Keutamaan Puasa Di Bulan Muharram | Puasa Asyuro

Di antara bulan yang digunakan oleh umat islam ada yang disebut bulan-bulan haram atau bulan yang dimuliakan, di antaranya bulan Rajab, bulan Dzul Qa'dah, bulan Dzul Hijjah dan bulan Muharram.

Keutamaan Puasa Di Bulan Muharram | Puasa Asyuro
Keutamaan Puasa Di Bulan Muharram | Puasa Asyuro

Berikut penjelasan dari Buya Yahya Pengasuh LPD Al-Bahjah tentang keutamaan berpuasa di bulan Muharram:

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan mulia yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Amalan yang dianjurkan adalah semua amalan yang dianjurkan di bulan lain sangat dianjurkan di bulan ini, hanya saja ada amalan yang sangat dianjurkan secara khusus di bulan ini yaitu :

1. Puasa tanggal 10 yang disebut dengan puasa ‘Asyuro, seperti yang telah disebutkan dalam hadits:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبْ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ )
Rasulullah SAW bersabda : “Ini (10 Muharram) adalah hari ‘Asyuro dan Allah tidak mewajibkan puasa atas kalian dan sekarang aku berpuasa, maka siapa yang mau, silakan berpuasa dan siapa yang tidak mau, silakan berbuka (tidak berpuasa) “ (Bukhari: 1899 dan Muslim: 2653)

2. Dengan pahala akan diampuni dosa tahun yang lalu:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاء، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu“. (Muslim: 2746).

3. Sangat dianjurkan untuk ditambah agar hendaknya berpuasa di hari yang kesembilan (tanggal 9 Muharram), seperti yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ حِيْنَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan (perintah sunnah) manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW pun berkata, ‘Apabila datang tahun depan In syaa Allah kami akan berpuasa pada tanggal 9 (Muharram). Berkata Abdullah bin Abbas “Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah SAW telah wafat.” ( Muslim: 1134/2666)

4. Lebih bagus lagi jika ditambah hari yang kesebelas (tanggal 11 Muharram) seperti disebutkan dalam sebuah riwayat dari sahabat Abdullah ibn Abbas:

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاء، وَخَالِفُوا اليَهُودَ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا
Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyuro` dan berbedalah dengan orang Yahudi, (yaitu) berpuasalah kalian sehari sebelumnya atau sehari setelahnya” (Ibnu Khuzaimah: 2095).

5. Lebih dari itu berpuasa di sepanjang bulan Muharram adalah sebaik baik bulan untuk puasa seperti disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits yang disebutkan Imam Muslim:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ اْلمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Sebaik baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan sebaik-baiknya shalat setelah shalat fardlu adalah Shalat malam” (Muslim No: 2755).

Kesimpulannya:
1) Bahwa puasa sepanjang bulan Muharram adalah puasa yang sangat dianjurkan seperti disebutkan dalam Hadits tersebut di atas.

2) Sebaik-baik hari dari bulan Muharram tersebut adalah tanggal 10 Muharram.

3) Dan setelah 10 Muharram akan menjadi lebih baik lagi jika ditambah puasa tanggal 9 (sembilan) seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut di atas.

4) Dan akan lebih baik lagi jika ditambah dengan sehari pada tanggal 11 untuk berbeda dengan orang Yahudi dan Nasrani.

5) Dan untuk lebih baiknya lagi adalah menambah hari di sepanjang bulan Muharram hingga sempurna.

Asal Usul Bulan Syura (Sebutan Sebagian Masyarakat)

Dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi dan Kitab I’anatut Thalibin dijelaskan, Diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshari, ia berkata:

ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﻳَﻮْﻡِ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳُﻜَﻔِّﺮُ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔَ ﺍﻟْﻤَﺎﺿِﻴَﺔَ
Nabi SAW ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” [HR Muslim]

Bulan ini sebagian masyarakat menyebutnya bulan Syura. Nama Asyura sendiri adalah nama hari kesepuluh dari bulan muharram namun karena keistimewaannya masyarakat menyebutnya sebagai nama bulan.

