Mencium setiap sesuatu yang jika dicium maka itu mengandung pengagungan kepada Allah Swt, karena Meskipun Tidak ada Dalil yang Menjadikannya Sunnah,
Tetapi juga tidak ada yang Memakruhkan.
Al-Muhibb Ath-Thabari Melanjutkan:
Aku juga telah Melihat dalam sebagian Taโaliiq Kakek-ku (Muhammad bin Abu Bakr), Dari Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Abu Ash-Shaif bahwa:
Sebagian Ulama dan orang-orang Shalih ketika Melihat Mushaf Mereka Menciumnya, Dan ketika melihat Kitab-Kitab Hadits mereka menciumnya, Dan ketika melihat Kuburan orang-orang Shalih Mereka Menciumnya, Al-Muhibb Ath-Thabari Mengatakan:
Ini Bukan sesuatu yang Aneh dan Jauh dari Dalil (Wallahu Aโlam) dalam segala sesuatu yang Mengandung Unsur Taโdzim (Pengagungan) kepada Allah Swtโ.
Salah seorang Ulama Besar Hanabilah yang Muโtamad (terpegangi) dalam Madzhab Hanbali yang juga Merupakan Ahli Haditsnya Madzhab Hanbali.
Beliau Bertabarruk Ke Makam Imam Ahmad bin Hanbal. Diterangkan didalam:
Kitab: Al-Mausuโah Al-Yusufiyyah. Karya: Syaikh Yusuf Khaththar.Halaman: 168.
โTelah Datang keterangan dalam Kitab Al-Hikayat Al-Mantsurah, Karya Al-Imam Al-Hujjah Dhiyaโuddin Al-Maqdisi Rahimahullah Taโala (wafat 634 H), Beliau berkata:
โAku pernah mendengar Asy-Syaikh Al-Imam Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisi berkata:
โDi tanganku telah Timbul Semacam (seperti) Bisul. Bisul itu sembuh, Tapi selalu Kambuh lagi. Penyakit ini ada padaku dalam Waktu yang Lama. Maka aku pergi ke Ashbihan dan Pergi ke Baghdad. Aku pergi ke Makam Imam Ahmad bin Hanbal Ra, Dan aku Usapkan Tanganku ke Makamnya. Dan ternyata Bisul itu bisa Sembuh dan Tidak Kambuh Lagi.
Berikut ini saya kutipkan sebagian kecil dari beberapa kisah-kisah ulama salaf yang mengamalkan hal tersebut
PERTAMA, Sahabat Bilal Ra Mencium Kubur Nabi Muhammad SAW
Ibn โAsakir meriwayatkan dari Bilal RA dengan sanad jayid bahwasanya setelah Bilal menginjak tanah Syam; daerah Daroya, dia melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpinya dan bertanya โSombong sekali kamu, ya bilal. Seharusnya engkau berziarah dulu ke tempatku, maka hati-hatilah engkau, hidupmu akan resah dan gelisahโ. Lalu, dia menaiki kudanya menuju Madinah, setelah sampai dia, pergi ke kuburan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan menangis; mencium kuburan Rasullah. Lalu Sayyidina Hasan dan Husein datang menyambutnya dengan pelukan dan ciuman rindu. โKami sangat rindu mendengar azanmu, yang mana sewaktu Nabi Muhammad SAW hidup, engkau selalu azan di atas masjid ituโ. seru Hasan dan Husein. Lalu, dia pergi ke tempat tersebut, dan mengumandangkan azan. Setelah dia membaca โAllaahu akbarโ penduduk Madinah terheran-heran. Setelah dia berkata โAsyhadu allaa ilaaha illa llaah โ keheranan masyarakat semakin bertambah. Setelah dia mengucapkan โasyhadu anna Muhammadarrasuulul laahโ. Para penduduk keluar dari rumah masing-masing. Dengan perasaan riang, tak terasa air mata satu parsatu menetes. Sehingga ada yang berkata โSetelah Rasulullah meninggal, saya tidak pernah melihat tangisan masyarakat sebanyak hari ini".
