Fiqih Sirah Syekh Muhammad Said Ramadlan Al Buthi bagian 23 | Pernikahan Dengan Siti Khadijah
Musuh-musuh
Islam selalu berupaya menggambarkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa
aalihi wa shahbihi wa salam sebagai laki-laki yang haus seks dan pemuja
kenikmatan jasmani belaka. Padahal, pernikahan Rasulullah Shalallahu
alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan Khadijah ra. berbanding
terbalik dengan hal yang dituduhkan para musuh Allah itu. Seorang seks
mania tidak akan sanggup menjaga kehormatan diri sampai usia 25 tahun di
tengah segala bentuk kebejatan moral kaum jahiliah Arab pada saat itu.
Di lingkungan yang tidak kondusif seperti itu, pasti seorang seks mania
akan langsung tenggelam dalam kubangan dekadensi moral yang
mengelilinginya. Laki-laki pemuja seks tidak akan mau menikahi janda,
apalagi usia sang istri hampir dua kali lipat dari usianya. Kalaupun
ada, mungkin ia masih melirik perempuan-perempuan di sekelilingnya.
Apalagi pada masa jahiliah, pintu untuk melakukan perselingkuhan terbuka
sangat lebar, tetapi itu tidak dilakukan Rasulullah Shalallahu alaihi
wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Adapun pernikahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam setelah ditinggal Khadijah ra., baik dengan Aisyah maupun istri-istri beliau yang lain, memiliki latar belakang sendiri-sendiri. Dengan memahami hikmah dibalik itu semua, kepercayaan umat Islam akan keagungan pribadi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan keluhuran budi pekerti beliau akan semakin bertambah. Yang jelas, pernikahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam itu bukanlah ajang melampiaskan nafsu belaka karena jika hal itu yang menjadi alasan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam untuk melakukan poligami, seharusnya itu dilakukannya ketika masih muda. Apalagi, ketika masih muda nan perkasa, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam belum disibukkan dengan urusan dakwah.
Menurut hemat kami, pembelaan terhadap niat baik pernikahan Rasulullah
Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tak perlu dibuat
berkepanjangan sebab umat Islam sendiri tidak pernah menganggap
pernikahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam
sebagai masalah besar yang harus dicari-sari aibnya. Semua perdebatan
dalam masalah ini sebenarnya memuat berbagai tuduhan musuh-musuh Islam
saja.
Berapa banyak usaha musuh-musuh Islam untuk menyangkal
kebenaran agama ini. Strateginya, menjadikan kita bersilang pendapat dan
menghabiskan energi untuk berdebat.
Sumber: Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi
Oleh Habib Ahmad Novel Jindan
Oleh Habib Ahmad Novel Jindan
Posting Komentar untuk "Fiqih Sirah Syekh Muhammad Said Ramadlan Al Buthi bagian 23 | Pernikahan Dengan Siti Khadijah"