Bulan muharram adalah bulan mulia, terlebih pada tanggal 10-nya yang dikenal dengan Asyura, bagaimana tidak, puasa sehari setara setahun dalam melebur dosa seseorang, sebagaimana hadits di atas. Dosa yang dimaksud di sini diterangkan oleh Imam Nawawi, Beliau berkata:

ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩُ ﺑِﺎﻟﺬُّﻧُﻮﺏِ ﺍﻟﺼَّﻐَﺎﺋِﺮُ ، ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺍﻟﺼَّﻐَﺎﺋِﺮُ ﻳُﺮْﺟَﻰ ﺗَﺨْﻔِﻴﻒُ ﺍﻟْﻜَﺒَﺎﺋِﺮِ ، ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺭُﻓِﻌَﺖْ ﺍﻟﺪَّﺭَﺟَﺎﺕُ
Para ulama berpendapat bahwa dosa yang dimaksud di sini adalah dosa kecil, Jika orangnya tidak memiliki dosa kecil maka diharapkan bisa meringankan dosa besar dan jika orang tersebut tidak memiliki dosa besar maka pahala puasa asyuranya dapat mengangkat derajatnya. [Tuhfatul Ahwadzi]

Puasa Asyura bukanlah hal baru sebab orang yahudi jauh sebelumnya sudah melakukan puasa asyura tersebut. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: “Rasulullah SAW mendatangi kota Madinah, lalu beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa di hari ‘Asyura. Maka beliau bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?” mereka menjawab:

ﻫَﺬَﺍ ﻳَﻮْﻡٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ ﺃَﻧْﺠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻴﻪِ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﻗَﻮْﻣَﻪُ ﻭَﻏَﺮَّﻕَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻭَﻗَﻮْﻣَﻪُ ﻓَﺼَﺎﻣَﻪُ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺷُﻜْﺮًﺍ ﻓَﻨَﺤْﻦُ ﻧَﺼُﻮﻣُﻪُ
Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah memenangkan Musa dan Kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun serta kaumnya. Karena itu, Musa berpuasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya.”

Maka Rasulullah SAW bersabda:

ﻓَﻨَﺤْﻦُ ﺃَﺣَﻖُّ ﻭَﺃَﻭْﻟَﻰ ﺑِﻤُﻮﺳَﻰ ﻣِﻨْﻜُﻢْ
Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa dari pada kalian.

Ibnu Abbas RA kemudian berkata:

ﻓَﺼَﺎﻣَﻪُ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺼِﻴَﺎﻣِﻪِ
kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan berpuasa pada hari itu. [HR Bukhari Muslim]

Perintah puasa ini sampai kepada para sahabat saat itu dan ada beberapa orang diantaranya yang berkata:

ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧَّﻪُ ﻳَﻮْﻡٌ ﺗُﻌَﻈِّﻤُﻪُ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩُ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ .
Wahai Rasulullah, hari asyura itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.

Lantas Rasul SAW mengatakan:

ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻌَﺎﻡُ ﺍﻟْﻤُﻘْﺒِﻞُ – ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ – ﺻُﻤْﻨَﺎ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍﻟﺘَّﺎﺳِﻊَ
Apabila tiba tahun depan –insya Allah– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan (tasu’a).”

Namun perawi hadits ini, Ibnu Abbas menceritakan:

ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺄْﺕِ ﺍﻟْﻌَﺎﻡُ ﺍﻟْﻤُﻘْﺒِﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﻮُﻓِّﻰَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ -.
Belum sampai (Tasu’a) tahun depan, Nabi SAW wafat.” [HR Muslim]

Dipahami dari hadits shahih tersebut bahwa tujuan puasa pada hari ke sembilan (tasu’a) adalah untuk membedakan dengan puasanya orang yahudi. Jika demikian maka puasa asyura juga bisa dilaksanakan dengan hari setelahnya (Tanggal sebelas). Rasul SAW:

ﺻُﻮﻣُﻮﺍ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻭَﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﺻُﻮﻣُﻮﺍ ﻗَﺒْﻠَﻪُ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻳَﻮْﻣًﺎ
Berpuasalah kalian pada hari Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi dalam berpuasa asyura. (yaitu) berpuasalah kalian sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. [HR Ahmad]

Maka dari itu lebih baiknya berpuasa selama tiga hari, Sayyid Bakri mengatakan:

ﺃﻥ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻧﺺ ﻓﻲ ﺍﻷﻡ ﻭﺍﻹﻣﻼﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺏ ﺻﻮﻡ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ
Imam syafi’i dalam kitab Al-Umm dan Al-Imla’ menyatakan bahwa sunnah berpuasa tiga hari yakni Tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. [I’anatut Thalibin].