Kisah sahabat Bilal ini diriwayatkanโdi antaranyaโoleh Imam as-Samanhudi dalam Wafaโul Wafaโ (4/1405) dan Ibnu โAsakir dalam Tarikh Dimasyq/Sejarah Damaskus (7/137).
KEDUA, Sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu โanhu :
ุนููู ุฏูุงููุฏู ุจููู ุฃูุจููู ุตูุงููุญู ููุงูู: ุฃูููุจููู ู
ูุฑูููุงูู ููููู
ูุง ููููุฌูุฏู ุฑูุฌููุงู ููุงุถูุนูุง ููุฌููููู ุนูููู ุงููููุจูุฑู ููููุงูู ุฃูุชูุฏูุฑููู ู
ูุง ุชูุตูููุนู ููุฃูููุจููู ุนููููููู ููุฅูุฐูุง ูููู ุฃูุจููู ุฃููููููุจู ููููุงูู ููุนูู
ู ุฌูุฆูุชู ุฑูุณููููู ุงูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ููููู
ู ุขูุชู ุงููุญูุฌูุฑู ุณูู
ูุนูุชู ุฑูุณููููู ุงูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูููููููู ูุงู ุชูุจูููููุง ุนูููู ุงูุฏูููููู ุฅูุฐูุง ูููููููู ุฃููููููู ูููููููู ุงูุจูููููุง ุนููููููู ุฅูุฐูุง ูููููููู ุบูููุฑู ุฃููููููู. (ูุฑููุงูู ุฃูุญูู
ูุฏู ููุงูุทููุจูุฑูุงููููู ููุงุจููู ุฃูุจููู ุฎูููุซูู
ูุฉู ููุตูุญููุญููู ุงููุญูุงููู
ู ููุงูุฐููููุจูููู ูุงูุณููููููุทูููู).
โDawud bin Abi Shalih berkata:
โPada suatu hari Marwan datang, lalu menemukan seorang laki-laki menaruh wajahnya di atas makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam. Marwan berkata: โTahukan kamu, apa yang kamu perbuat?โ Lalu laki-laki tersebut menghadapnya, ternyata ia sahabat Abu Ayyub. Lalu ia menjawab: โYa, aku mendatangi Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam, bukan mendatangi batu. Aku mendengar Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda: โJangan tangisi agama apabila diurus oleh ahlinya. Akan tetapi tangisilah agama apabila diurus oleh bukan ahlinya.โ
Dalam hadits di atas, sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu โanhu bertabaruk dengan mencium makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam.
KETIGA, Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu โanhuma meletakkan tangan kanannya ke makam Nabi SAW setiap datang dari perjalanan.
ุนููู ููุงููุนูุ ุฃูููู ุงุจููู ุนูู
ูุฑู ุ ููุงูู ุฅูุฐูุง ููุฏูู
ู ู
ููู ุณูููุฑู ุตููููู ุณูุฌูุฏูุชููููู ููู ุงููู
ูุณูุฌูุฏูุ ุซูู
ูู ููุฃูุชูู ุงููููุจูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ููููุถูุนู ููุฏููู ุงููููู
ูููู ุนูููู ููุจูุฑู ุงููููุจูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ููููุณูุชูุฏูุจูุฑู ุงููููุจูููุฉู ุซูู
ูู ููุณููููู
ู ุนูููู ุงููููุจูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุซูู
ูู ุนูููู ุฃูุจูู ุจูููุฑู ููุนูู
ูุฑู. (ุฑูููุงูู ุงููููุงุถููู ูููู ููุถููู ุงูุตูููุงูุฉู ุนูููู ุงููููุจูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุจูุฅูุณูููุงุฏู ุญูุณููู).
