Janganlah Tertipu Dengan Ilmu Dan Amal Kita

Janganlah Tertipu Dengan Ilmu Dan Amal Kita

Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri pernah berkata: jika kita merasa diri kita telah Alim, apalah arti ilmu yang kita miliki dibanding ilmu yang dimiliki iblis, ilmu apa yang tidak diketahui iblis? Sekalipun dia (iblis) menguasai berbagai ilmu namun ia tidak mengamalkan ilmunya dan tidak tulus bersama Allah, dan Allah tidak menerimanya. Lalu seandainya pun ilmu kita diterima, apakah kita satu-satunya orang yang berilmu?

Apalah arti ilmu kita di hadapan orang-orang berilmu sebelum kita? Adalah Imam Ahmad bin Hanbal yang hafal ribuan Hadits, begitu pula Imam Al-Hakim. Lalu bagaimana kita bisa tertipu dengan beberapa Hadits yang kita hafal namun tidak kita amalkan?

Imam Asy-Syafi'i hafal Al-Quran pada usia tujuh tahun dan hafal Muwaththa’ lengkap dengan seluruh sanadnya pada usia 10 tahun. Ketika usianya belum genap 12 tahun, guru-gurunya terutama Imam Malik (pemilik Muwaththa’) telah mendudukannya di atas kursi tempat mereka berfatwa. Karena tubuhnya yang kecil dan belum kuat menahan dahaga, beliau harus minum pada siang hari di bulan Ramadhan karena memang beliau belum wajib puasa. Jadi ketika itu di bulan Ramadhan, beliau mengajar umat sambil minum. Lalu bagaimana dengan ilmu kita dibandingkan ilmu mereka, dengan karunia Allah yang diberikan kepada mereka?

Kemudian soal dedikasi? Kita juga tidak perlu tertipu dengan apa yang telah kita perjuangkan. Jika kita berjuang, kita berjuang dengan perut kenyang. Padahal orang-orang sebelum kita berjuang dengan perut lapar. Mereka tidak memiliki apa-apa selain sebiji kurma atau bahkan separuhnya. Setelah itu mereka tidak mempunyai apa-apa lagi.

Apabila orang beriman mau menelaah kehidupan orang-orang shaleh zaman dahulu, ia pasti tidak akan tertipu dengan amalnya. Ia akan melihat hakikat beribadah kepada Allah SWT, sehingga ia terpacu untuk terus meningkatkan amalnya dengan tetap menyadari bahwa amalnya itu tidak lain adalah anugerah Allah.

ﺃﺷﺪُّ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺣﻤﺎﻗﺔً ﺃﻗﻮﺍﻫﻢ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩﺍً ﻓﻰ ﻓﻀﻞ ﻧﻔﺴﻪ , ﻭﺃﺛﺒﺖُ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻘﻼً ﺃﺷﺪﻫﻢ ﺍﺗﻬﺎﻣﺎً ﻟﻨﻔﺴﻪ .

Orang yang paling bodoh, adalah seseorang yang paling yakin bahwa terdapat keistimewaan pada dirinya sendiri. Sedangkan orang yang paling cerdas, adalah seseorang yang paling curiga terhadap dirinya sendiri.(Al-Imam Al-Ghazali)

Catatan :
"Dan yang lebih buruk lagi, orang yang mengaku-ngaku di depan orang lain bahwa dirinya punya banyak kekurangan , dengan tujuan agar orang lain menilainya sebagai seseorang yang tawadlu' (merasa rendah hati)"

Semoga bermanfaat dan barokah, aamien…!

Baca Juga: Keistimewaan Bulan-Bulan Haram (Yang Dimuliakan)

Posting Komentar untuk "Janganlah Tertipu Dengan Ilmu Dan Amal Kita"