Hikmah lain dari puasa tasu’a adalah bertujuan ihtiyath (berhati-hati) atau antisipasi kesalahan dalam hitungan awal bulan sehingga boleh jadi tanggal 9 menurut kita ternyata sebenarnya adalah tanggal 10. [I’anatut Thalibin].

Asyuro artinya 10 Kemuliaan Bagi Umat Nabi Muhammad

Dari kitab Al Ghunyah Lithaalibii Thariiqil Haqqi ‘Azza Wa Jalla, karya Syekh ‘Abdul Qadir bin Abi Shalih al-Jilani (wafat tahun 561 H) juz II halaman 90 s/d 92, cetakan Daar al Kutub al ‘Ilmiyyah, Beirut Lebanon:

فَصْلٌ) وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ فِيْ تَسْمِيَتِهِ بِيَوْمِ عَاشُوْرَاءَ, فَقَالَ أَكْثَرُهُمْ إِنَّمَا سُمِّيَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ يَوْمٍ مِنْ أَيَّامِ الْمُحَرَّمِ قَالَ بَعْضُهُمْ : إِنَّمَا سُمِّيَ عَاشُورَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ الْكَرَامَاتٍ الَّتِيْ أَكْرَمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذِهِ الْأُمّةَ بِهَا وَهِيَ أَوَّلُهَا رَجَبٌ وَهُوَ شَهْرُ اللهِ تَعَالَى الْأَصَمُّ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ كَفَضْلِ هَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى سَائِرِ الْأُمَمِ اَلثَّانِيَةُ شَهْرُ شَعْبَانَ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ كَفَضْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ وَالثَّالِثَةُ شَهْرُ رَمَضَانُ وَفَضْلُهُ عَلَي سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ تَعَالَي عَلَى خَلْقِهِ وَالرَّابِعَةُ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَهِيَ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ وَالْخَامِسَةُ يَوْمُ الْفِطْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْجَزَاءِ الْأَوْفَي وَالسَّادِسَةُ أَيَّامُ الْعَشْرِ وَهِيَ أَيَّامُ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَي وَالسَّابِعَةُ يَوْمُ عَرَفَةَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ وَالثَّامِنَةُ يَوْمُ النَّحْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْقُرْبَانِ وَالتَّاسِعَةُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ سَيِّدُ الْأَيَّامِ وَالْعَاشِرَةُ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَةٍ فَلِكُلِّ وَقْتٍ مِنْ هَذِهِ الْأَوْقَاتِ كَرَامَاتٌ جَعَلَهَا اللهُ تَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِ تَكْفِيرًا لِذُنُوبِهِمْ ، وَتَطْهِيرًا لِخَطَايَاهُمْ

Ulama –rahimahumullaah- berbeda pendapat mengenai dinamakannya hari Asyura. Mayoritas ulama mengatakan bahwasanya dinamakan hari Asyura karena hari tersebut merupakan hari kesepuluh Muharram. Sebagian Ulama berpendapat dinamakan Asyura karena hari itu merupakan kesepuluhnya karamah yang mana Allah memulyakan umat ini (umat Nabi Muhammad) dengannya. Kesepuluh karamah tersebut ialah:

1- Bulan Rajab adalah bulan Allah yang Ashamm (yang tuli, maksudnya dalam bulan Rajab tidak terdengar hiruk-pikuknya peperangan). Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya umat ini atas semua umat.

2- Bulan Sya'ban, Keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam atas nabi-nabi lain

3- Bulan Ramadlan, Keutamaan bulan Ramadlan atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Allah Ta’ala atas makhluk-Nya.

4- Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan.

5- Hari fitri (hari raya Fitri) adalah hari jaza` (pembalasan) yang sempurna.

6- Hari-hari Sepuluh (maksudnya sepuluh awal bulan Dzul Hijjah). Hari-hari sepuluh adalah hari berdzikir kepada Allah Ta’ala

7- Hari 'arafah, Puasa hari Arafah adalah kaffarat dua tahun

8- Hari Nahr (hari raya Idul adlha). Hari Nahr adalah hari raya Qurban

9- Hari Jumat adalah sayyidul ayyaam

10- Hari 'Asyura, Puasa hari Asyura adalah kaffarat satu tahun

(Dengan demikian), maka setiap waktu ini mempunyai karamah yang dijadikan oleh Allah Ta’ala bagi umat ini (umat Nabi Muhammad SAW) sebagai penebus dosa-dosa mereka dan mensucikan kesalahan-kesalahan mereka.

Boleh Berpuasa Walau Hanya Berpuasa Asyuro' Saja

Secara dhahir, dipahami dari anjuran berpuasa pada hari sebelum atau sesudah asyura adalah hukum makruh, jika berpuasa hanya pada asyura’ saja dikarenakan menyamai cara berpuasa orang yahudi. Namun hal ini tidaklah demikian karena Imam Syafi’i dalam Kitab Al-Umm mengatakan: La Ba’s Bi ifraadihi (tidak apa-apa berpuasa hanya pada asyura saja). [I’anatut Thalibin].

Meskipun Rasul SAW memerintahkan dengan kata “Amara” hal ini tidak berarti bahwa puasa asyura adalah wajib. Mengapa? Karena Sayyidah Aisyah berkata:

ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﺗَﺼُﻮﻣُﻪُ ﻗُﺮَﻳْﺶٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﺼُﻮﻣُﻪُ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﺪِﻡَ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﺻَﺎﻣَﻪُ ﻭَﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺼِﻴَﺎﻣِﻪِ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻓُﺮِﺽَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﺗَﺮَﻙَ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻓَﻤَﻦْ ﺷَﺎﺀَ ﺻَﺎﻣَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﺷَﺎﺀَ ﺗَﺮَﻛَﻪُ
Dahulu orang Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliyyah dan Nabi SAW-pun berpuasa Asyura pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap puasa ‘Asyura dan memerintahkan orang-orang di sana untuk berpuasa. Ketika puasa Ramadlan telah diwajibkan, beliau meninggalkan puasa hari asyura (dan beliau bersabda): “Barang siapa berkehendak maka silakan berpuasa, dan Barang siapa berkehendak maka silahkan tidak puasa” [HR Bukhari]

Lebih jelas lagi, terdapat riwayat dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata: Al-Asy'ats bin Qais datang menjumpai Abdullah, ketika ia sedang makan siang, ia (Abdullah) berkata: Wahai Aba Muhammad, mari kita makan siang. Ia (Asy'ats) berkata: Bukankah hari ini adalah hari Asyura’? Ia (Abdullah) bertanya: Apakah engkau mengetahui apa hari Asyura’ itu? Ia (Asy'ats) menjawab: Hari apa itu?. Kemudian ia (Abdullah) menjelaskan:

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﻳَﻮْﻡٌ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﺼُﻮﻣُﻪُ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﺰِﻝَ ﺷَﻬْﺮُ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻧَﺰَﻝَ ﺷَﻬْﺮُ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺗُﺮِﻙَ
Hari itu adalah hari yang dahulu Rasulullah SAW selalu berpuasa sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadan dan ketika puasa bulan Ramadan diwajibkan, puasa hari Asyura’ itu ditinggalkan. [HR Muslim]

Selain puasa, ada amalan-amalan hari asyuro' atau 10 Muharram yang dianjurkan untuk dikerjakan.

Semoga kita semua diberi kemampuan untuk mengamalkannya, aamiin.

Posting Komentar untuk "Keutamaan Puasa Di Bulan Muharram | Puasa Asyuro"