โDari Nafiโ, bahwa apabila Ibnu Umar datang dari suatu perjalanan, ia menunaikan shalat dua rakaโat di Masjid, lalu mendatangi Nabi shallallahu โalaihi wasallam, lalu meletakkan tangan kanannya ke makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam dan membelakangi kiblat, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu โalaihi wasallam, kemudian kepada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu โanhumaโ. (Al-Qadli Ismail al-Baghdadi, Fadhl al-Shalat โala al-Nabi shallallahu โalaihi wasallam, hal. 84.)
KEEMPAT, Al-Husain bin Abdullah bin Abdullah bin al-Husain, tokoh ahlul-bait dari generasi Salaf. Al-Hafidh al-Sakhawi al-Syafiโi meriwayatkan:
ููุงูู ููุญูููู ุจููู ุงููุญูุณููู ุจููู ุฌูุนูููุฑู ูููู ููุชูุงุจููู ุฃูุฎูุจูุงุฑู ุงููู
ูุฏูููููุฉู ููููู
ู ุฃูุฑู ููููููุง ุฑูุฌููุงู ุฃูููุถููู ู
ูููููุ ููุงูู ุฅูุฐูุง ุงุดูุชูููู ุดูููุฆุงู ู
ููู ุฌูุณูุฏููู: ููุดููู ุงููุญูุตูู ุนููู ุงููุญูุฌูุฑู ุงูููุฐููู ููุงูู ุจูุจูููุชู ููุงุทูู
ูุฉู ุงูุฒููููุฑูุงุกู ูููุงูุตููู ุฌูุฏูุงุฑู ุงููููุจูุฑู ุงูุดููุฑูููููุ ููููู
ูุณูุญู ุจููู.
โYahya bin al-Hasan bin Jaโfar berkata dalam kitabnya Akhbar al-Madinah: โAku belum pernah melihat orang yang lebih utama dari al-Husain bin Abdullah di antara kami ahlul-bait. Kebiasaannya, apabila ia merasakan sakit pada sebagian tubuhnya, ia membuka kerikil dari batu yang di rumah Fathimah al-Zahra yang menempel ke makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam yang mulia. Lalu ia mengusapkannya.โ (Al-Hafizh al-Sakhawi, al-Tuhfah al-Lathifah fi Tarikh al-Madinah al-Syarifah (1/292).
KELIMA, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali yang diakui oleh Salafi-Wahabi sebagai madzhab mereka dan madzhab Ibnu Taimiyah, telah berfatwa bolehnya bertabarruk dengan cara menyentuh dan mencium mimbar atau makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam dengan tujuan taqarub kepada Allah. Abdullah, putra al-Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan:
ุณูุฃูููุชููู ุนููู ุงูุฑููุฌููู ููู
ูุณูู ู
ูููุจูุฑู ุงููููุจูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ููููุชูุจูุฑูููู ุจูู
ูุณูููู ููููููุจูููููู ููููููุนููู ุจูุงููููุจูุฑู ู
ูุซููู ุฐููููู ุฃููู ููุญููู ููุฐูุง ููุฑูููุฏู ุจูุฐููููู ุงูุชููููุฑููุจู ุฅูููู ุงูููู ุฌูููู ููุนูุฒูู ููููุงูู ููุง ุจูุฃูุณู ุจูุฐููููู
โAku bertanya kepada ayahku tentang laki-laki yang menyentuh mimbar Nabi shallallahu โalaihi wasallam, ia bertabaruk dengan menyentuhnya dan menciumnya, dan ia melakukan hal yang sama ke makam Nabi shallallahu โalaihi wasallam atau yang sesamanya, ia bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan hal tersebut. Beliau menjawab: โTidak apa-apaโ.
(Abdullah bin al-Imam Ahmad, al-โIlal wa Maโrifah al-Rijal (2/492).
Dalam kitab โAl-'ilal wa Ma'rifatir-Rijalโ 2/429: nomer 3243; cet. maktab al islami:
ุณุฃูุชู ุนู ุงูุฑุฌู ูู
ุณ ู
ูุจุฑ ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ููุชุจุฑู ุจู
ุณู ูููุจูู ูููุนู ุจุงููุจุฑ ู
ุซู ุฐูู ุฃู ูุญู ูุฐุง ูุฑูุฏ ุจุฐูู ุงูุชูุฑุจ ุฅูู ุงููู ุนุฒ ูุฌู ููุงู ูุง ุจุฃุณ ุจุฐูู
โSaya bertanya kepadanya (Ahmad bin Hanbal) tentang orang yang menyentuh podium Nabi SAW, dan mencari berkah dengan menyentuh dan menciumnya, dan melakukan hal yang sama ke kuburan beliau, atau hal seperti itu, dgn tujuan mendekatkan diri dan mencari berkah dari Allah, ia (Ahmad) mengatakan: โTidak apa-apa dengan hal ituโ.
Ad Dzahabi membenarkan pendapat Imam Ahmad.
AL-IMAM ABU โALI AL-HASYIMI AL-HANBALI
Al-Imam Al-Qadhi Asy-Syarif Abu โAli Al-Hasyimi Al-Hanbali (wafat 428 H). Beliau adalah salah seorang Perawi โAqidah Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau adalah Pengarang Kitab Al-Fawaโid Al-Muntaqat.Berikut Riwayat yang terjadi didalam:
Kitab: THABAQAT AL-HANABILAH. Karya: AL-QADHI IBNU ABI YAโLA AL-FARAโ AL-HANBALI.Tahqiq: ABDURRAHMAN BIN SULAIMAN AL-UTSAIMIN.Halaman: 341:
โAku mendengar Rizqullah (Abu Muhammad At-Tamimi, wafat 488 H) Berkata:
โAku pernah Menziarahi Kubur Imam Ahmad untuk Menemani Al-Qadhi Asy-Syarif Abu โAli Al-Hasyimi. AKU MELIHAT BELIAU MENCIUM KAKI KUBUR IMAM AHMAD, Maka aku katakan padanya: โApakah ada Atsar tentang ini (mencium kubur)..???โ,
Maka Beliau berkata padaku:
โImam Ahmad adalah seseorang yang Agung Bagiku, Dan Aku Tidak Pernah Berpikir bahwa Allah Taโala akan Menyiksaku karena Perbuatanku iniโฆ!!!โ, atau perkataan Semacamnya.โ
Beliau (Rizqullah) juga pernah berkata:
โAku Menghadapnya (Asy-Syarif Abu Ali al-Hasyimi) ketika Beliau sedang Sakit menuju ke Wafatannya, Maka Beliau berkata padaku: โDengarkanlah iโtiqad dariku . . . โ.
IMAM ATH-THABARI: MENCIUM MUSHAF DAN MAKAM
ูููุฏ ุฃุญุณู ู
ุฌููู ูููู ุญูุซ ูููู:
ุฃู
ุฑ ุนูู ุงูุฏูุงุฑ ุฏูุงุฑ ูููู โฆ ุฃูุจู ุฐุง ุงูุฌุฏุงุฑ ูุฐุง ุงูุฌุฏุงุฑ
ูู
ุง ุญุจ ุงูุฏุงุฑ ุดุบูู ููุจู โฆ ูููู ุญุจ ู
ู ุณูู ุงูุฏูุงุฑุง
โ ููุงู ุงูู
ุญุจ ุงูุทุจุฑู: ููู
ูู ุฃู ูุณุชูุจุท ู
ู ุชูุจูู ุงูุญุฌุฑ ูุงุณุชูุงู
ุงูุฃุฑูุงู ุฌูุงุฒ ุชูุจูู ู
ุง ูู ุชูุจููู ุชุนุธูู
ุงููู ุชุนุงููุ ูุฅูู ุฅู ูู
ูุฑุฏ ููู ุฎุจุฑ ุจุงููุฏุจ ูู
ูุฑุฏ ุจุงููุฑุงูุฉ. ูุงู: ููุฏ ุฑุฃูุช ูู ุจุนุถ ุชุนุงููู ุฌุฏู ู
ุญู
ุฏ ุจู ุฃุจู ุจูุฑุ ุนู ุงูุฅู
ุงู
ุฃุจู ุนุจุฏ ุงููู ู
ุญู
ุฏ ุจู ุฃุจู ุงูุตูู: ุฃู ุจุนุถูู
ูุงู ุฅุฐุง ุฑุฃู ุงูู
ุตุงุญู ูุจููุงุ
ูุฅุฐุง ุฑุฃู ุฃุฌุฒุงุก ุงูุญุฏูุซ ูุจููุงุ
ูุฅุฐุง ุฑุฃู ูุจูุฑ ุงูุตุงูุญูู ูุจููุงุ
ูุงู: ููุง ูุจุนุฏ ูุฐุงุ ูุงููู ุฃุนูู
ูู ูู ู
ุง ููู ุชุนุธูู
ููู ุชุนุงูู.
โUmdah Al-Qari (9/241), Menukil dari Al-Muhibb Ath-Thabari bahwa Beliau Mengatakan:
โDan bisa diambil Dalil dari Disyariโatkan Mencium Hajar Aswad dan Melambaikan tangan terhadap sudut-sudut Kaโbah, Kebolehan Mencium setiap sesuatu yang jika dicium maka itu mengandung pengagungan kepada Allah Swt, karena Meskipun Tidak ada Dalil yang Menjadikannya Sunnah,
Tetapi juga tidak ada yang Memakruhkan.
Al-Muhibb Ath-Thabari Melanjutkan:
Aku juga telah Melihat dalam sebagian Taโaliiq Kakek-ku (Muhammad bin Abu Bakr), Dari Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Abu Ash-Shaif bahwa:
Sebagian Ulama dan orang-orang Shalih ketika Melihat Mushaf Mereka Menciumnya, Dan ketika melihat Kitab-Kitab Hadits mereka menciumnya, Dan ketika melihat Kuburan orang-orang Shalih Mereka Menciumnya, Al-Muhibb Ath-Thabari Mengatakan:
Ini Bukan sesuatu yang Aneh dan Jauh dari Dalil (Wallahu Aโlam) dalam segala sesuatu yang Mengandung Unsur Taโdzim (Pengagungan) kepada Allah Swtโ.
IMAM ABDUL GHANI AL-MAQDISI
Al-Imam Al-Hafidh Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisi Al-Hanbali (wafat 600 H),Salah seorang Ulama Besar Hanabilah yang Muโtamad (terpegangi) dalam Madzhab Hanbali yang juga Merupakan Ahli Haditsnya Madzhab Hanbali.
Beliau Bertabarruk Ke Makam Imam Ahmad bin Hanbal. Diterangkan didalam:
Kitab: Al-Mausuโah Al-Yusufiyyah. Karya: Syaikh Yusuf Khaththar.Halaman: 168.
โTelah Datang keterangan dalam Kitab Al-Hikayat Al-Mantsurah, Karya Al-Imam Al-Hujjah Dhiyaโuddin Al-Maqdisi Rahimahullah Taโala (wafat 634 H), Beliau berkata:
โAku pernah mendengar Asy-Syaikh Al-Imam Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisi berkata:
โDi tanganku telah Timbul Semacam (seperti) Bisul. Bisul itu sembuh, Tapi selalu Kambuh lagi. Penyakit ini ada padaku dalam Waktu yang Lama. Maka aku pergi ke Ashbihan dan Pergi ke Baghdad. Aku pergi ke Makam Imam Ahmad bin Hanbal Ra, Dan aku Usapkan Tanganku ke Makamnya. Dan ternyata Bisul itu bisa Sembuh dan Tidak Kambuh Lagi.
Posting Komentar untuk "Dalil Mengusap Nisan Kuburan dan Menciumnya Ketika Ziarah Kubur"